Rahmat Kemerdekaan RI

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA (Mi’raj News Agency)

 

“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat menyatakan dengan ini kemerdekaannya.” (Pada pembukaan UUD 1945).

“Rahmat Allah” ya, itulah sumber utama diraihnya kemerdekaan bangsa Indonesia, dapat terlepas dari belenggu penjajahan.

Rahmat secara bahasa artinya nikmat, kebaikan, karunia, kasih sayang, pahala.

Al-Asfahani menyebutkan bahwa rahmat Allah adalah belas kasih berupa kebaikan dari Allah kepada yang dirahmati.

“Rahmat Allah” sangat penting bagi setiap manusia. Karena itu, ini tidak boleh terputus walau sedetik jua. Sebab, jika rahmat Allah terputus, maka seluruh alam ini akan hancur. Dan Jika bukan karena rahmat Allah pula, maka seluruh makhluk di dunia maupun di akhirat akan binasa.

Seperti Allah sebutkan pada ayat:

وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ لَمَسَّكُمْ فِي مَا أَفَضْتُمْ فِيهِ عَذَابٌ عَظِيمٌ

Artinya: “Dan seandainya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, disebabkan oleh pembicaraan kamu tentang hal itu (berita bohong itu).” (Q.S. An-Nur [24]: 14).

“Rahmat Allah” berupa kemerdekaan bangsa ini dari cengkeraman penjajahan, inilah karunia Allah. Bagaimana yang sebelumnya serba terjajah, baik fisik, material maupun wilayah. Kemudian berhasil merdeka dengan Kuasa-Nya.

Setelah kemerdekaan itu diisi dengan pembangunan sesuai dengan Sang pemberi rahmat. Sehingga dapat menjadi negeri yang baik, penuh berkah serta ampunan Allah. Sebagaimana firman-Nya:

…..بَلۡدَةٌ۬ طَيِّبَةٌ۬ وَرَبٌّ غَفُورٌ۬

Artinya: “….. negeri yang baik dan [Tuhanmu] adalah Tuhan Yang Maha Pengampun”. (Q.S. Saba [34]: 15).

Namun ayat tersebut masih berlanjut, jika kufur, mengingkari segala rahmat, karunia Allah, maka yang akan terjadi adalah ujian, malapetaka bahkan azab dari Allah. Karena itu ayat selanjutnya menyebutkan:

 فَأَعۡرَضُواْ فَأَرۡسَلۡنَا عَلَيۡہِمۡ سَيۡلَ ٱلۡعَرِمِ وَبَدَّلۡنَـٰهُم بِجَنَّتَيۡہِمۡ جَنَّتَيۡنِ ذَوَاتَىۡ أُڪُلٍ خَمۡطٍ۬ وَأَثۡلٍ۬ وَشَىۡءٍ۬ مِّن سِدۡرٍ۬ قَلِيلٍ۬ (١٦) ذَٲلِكَ جَزَيۡنَـٰهُم بِمَا كَفَرُواْۖ وَهَلۡ نُجَـٰزِىٓ إِلَّا ٱلۡكَفُورَ (١٧)

Artinya: “Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi [pohon-pohon] yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. (16) Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab [yang demikian itu], melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.” (17). (Q.S. Saba [34]: 16-17).

Begitulah,Rahmat Allah” berupa kemerdekaan yang diperoleh oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia, dengan teriakan takbir “Allahu Akbar”. Para kyai, ustadz, tokoh Islam, dan masyarakat Muslim mulai dari perkotaan hingga pelosok pedesaan telah berjuang mengusir penjajah.

Mereka sanggup meninggalkan keluarga, harta benda dan fasilitas hidup dan kehidupan demi tercapainya kemerdekaan, serta terpenuhinya hak-hak asasi manusia.

Teriakan Bung Tomo, yang mengobarkan semangat Jihad para pejuang dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya kala itu, menyerukan,”Dan kita yakin saudara-saudara! Pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita. Sebab Allah selalu berada di pihak yang benar. Percayalah saudara-saudara. Tuhan akan melindungi kita sekalian. Allahu Akbar ! Allahu Akbar ! Allahu Akbar ! Merdeka !!!

Tokoh Muslim Indonesia, M. Natsir menekankan, ajaran Islamlah yang menyebabkan dorongan-dorongan untuk merdeka.

Menurutnya, pada hakikatnya, ajaran Islam itu merupakan suatu revolusi, yaitu revolusi dalam menghapuskan dan menentang tiap-tiap eksploitasi. Apakah eksploitasi itu bernama, kapitalisme, imperialisme, kolonialisme komunisme atau fasisme.

Demikianlah semangat kemerdekaan yang hidup dan dibakar dalam jiwa kaum Muslimin di Indonesia. Semenjak berabad-abad, semangat itu menjadi sumber kekuatan bangsa dan semangat itu pulalah yang menghebat dan mendorong bangsa memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia, pada tahun 1945.

Prof Buya Hamka menambahkan, tidak mungkin tauhid dilepaskan dalam perjuangan suatu bangsa. Sebab pangkal pokok pandangan Islam adalah dua kalimat syahadat.

Menurutnya, akibat dua kalimat syahadat itu bagi kehidupan Islam, sangat besar dan sangat jauh. Karena kalimat itu, tidaklah ada yang mereka sembah, melainkan Allah. Tidak ada peraturan yang mereka akui, atau undang-undang yang mereka junjung tinggi, melainkan peraturan dan undang-undang dari Allah.

Pembebasan Manusia

Begitulah, memang sesungguhnya ajaran Islam hadir membawa misi pembebasan bagi manusia dari segala bentuk penjajahan dan penindasan. Islam hadir untuk memperbaiki akhlak umat manusia dan selanjutnya hanya menghamba kepada Allah. Termasuk dalam hal ini membebaskan manusia dari kungkungan hawa nafsu yang mendorong manusia bersikap destruktif menuju manusia konstruktif.

Misi Islam juga sesungguhnya untuk memanusiakan manusia (humanisasi), yaitu menghormati harkat dan martabat kemanusiaan. Dalam artian, menempatkan manusia sebagai hamba Allah yang mempunyai misi untuk memakmurkan kehidupan di dunia ini, membawa sebagai ajaran yang membawa rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil ‘alamin).

Karena itu, tidaklah sempurna iman seorang, manakala kesalehan ritual yang ditunjukkan dengan shalat, puasa, dan lainnya, tidak membawa implikasi positif bagi proses kemanusiaan pada sekelompok masyarakat marginal (dhu’afa). Terutama dalam bentuk kepedulian dengan memberikan kontribusi bagi penguatan sendi-sendi ekonomi umat.

Maka, ajaran Islam mendorong pembebasan negeri-negeri terjajah. Seperti saat ini Palestina, satu-satunya negeri di dunia ini yang masih terjajah oleh kolonialisme. Juga membebaskan Muslim Rohingnya, Uyghur, Kashmir, dan lainnya dari penzaliman dan pengekangan ibadah dan kehidupan.

Lebih dari setengah abad lalu, tepatnya tahun 1953, Jama’ah Muslimin (Hizbullah), wadah kesatuan umat Islam yang bersifat rahmatan lil ‘alamin, telah mengeluarkan Maklumat I yang isinya, “Jama’ah Muslimin (Hizbullah) tegak berdiri di dalam lingkungan kaum muslimin, di tengah-tengah antar golongan, menyeru kepada kebajikan, menyuruh berbuat baik dan mencegah perbuatan munkar. Menolak tiap-tiap fitnah penjajahan, kedzaliman suatu bangsa di atas bangsa lain dan mengusahakan ta’aruf antar bangsa-bangsa”.

Tentu, kita perlu semakin memperkokoh persatuan dan kesatuan umat dan bangsa ini, dengan meninggalkan segala pertikaian dan permusuhan, guna menyongsong masa depan dengan semangat membangun negeri dalam ridha ilahi. (A/RS2/P1)

Mi’raj Mews Agency (MINA)

Comments are closed.