Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA
Pelaksanaan ibadah qurban pada bulan Haji, Dzulhijjah, tidak lepas dari keteladanan Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam beserta keluarganya.
Gambaran sebuah keluarga yang taat lagi berbakti kepada Allah. Sebuah keluarga yang saling menguatkan dan saling melengkapi dalam beribadah kepada-Nya. Keluarga yang saling mengingatkan, saling menasihati, saling memberi dan saling menjaga agar senantiasa menjadi hamba-hamba-Nya.
Sebuah keluarga yang sabar, tabah, dan kuat dalam menghadapi berbagai ujian kehidupan. Sekaligus keluarga yang mampu menghadapi godaan syaitan dengan penuh tawakkal kepada Allah.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
Kita dapat melihat bagaimana ketika Siti Hajar, isteri Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam, dan puteranya Ismail ‘Alaihis Salam yang masih bayi, saat ditinggalkan tanpa siapa-siapa dan tanpa apa-apa di padang pasir di dekat Baitullah kala itu. Hanya dengan meninggalkan tempat makanan berisi sedikit kurma dan tempat minum berisi air.
Begitu Nabi Ibrahim hendak berangkat kembali ke wilayah Baitul Maqdis, Ibrahim meninggalkan keduanya. Siti Hajar mengikutinya dan bertanya, “Hendak ke manakah engkau wahai Nabiyullah Ibrahim? Engkau meninggalkan kami di lembah yang tiada siapapun atau apa pun?” Hajar mengulang pertanyaannya beberapa kali.
Saat dilihatnya Nabi Ibrahim hanya diam dan tetap terdiam tanpa jawaban. Padahal betapa Nabi Ibrahim yang berhati lembut, penyantun lagi penuh kasih kepada keluarganya, isterinya dan anaknya Ismail yang masih bayi. Betapa ia tak kuasa menjawab pertanyaan itu dan tak tega melihat kedua manusia yang dicintainya itu, untuk memenuhi amanah, perintah Allah untuk berangkat dari Baitullah di Makkah menuju Baitul Maqdis di Palestina.
Lalu, dengan penuh keimanan pula, Siti Hajar pun akhirnya menyampaikan, “Apakah Allah yang menyuruh engkau berbuat demikian?” tanyanya. “Benar,” jawab Nabi Ibrahim. Hajar pun berkata, “Jika demikian, maka Allah tentu tidak akan menelantarkan kami.”
Baca Juga: Sejarah Palestina Dalam Islam
Inilah gambaran ketawakkalan penuh ketika hendak memenuhi seruan Allah, maka cukuplah Allah sebagai pelindung dan penolong.
حَسْبُنَا ٱللَّهُ وَنِعْمَ ٱلْوَكِيلُ – نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِير
Artinya: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung”. (QS Ali Imran/3: 173). – “Dia adalah Sebaik-baik pelindung dan Sebaik-baik penolong.” (QS Al-Anfal [8]: 40).
Inilah dzikir “Hasbunallah wani’mal wakil, ni’mal maula wani’man nashir” yang menegaskan semangat tauhid pada diri orang-orang beriman. Yaitu bahwa hanya kepada Allah sajalah tempat untuk berserah diri dan bertawakkal.
Baca Juga: Pelanggaran HAM Israel terhadap Palestina
Inilah sebuah kalimat agung yang mengandung makna besar, kandungan yang luar biasa, dan pengaruh yang kuat. Isinya menyebutkan, semua kekuasaan dan kekuatan hanyalah milik Allah.
Ini pulalah dzikir orang beriman memohon perlindungan Allah dari semua kejahatan, ketakutan, ketidakadilam atau kezaliman yang ada.
Belum selesai sampai di situ, beberapa hari Siti Hajar menyusui Ismail kecil dan minum dari tempat perbekalannya. Dan, setelah air itu habis, ia pun kehausan. Demikian pula anaknya. Siti Hajar memperhatikan anaknya kehausan. Ia tak tega. Dengan penuh cinta, ia beranjak pergi mendaki ke Bukit Shafa. Ia berharap ada orang yang akan menolongnya atau menemukan lokasi air.
Ketika tak menemukan apa yang dicarinya, ia menaiki satu bukit lainnya, Bukit Marwah, demi melihat bayang-bayang air fatamorgana. Terus-menerus seperti itu sebanyak tujuh kali, sampai datanglah pertolongan Allah. Tiba-tiba air keluar dari bawah kaki Ismail kecil yang menangis karena kehausan, yang kemudian disebut dengan “air zam-zam”.
Baca Juga: Peran Pemuda dalam Membebaskan Masjid Al-Aqsa: Kontribusi dan Aksi Nyata
Kemudian setelah itu, jama’ah umrah maupun jamaah haji, dan entah sudah berapa miliar kaum Muslimin yang pergi ke Baitullah. Menapaktilasi sa’i antara Shafa dan Marwah dalam tujuh kali jalan kaki, sepanjang sekitar 450 meter kali 7 yaitu 3,15 km bolak-balik. Sebuah penghormatan luar biasa dari Allah kepada Siti Hajar, sekaligus pembelajaran dan ibrah bagi kaum Muslimin.
Begitulah sosok Siti Hajar yang patut diteladani, bukan hanya karena usahanya mencari air zam-zamnya. Namun karena kesabaran jiwanya, ketabahan hatinya, keteguhan imannya, ketaatan amalnya, ketawakkalan upayanya, dan segala kebaikannya untuk kita teladani.
Puncak keteladanan Nabi Ibrahim ‘Alahis Salam adalah ketika turun perintah untuk menyembelih, mengorbankan putera kesayanganya, Nabi Ismail ‘Alaihis Salam, yang diabadikan di dalam ayat :
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعۡىَ قَالَ يَـٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلۡمَنَامِ أَنِّىٓ أَذۡبَحُكَ
Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga
Artinya: “Maka tatkala anak itu (Isma’il) sampai pada umur sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Wahai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi (wahyu) bahwa aku menyembelihmu…..”. (QS Ashshaffat [37]: 102).
Sang anakpun, dengan kemantapan dan kesabarannya menerima permintaan ayahnya sendiri, sebagai bakti anak yang shalih. Ayat melanjutkan :
قَالَ يَـٰٓأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّـٰبِرِينَ
Artinya: Ia menjawab: “Wahai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS Ashshaffat [37]: 102).
Baca Juga: Akhlak Mulia: Rahasia Hidup Berkah dan Bahagia
Inilah gambaran keteladanan keluarga sakinah, mawaddah warahmah, yang dicontohkan oleh Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam sebagai kepala keluarga yang taat kepada Allah, Siti hajar sebagai isteri shalihat yang patuh kepada suami, dan Isma’il ‘Alaihis Salam sebagai anak shalih yang berbakti kepada kedua orang tuanya.
Demikianlah, semoga kita dapat mengambail pelajaran dan meneladani Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam beserta keluarganya. Teriring shalawat untuk baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam beserta keluarganya dan Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam beserta keluarganya. Aamiin. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-22] Islam Itu Mudah, Masuk Surga Juga Mudah