Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

RADIKALISME TIDAK SESUAI DENGAN KULTUR PESANTREN

Rendi Setiawan - Jumat, 12 Juni 2015 - 22:48 WIB

Jumat, 12 Juni 2015 - 22:48 WIB

493 Views

(Foto: Kemenag)
(Foto: Kemenag)

(Foto: Kemenag)

Depok, 25 Sya’ban 1436/12 Juni 2015 (MINA) – Radikalisme tidak sesuai dengan kultur pesantren, karena makna jihad yang diajarkan oleh pesantren mempunyai makna yang beragam, tidak semata-mata  berarti qital/perang.

Hal itu disampaikan Kabalitbang Diklat Abd Rahman Masud saat menjadi narasumber mewakili Menteri Agama pada Silaturahmi Nasional Ulama Thoriqoh di Pondok Pesantren Al-Hikam, Depok, Kamis (11/6) kemarin.

Silaturahmi Nasional Ulama Thoriqoh kali ini bertema “Peran Ulama dalam Menjaga Persatuan,  Kesatuan, dan Keutuhan NKRI” yang diselenggarakan oleh Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al Mu’tabarah An Nahdliyyah (JATMAN).

Radikalisme tak hanya menggelisahkan bagi mereka non muslim, namun umat Islam sendiri terkena dampaknya, sebab Islam sebagai agama rahmatan lil alamin dengan mudah distigmatisasi sebagai agama kekerasan. Sementara peneliti barat menyebut Islam Indonesia dengan sebutan Islam yang tersenyum (the smiling Islam) – Islam yang ramah,” ujar Masud.

Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina

Mas’ud menegaskan, berdasarkan kajian Balitbang Diklat Kemenag melalui Lokakarya Peranan Pimpinan Pesantren dalam Mengembangkan Budaya Damai, radikalisme keagamaan tidak sesuai dengan pola pendidikan yang selama ini dikembangkan di pondok pesantren yang bersifat terbuka dan moderat.

Juga bertentangan dengan budaya Islam Indonesia yang santun, teposeliro dan kekeluargaan.

Radikalisme agama tumbuh dan berkembang akibat kedangkalan dalam memahami agama. Agama dipahami secara parsial, teks-teks agama dipisahkan dari konteksnya, dan keringnya nilai nilai spiritualitas dalam beragama,” katanya.

Ia menambahkan, jihad fi sabilillah dalam konteks kekinian akan memberikan maslahat bila diaktualisasikan dengan memerangi kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan.

Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat

Jihad dalam bentuk kekerasan fisik merupakan tindakan kontra produktif dalam upaya penegakan ajaran Islam yang cinta kedamaian.

 

“Kami yakin ulama memiliki peran efektif dalam upaya menangkal faham radikalisme sekaligus meningkatkan pembinaan ummat,” ujar Masud. (T/P011/R05)

 

Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
MINA Millenia
MINA Millenia
MINA Preneur