Radin Inten II, lahir pada tahun 1834, berasal dari keluarga bangsawan di Lampung. Sejak kecil, ia sudah akrab dengan lingkungan kepemimpinan, mengingat ayahnya, Radin Imba II, adalah seorang pemimpin adat sekaligus pejuang. Kehidupan di tengah perlawanan terhadap penjajahan Belanda membentuk kepribadian Radin Inten II yang pemberani dan tangguh sejak dini.
Sebagai keturunan pejuang, Radin Inten II mewarisi semangat perlawanan dari ayahnya. Radin Imba II dikenal sebagai sosok yang terus melawan penjajah Belanda yang berusaha menguasai wilayah Lampung. Ketika Radin Imba II gugur dalam pertempuran melawan Belanda, beban perjuangan ini jatuh ke tangan putranya, Radin Inten II, yang saat itu masih berusia sangat muda.
Di usia 17 tahun, Radin Inten II mengambil alih kepemimpinan pasukan perlawanan. Meskipun terbilang muda, keberanian dan ketegasannya membuatnya dihormati oleh rakyat Lampung. Ia mulai merancang strategi untuk melawan pasukan kolonial Belanda dengan cara yang lebih terorganisir. Pada masanya, Radin Inten II berhasil mempersatukan berbagai kelompok adat dan suku di Lampung untuk menghadapi penjajah.
Radin Inten II melihat ancaman penjajahan Belanda tidak hanya sebagai serangan fisik tetapi juga sebagai ancaman terhadap identitas budaya dan kemerdekaan rakyat Lampung. Melalui berbagai perlawanan yang ia pimpin, Radin Inten II berusaha mengusir Belanda dari tanah kelahirannya. Ia memimpin rakyat dalam pertempuran yang sengit di berbagai daerah Lampung, termasuk di wilayah Gunung Rajabasa.
Baca Juga: Jejak Abah Qohar Pendekar Dari Pesantren Al-Fatah
Di bawah komandonya, semangat perjuangan rakyat Lampung terus berkobar. Radin Inten II dikenal sebagai pemimpin yang adil, bijaksana, dan berani. Ia tidak hanya mengandalkan kekuatan fisik, tetapi juga kecerdasannya dalam menyusun strategi perang. Keberhasilannya dalam beberapa kali mengalahkan pasukan Belanda membuat namanya semakin dihormati di kalangan rakyat dan ditakuti oleh penjajah.
Radin Inten II terkenal menggunakan strategi perang gerilya dalam menghadapi pasukan Belanda yang lebih modern dan bersenjata lengkap. Dengan memanfaatkan medan Lampung yang bergunung-gunung dan hutan lebat, Radin Inten II serta pasukannya mampu menyerang dengan tiba-tiba dan kemudian menghilang sebelum Belanda bisa memberikan perlawanan.
Meskipun memiliki kekuatan yang jauh lebih besar, Belanda mengalami kesulitan menghadapi strategi gerilya yang diterapkan Radin Inten II. Namun, pada akhirnya, pengkhianatan dari dalam pasukannya sendiri menjadi titik balik. Salah satu pengikutnya membocorkan rencana pertempuran, sehingga pada tahun 1856, pasukan Belanda berhasil menangkap dan membunuh Radin Inten II.
Kematian Radin Inten II pada usia 22 tahun meninggalkan luka mendalam bagi rakyat Lampung. Meskipun usianya terbilang muda, jasa-jasanya dalam membela kemerdekaan dan martabat bangsa tak akan pernah terlupakan. Pengorbanannya menjadi simbol ketangguhan dan semangat perjuangan rakyat Lampung melawan penindasan.
Baca Juga: Siapa Umar Rafsanjani? Semua Terekam di Biografi Teungku Pelintas Batas
Meskipun Radin Inten II telah gugur, perjuangannya menjadi inspirasi bagi generasi-generasi setelahnya. Semangat patriotisme dan keberanian yang ia tunjukkan telah menanamkan benih perlawanan terhadap kolonialisme di tanah Lampung. Rakyat Lampung tetap melanjutkan perlawanan hingga akhirnya Indonesia merdeka.
Jasa besar Radin Inten II akhirnya diakui oleh pemerintah Indonesia. Pada tahun 1986, pemerintah menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Radin Inten II. Pengakuan ini menjadi bukti bahwa perjuangannya bukan hanya milik rakyat Lampung, tetapi juga bagian dari sejarah panjang bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan.
Hingga kini, nama Radin Inten II masih harum di Lampung. Banyak sekolah, jalan, dan fasilitas publik yang dinamai sesuai namanya, termasuk Bandar Udara Radin Inten II di Bandar Lampung. Monumen-monumen untuk mengenang jasanya juga tersebar di berbagai tempat sebagai penghormatan atas perjuangannya.
Kepahlawanan Radin Inten II tidak hanya sebatas perlawanan fisik, tetapi juga tentang keberanian mempertahankan kebenaran, keadilan, dan kemerdekaan. Nilai-nilai ini tetap relevan hingga saat ini, terutama bagi generasi muda yang harus terus melanjutkan semangat perjuangan dalam bentuk yang berbeda, seperti membangun bangsa melalui pendidikan dan inovasi.
Baca Juga: Perjalanan Heri Junianto: Dari Pedagang Kecil Hingga Jadi Pengusaha
Radin Inten II bukan hanya sosok pejuang, tetapi juga simbol kebanggaan bagi masyarakat Lampung. Keberaniannya dalam menghadapi ketidakadilan, kemampuannya memimpin rakyat dalam pertempuran, dan pengorbanannya dalam memperjuangkan kemerdekaan menjadikannya pahlawan yang selalu dihormati. Radin Inten II adalah lambang keberanian dan pengabdian pada tanah air yang tak lekang oleh waktu.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Dari Penyanyi ke Panggilan Langit: Perjalanan Spiritual M.Tobri Sebagai Muazin