Oleh: dr. Suwardi Sukri, Dokter Integratif Medicine
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
Sebentar lagi tamu agung tiba. Ummat Islam dengan suka cita menyambutnya dan berharap dapat berjumpa dengan sang tamu agung tersebut. Persiapan pun telah direncanakan baik secara individu maupun secara organisasi. Terlebih lagi setiap masjid seakan berloma-lomba untuk merayakan kehadiran sang tamu agung itu.
Maka berbagai kegiatan pun telah disusun secara matang dengan harapan aktivitas selama kehadiran sang tamu agung itu dapat mensucikan diri dan meningkatkan ke taqwaan kepada Allah SWT. Siapa sang tamu agung itu? Tamu agung itu ialah bulan suci Ramadhan. Di mana kehadirannya dinantikan sebulan sekali dalam setahun.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-23] Keutamaan Bersuci, Shalat, Sedekah, Sabar, dan Al-Quran
Bulan Ramadhan sangat istimewa bagi ummat Islam karena bulan suci Ramadhan adalah bulan penuh ampunan dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Untuk mencapai pensucian diri itu maka diwajibkan orang-orang yang beriman untuk berpuasa selama sebulan penuh. Berdasarkan surat Al-Baqarah 183 yang saya kutip di atas. Inti tujuan berpuasa adalah agar hamba-hamba Allah yang beriman mencapai derajat Taqwa. Ini sudah jelas dan terang benderang.
Saya tidak akan membahasnya karena pengetahuan saya di rana bahasan ini belum cukup mumpuni. Oleh sebab itu, saya akan membahas rahasia dibalik perintah puasa ditinjau dari segi kesehatan kedokteran terkini.
Kerusakan Vs Reparasi
Mengapa tubuh mengalami sakit? Seiring bertambahnya usia maka organ-organ tubuh pun mengalami penuaan. Penuaan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari, namun dapat di perlambat. Tergantung usaha seseorang. Oleh sebab itu, ada usia kronologis dan ada usia biologik.
Baca Juga: Sejarah Palestina Dalam Islam
Usia kronologis berdasarkan tanggal kelahiran yang tertera di akta kelahiran. Sementara usia biologik berdasarkan fungsi-fungsi organ tubuh yang membuat orang itu sehat dan energik. Ada orang yang usia di KTP 30 tahun namun fungsi organ tubuhnya setara dengan orang yang berusia 70 tahun. Orang ini tipe ini mudah mengalami sakit. Sebaliknya, ada orang usia di KTP 70 tahun namun, orang ini masih sehat dan energik layaknya pemuda usia 40 tahun. Alat untuk mengukur usia biologik ini disebut Truage scanner.
Inilah sekilas gambaran betapa tubuh ini mudah mengalami kerusakan namun dapat dikendalikan agar tetap sehat. Secara natural tubuh diprogram ke arah kerusakan dan itu pasti terjadi. Rata-rata sel manusia mengandung 10.000 DNA mengalami kerusakan akibat diserang oleh radikal bebas setiap hari.
Namun tubuh juga dilengkapi oleh piranti untuk mereparasi kerusakan tersebut berupa enzim DNA repair. Jika kerusakan tidak dapat direparasi dan terakumulasi dari hari ke hari maka akumulasi “bangkai” sel ini akan mengganggu fungsi sel dan terjadi disfungsi sel, berlanjut disfungsi organ dan lebih jauh akan menyebabkan degenerasi sistem saraf, sistem endokrin dan sistem imunitas.
Jika ketiga sistem penting ini rusak maka berbagai penyakit akan bermunculan. Umpamanya: kanker, diabet, autis pada anak, Parkinson, Al-Zheimer, lupus, hipertensi, dan sebagainya. Apa inti dari frasa ini? Bahwa sehat tidaknya seseorang tergantung pada kemampuan reparasi sel-sel yang rusak.
Baca Juga: Pelanggaran HAM Israel terhadap Palestina
Jika kecepatan reparasi lebih unggul dari pada kecepatan kerusakan maka tubuh akan terjaga tetap sehat. Sebaliknya, bila kerusakan lebih cepat dan lebih unggul dari reparasi maka tubuh akan sehat.Lantas,bagaimana, jika kecepatan antara reparasi dan kerusakan berimbang? Maka orang dengan tipe ini berada dalam status dorman. Tergantung ke arah mana status bergeser apakah sakit atau sehat. Hal ini tergantung pada pola makan dan gaya hidupnya. Dan salah satu gaya hidup sehat adalah dengan berpuasa.
Efek Metabolik Sel
Penyebab kerusakan DNA sel yakni lingkungan,stress dan metabolik. Lingkungan, berupa berbagai zat kimia maupun fisik seperti radiasi, zat bebahaya, gelombang magnetik, mikrooganisma dan sebagainya.
Stress, tekanan batin dan emosi yang tidak terkontrol dapat merusak telomere gen dan menghambat produksi dan kerja enzim telomerase. Telomerase merupakan enzim yang memperbaiki telomere yang rusak.
Baca Juga: Peran Pemuda dalam Membebaskan Masjid Al-Aqsa: Kontribusi dan Aksi Nyata
Metabolik, merupaka proses alami. Setiap hari bahkan setiap detik tubuh melaksanakan fungsi metabolik demi pertahankan kehidupan. Fungsi metabolik ada dua yakni membentuk dan mengurai. Membentuk disebut juga sebagai anabolisme dan mengurai sebagai katabolisme. Tubuh harus menjalankan fungsi ini secara proporsional alias seimbang dan harus tetap menjaga keseimbangan sistem metabolik ini.
Tubuh yang menjalankan dan menjaga keseimbangan ini disebut juga sebagai homeostatis. Kerusakan dijaga seminimal mungkin dan reparasi seoptimal mungkin agar tubuh sehat. Proses metabolik tubuh erat kaitannya dengan aktivitas makan dan minum. Dan faktor metabolik inilah yang memberi andil terbesar terjadinya kelainan degeneratif. Terutama bagi orang-orang yang makan berlebih. Mengapa? Karena proses metabolisme makanan memerlukan komsumsi oksigen yang berlebih dan hal ini mudah menyababkan terjadinya radikal bebas oksidatif.
Setiap hari orang makan dan minum, dan tidak ada larangan orang makan berlebih. Dan orang makan sesuai selera, tanpa memperhitungkan apa yang dibutuhkan oleh tubuh. Yang lezat dan instan jauh lebih menggoda ketimbang yang sehat dan dibutuhkan oleh tubuh. Manusia tidak dapat dipisahkan dari makan, dari bangun tidur sampai tidur pun tubuhnya mencerna makanan. Jika anda bertanya organ apakah yang paling sibuk di dunia ini? Otak, jantung, paru-paru dan ginjal? Bukan.
Organ lambung dan usus paling sibuk, bekerja berat. Sebab itu setiap tiga hari mereka harus meregenerasi sel-selnya. Kenapa begitu? Karena mencerna makanan bukanlah perkara mudah, terkusus bagi orang doyan makan, makan berlebih dengan pola makan buruk. You are what you eat. Tepat sekali kata–kata ini. Sebab apa yang dihasilkan oleh lambung menentukan kualitas organ-oran tubuh lainnya.
Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga
Setiap mencerna makanan, baik lambung maupun usus, maka DNA mitokondria mereka akan bekerja super ekstra. Dalam keadaan diam saja tanpa melakukan aktivitas . Dalam satu sel manusia terjadi 10.000 reaksi zat kimia. Apatalagi jika saat mencerna makanan. DNA mitkondria akan mereplikasi dirinya terus menerus selama mencerna makanan untuk menghasilkan energi.
Saat inilah mitokondria butuh oksigen sesuai kerja mereka. Nah, oksigen ini mudah mengalami penyimpagan kehilangan pasangan elektronnya menjadi radikal bebas. Oksigen yang berubah menjadi radikal bebas disebut sebagai ROS (Reactive Oxygen species).
Dampak ROS ini akan merusak: DNA mitokondria, lalu keluar dari mitokondria menuju ke inti sel dan DNA inti sel pun dapat rusak. Kerusakan DNA mitokondria menghambat produksi energi, dari sinilah muncul gejala loss energi. Yang ditandai mudah capek, tidak bertenaga, pikiran lelet, mudah lupa, jantung lemah, liver berlemak, mual, pusing, dan bersendawa, tidak ada gairah.Inilah awal dari penuaan.
Lebih buruk lagi, bila DNA inti sel rusak, akan terjadi mutasi gen akibatnya timbul kanker. Begitu luas dan mengerikan kerusakan akibat makan berlebih dan tidak terkontrol. Makan dapat dikontrol asalkan nafsu makan dapat dikontrol. Salah satu cara mengontrol nafsu adalah dengan puasa. Khususnya, puasa di bulan Ramadhan. Bulan penuh berkah dan ampunan. Semoga bermanfaat.(AK/R01/RS1)
Baca Juga: Akhlak Mulia: Rahasia Hidup Berkah dan Bahagia
Mi’raj News Agency (MINA)