RADIKALISME TIDAK SESUAI DENGAN KULTUR PESANTREN

(Foto: Kemenag)
(Foto: Kemenag)

, 25 Sya’ban 1436/12 Juni 2015 (MINA) – tidak sesuai dengan kultur , karena makna jihad yang diajarkan oleh pesantren mempunyai makna yang beragam, tidak semata-mata  berarti qital/perang.

Hal itu disampaikan Kabalitbang Diklat Abd Rahman Masud saat menjadi narasumber mewakili Menteri Agama pada Silaturahmi Nasional Ulama Thoriqoh di Pondok Pesantren Al-Hikam, Depok, Kamis (11/6) kemarin.

Silaturahmi Nasional Ulama Thoriqoh kali ini bertema “Peran Ulama dalam Menjaga Persatuan,  Kesatuan, dan Keutuhan NKRI” yang diselenggarakan oleh Jam’iyyah Ahlith Thoriqoh Al Mu’tabarah An Nahdliyyah (JATMAN).

“Radikalisme tak hanya menggelisahkan bagi mereka non muslim, namun umat Islam sendiri terkena dampaknya, sebab Islam sebagai agama rahmatan lil alamin dengan mudah distigmatisasi sebagai agama kekerasan. Sementara peneliti barat menyebut Islam Indonesia dengan sebutan Islam yang tersenyum (the smiling Islam) – Islam yang ramah,” ujar Masud.

Mas’ud menegaskan, berdasarkan kajian Balitbang Diklat Kemenag melalui Lokakarya Peranan Pimpinan Pesantren dalam Mengembangkan Budaya Damai, radikalisme keagamaan tidak sesuai dengan pola pendidikan yang selama ini dikembangkan di pondok pesantren yang bersifat terbuka dan moderat.

Juga bertentangan dengan budaya Islam Indonesia yang santun, teposeliro dan kekeluargaan.

“Radikalisme agama tumbuh dan berkembang akibat kedangkalan dalam memahami agama. Agama dipahami secara parsial, teks-teks agama dipisahkan dari konteksnya, dan keringnya nilai nilai spiritualitas dalam beragama,” katanya.

Ia menambahkan, jihad fi sabilillah dalam konteks kekinian akan memberikan maslahat bila diaktualisasikan dengan memerangi kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan.

Jihad dalam bentuk kekerasan fisik merupakan tindakan kontra produktif dalam upaya penegakan ajaran Islam yang cinta kedamaian.

 

“Kami yakin ulama memiliki peran efektif dalam upaya menangkal faham radikalisme sekaligus meningkatkan pembinaan ummat,” ujar Masud. (T/P011/R05)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rendi Setiawan

Editor: Rana Setiawan

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0