Aljir, MINA – Puluhan ribu warga Aljazair berdemonstrasi pada Jumat (27/12) untuk pekan kedua berturut-turut sejak pemilihan presiden baru yang kontroversial. Mereka menuntut pembenahan total politik.
Sejak 22 Februari, jalan-jalan di ibu kota Aljazair telah dipenuhi oleh para demonstran setiap hari Jumat. Pertama-tama mereka menyerukan penggulingan Presiden Abdelaziz Bouteflika, kemudian menuntut perombakan total sistem politik yang ada sejak Aljazair merdeka dari Perancis 1962.
Pasang surut kehadiran peserta pawai terlihat selama berbulan-bulan, tetapi jumlah mereka membengkak dalam beberapa pekan terakhir menjelang pemilihan presiden untuk menggantikan Bouteflika, yang pengunjuk rasa nilai sebagai taktik untuk memastikan orang dalam pemerintahan tetap berkuasa.
Orang-orang di jalanan mengatakan, mereka bertekad untuk terus maju dengan gerakan protesnya.
Baca Juga: Linda Yuliana, WNI Asal Majalengka Terancam Hukuman Mati di Ethiophia
“Kami di sini, kami melanjutkan perjuangan,” kata Hocine, seorang pegawai negeri sipil berusia 50 tahun dalam protes itu, demikian Nahar Net melaporkan.
Pensiunan Fatma Zohra menambahkan, “Pemerintah tidak bisa menang melawan rakyat. Rakyatlah yang memutuskan. Gerakan ini masih kuat.”
Pada pemilihan presiden 12 Desember yang kontroversial, Abdelmadjid Tebboune, seorang mantan perdana menteri yang pernah bertugas di bawah Bouteflika dan dipandang sebagai orang dalam yang mapan, telah terpilih.
Menurut hasil resmi, Tebboune menang dengan 58,1 persen suara dari jumlah pemilih kurang dari 40 persen. Ia dilantik pada 19 Desember. (T/RI-1/P1)
Baca Juga: Kapal Migran Tenggelam di Lepas Pantai Yaman-Djibouti, 180 Orang Hilang
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Media Asing: Militan Sudan Membantai Warga Desa, 200 Lebih Tewas