Sanaa, 18 Jumadil Akhir 1437/27 Maret 2016 (MINA) – Puluhan ribu warga Yaman turun ke jalan-jalan di ibukota Sanaa, Sabtu (26/3), menentang perang antara koalisi pimpinan Arab Saudi melawan oposisi bersenjata Houthi yang telah menggulingkan pemerintah.
Aksi pengumpulan massa itu adalah yang terbesar di Yaman sejak protes massal pada 2011 yang memaksa Presiden Ali Abdullah Saleh untuk mundur sekaligus peringatan setahun konflik di negara Arab miskin itu.
Aksi itu berlangsung menjelang gencatan senjata dan pembicaraan damai yang disponsori PBB bulan depan.
Saleh, sekutu kelompok Houthi, melakukan penampilan pertama di depan publik sejak perang dimulai.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Pengamat dan wartawan Yaman Peter Salisbury mengatakan kepada Al Jazeera yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), keputusan Houthi untuk masuk ke dalam pembicaraan dengan Saudi telah membuat marah Saleh.
“Kami mengulurkan tangan perdamaian, ketenangan berani, untuk pembicaraan langsung dengan rezim Saudi tanpa kembali kepada Dewan Keamanan (PBB) yang tidak mampu menyelesaikan apa-apa,” kata Saleh kepada kerumunan massa.
Utusan PBB pada pekan ini mengumumkan bahwa pihak yang bertikai telah menyetujui penghentian permusuhan yang akan dimulai pada tengah malam 10 April, akan diikuti dengan pembicaraan damai di Kuwait pada 18 April.
Kemajuan ini adalah kemajuan terbaru untuk mengakhiri krisis menyusul dua putaran pembicaraan gagal di tahun lalu .
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Negara-negara sekutu Arab Saudi telah bergabung dalam perang untuk mencoba menghentikan Houthi mengambil kendali Yaman dan berusaha mengembalikan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi kembali berkuasa.
Hadi yang didukung Barat telah digulingkan setelah pasukan Houthi mengambil alih ibukota Sanaa pada September 2014.
Menurut Salisbury, Saleh adalah korban Arab Spring.
“Dia didorong keluar pada tahun 2001, tapi berhasil benar-benar menghapus banyak saingannya dari utara negara itu dan mendukung Houthi dalam upaya militer mengambil seluruh negara dengan kekuatan,” katanya dari New York.
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
Pasukan asing melakukan intervensi dengan berpihak pada pejuang yang setia kepada Hadi enam bulan kemudian dan mencoba mencegah Houthi dan pasukan yang setia kepada Saleh dari mengambil kontrol penuh Yaman.
PBB mengatakan hampir 6.500 orang tewas, sekitar setengah dari mereka adalah warga sipil, dan setidaknya 30.000 warga Yaman telah terluka.
Badan-badan PBB juga melaporkan, lebih dari 21 juta orang (82 persen dari populasi) memerlukan beberapa jenis bantuan kemanusiaan atau perlindungan. Dan lebih dari 2,5 juta orang terpaksa mengungsi dari rumahnya. (T/P001/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Israel Hantam Pusat Ibu Kota Lebanon