Gaza, 26 Dzulqa’dah 1435/21 September 2014 (MINA) – Ahmad Abu Ras, Ketua Komite Qatar untuk Rekonstruksi Jalur Gaza, menyatakan ketidak setujuannya terhadap pernyataan Koordinator Khusus PBB untuk perdamaian di Timur Tengah, Robert Serry, yang menyerukan untuk menghentikan masuknya bahan bangunan untuk proyek-proyek bantuan di Jalur Gaza melalui perbatasan Rafah.
“Saya terkejut terhadap pernyataan seseorang yang diberikan mandat PBB untuk membuka blokade dan memulai rekonstruksi, karena kita menyadari bahwa perlintasan Rafah merupakan jalur kehidupan utama untuk rakyat Gaza secara umum dan proyek bantuan kami khususnya,” kata Abu Ras dalam pernyataan persnya Sabtu malam (20/9) waktu Gaza.
Koresponden Miraj News Agency (MINA) di Jalur Gaza melaporkan, pernyataan Serry tersebut merupakan upaya untuk menghentikan masuknya bahan bangunan yang akan digunakan untuk proyek proyek rekonstruksi di Gaza melalui perbatasan Rafah.
“Jika itu terjadi, dapat menyebabkan terhentinya proyek-proyek kehidupan dan pembangunan infrastruktur di Gaza,” ujarnya.
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
Abu Ras menyatakan bahwa pihaknya dan Mesir telah menandatangani kesepakatan untuk memasukan bahan rekonstruksi ke Gaza hingga satu setengah tahun ke depan.
“ada protocol yang ditandatangani antara komite Qatar dan Mesir untuk penyediaan bahan bangunan dan keperluan rekonstruksi dan berkomitmen untuk terus melaksanakannya selama satu setengah tahun kedepan” Kata Abu Ras.
Dia menegaskan, bahan bangunan yang masuk ke Gaza melalui perbatasan Rafah digunakan Qatar untuk proyek-proyek penting dan strategis bagi rakyat Gaza.
“PBB agar memberikan perhatian terhadap proyek-proyek rekonstruksi Gaza dan mengatasi masalah yang menghambat proses masuknya bahan bangunan melalui Rafah,” pintanya.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Abu Ras mengungkapkan, sejak awal terjadinya agresi Israel ke Gaza, tidak ada semen yang masuk, sehingga terjadi penghentian pekerjaan sebagai akibat kekurangan bahan baku.
Dia menunjukkan proyek yang berhenti akibat hal itu mencapai senilai 155 juta dolar AS (atau sekitar 1,7 triliun rupiah lebih), di luar proyek pembangunan pemukiman Shaikh Hamad yang menelan biaya 205 juta AS (sekitar 2,5 triliun rupiah).
Sebelumnya Serry menyatakan bahwa memasukan bahan bangunan untuk rekonstruksi Jalur Gaza melalui perlintasan Rafah sebenarnya bukan satu-satunya pilihan. Bisa juga melalui perbatasan Karim Abu Salim, dan dapat memudahkan pengontrolan terhadap barang barang tersebut. (K01/K03/P4).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon