Moskow, 19 Rajab 1438/16 April 2017 (MINA) – Pemerintah Qatar bergabung dengan Rusia dan sekutu-sekutunya dalam menuntut penyelidikan independen terhadap serangan senjata kimia di Suriah yang menewaskan lebih dari 80 orang.
Menteri Luar Negeri Rusia dan Qatar, Sergey Lavrov dan Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, bertemu pada hari Sabtu (15/4) di Moskow untuk membicarakan perang enam tahun Suriah. Demikian Al Jazeera memberitakan yang dikutip MINA.
Serangan gas beracun di kota Khan Sheikhun, provinsi Idlib yang dikuasai oposisi Suriah, terjadi pada 4 April lalu. Gambar dan video yang diterbitkan tak lama setelah insiden itu menunjukkan puluhan pria, wanita, dan anak-anak sesak nafas, kejang-kejang, dan mulutnya berbusa.
“Pertemuan melihat kedua belah pihak menyepakati pentingnya penyelidikan independen terhadap serangan kimia yang berlangsung di Khan Sheikhoun di Suriah,” kata pejabat kepada Qatar News Agency (QNA).
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Amerika Serikat (AS) telah menyalahkan pemerintah Suriah atas serangan gas itu dan balas meluncurkan serangan rudal jelajah Tomahawk terhadap pangkalan udara pasukan Suriah.
Rusia telah memblokir resolusi Dewan Keamanan PBB pada hari Rabu (12/4). Resolusi itu menuntut pemerintah Suriah bekerja sama dengan penyelidikan yang dilakukan oleh pengawas senjata kimia PBB.
Dalam konflik Suriah, Qatar adalah pendukung terkemuka oposisi, bertolak dengan Rusia yang menjadi pendukung kuat Presiden Suriah Bashar Al-Assad.
Assad mengatakan pada hari Kamis (13/4) lalu bahwa serangan gas beracun di Khan Sheikhoun adalah “pemalsuan” untuk membenarkan serangan militer AS terhadap Suriah.(T/RI-1/RS3)
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)