Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Puluhan Ribu Yahudi Ultra-Ortodoks Gelar Aksi Damai Tolak Wajib Militer di Yerusalem

Mujiburrahman Editor : Rudi Hendrik - 48 detik yang lalu

48 detik yang lalu

0 Views ㅤ

Ilustrasi: Kelompok Yahudi Ultra-Ortodoks menggelar aksi protes menolak wajib militer. (Foto: Anadolu)

Yerusalem, MINA – Puluhan ribu warga ultra-ortodoks Yahudi turun ke jalan di pusat Kota Yerusalem dalam aksi damai menolak rencana pemerintah Israel yang akan memberlakukan wajib militer bagi mereka, Jumat (31/10).

Aksi besar ini menjadi bentuk penolakan terbuka terhadap kebijakan pemerintah yang berencana menghapus pengecualian wajib militer bagi komunitas ultra-ortodoks yang selama ini dibebaskan dari kewajiban tersebut dengan alasan studi agama.

Massa berpakaian serba hitam—ciri khas komunitas Haredi—memadati jalan-jalan utama Yerusalem. Mereka menyanyikan lagu-lagu keagamaan, bertepuk tangan, dan mengangkat berbagai poster bertuliskan “Lebih baik masuk penjara daripada wajib militer” sebagai simbol penolakan keras terhadap kebijakan baru tersebut.

Para pemimpin komunitas Haredi menilai kebijakan wajib militer akan mengancam kebebasan beragama dan tradisi keagamaan mereka yang menekankan kehidupan studi Torah (kitab suci Yahudi). Mereka menegaskan bahwa kewajiban militer dianggap bertentangan dengan keyakinan dan gaya hidup mereka.

Baca Juga: Presiden Prabowo Akan Kirim Mahasiswa Kedokteran ke Selandia Baru

Pemerintah Israel sebelumnya menyatakan bahwa langkah tersebut diambil untuk menciptakan keadilan sosial di tengah meningkatnya tekanan publik, mengingat sebagian besar warga Israel non-ultra-ortodoks diwajibkan menjalani dinas militer setelah lulus sekolah menengah.

Demonstrasi yang berlangsung damai itu mendapat pengawalan ketat dari aparat keamanan Israel. Hingga malam hari, aksi berjalan tanpa laporan bentrokan.

Aksi ini menjadi salah satu bentuk penolakan terbesar dalam beberapa tahun terakhir terhadap kebijakan militer Israel, menunjukkan betapa dalamnya perpecahan sosial antara kelompok sekuler dan komunitas religius di negara tersebut. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: WHO Pimpin Evakuasi 30 Pasien Gaza untuk Perawatan di Luar Negeri

Rekomendasi untuk Anda