Oleh: Ansaf Muarif Gunawan, Wartawan Kantor Berita MINA
Mari kita mencari keberkahan di bulan Ramadhan dengan memperbanyak kegitan amar ma’ruf (menyuruh kepada kebaikan) dan nahi mungkar (mencegah kemunkaran), sebagai wujud takwa kepada Allah Ta’ala.
Secara bahasa amar ma’ruf artinya menyuruh orang berbuat baik, sementara nahi munkar artinya melarang orang berbuat yang jahat.
Kegitan amar ma’ruf (menyuruh kepada kebaikan) untuk meraih takwa. Sementara takwa dapat mendatangkan turunnya keberkahan untuk seluruh negeri. Allah berjanji, jika penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa pastilah Allah akan membukakan pintu-pintu keberkahan.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Q.S. Al-’Araf [7]: 96).
Redaksi ayat ini menggunakan huruf lam taukid لَفَتَحْنَا yang berarti benar-benar, sungguh, atau pasti apabila dinisbatkan kepada Allah. Jadi, makna ayat tersebut, pasti Allah akan membukakan pintu-pintu keberkahan dari langit maupun dari bumi, dengan syarat penduduknya beriman dan bertakwa.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Begitu pula, dengan melakukan kegiatan Nahi Munkar (mencegah kemunkaran) agar kemungkaran tidak berkembang di tengah masyarakat. Hal ini, berarti mencegah turunnya adzab Allah, agar tidak menimpa seluruh negeri.
Sudah menjadi sunnatullah, manakala kemungkaran terjadi di mana-mana dan tidak ada yang peduli, masyarakat acuh tak acuh, tidak saling melarang, maka akan turun adzab di sana. Kalau adzab itu turun, tidak hanya menimpa kepada pelaku-pelaku kemungkaran saja, tetapi orang-orang yang baik, anak-anak tak berdosa, orang tua jompo yang tak berdaya, semua akan merasakan dampaknya.
Inilah sebahagian makna peringatan Allah:
وَاتَّقُوْا فِتْنَةً لَّا تُصِيْبَنَّ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْكُمْ خَاۤصَّةً ۚوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (QS. Al-Anfal [8]: 25).
Menurut Imam Al-Ghazali hukum amar ma’ruf nahi munkar menjadi kesepakatan mayoritas ulama adalah fardhu kifayah. Sebagaimana yang dinyatakan oleh pengarang Tafsir Ruhul Ma’ani bahwa ulama sepakat bahwa amar ma’ruf nahi munkar termasuk fardhu kifayah, tidak ada yang bertentangan dengan pendapat ini kecuali sebagian kecil.
Amar Ma’ruf itu adalah sesuatu yang diakui oleh syariat itu baik, dan mungkar itu yang dibenci oleh syariat.
Contoh ma’ruf misalnya shalat, zakat, puasa, baca Al-Quran, Shalat tarawih, dan sebagainya. Sementara contoh munkar adalah berjudi, korupsi, membunuh, dan perbuatan maksiat lainnya.
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Jadi di bulan Ramadhan ini sangat banyak cara melakukan amar ma’ruf, bahkan pahalanya berlipat ganda pahala, kebaikan yang kita lakukan selama bulan Ramdhan.
Oleh karena itu, di bulan suci Ramadhan ini marilah kita perbanyak kegiatan amar makruf nahi mungkar.
Allah Subhanahu wa Taala mengingatkan kita di dalam firman-Nya:
وَٱلْمُؤْمِنُونَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَيُطِيعُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ ٱللَّهُ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya.” (Q.S. At-Taubah [9]: 71).
Kita semua punya kewajiban untuk menyuruh orang berbuat baik dan melarang orang berbuat munkar. Faktanya memang menyuruh orang berbuat baik adalah hal yang mudah untuk dilakukan. Sebaliknya melarang atau mencegah orang berbuat munkar adalah hal yang sulit untuk dilakukan.
Namun, bagaimanapun keduanya ini adalah ajaran Allah yang harus kita laksanakan jika kita ingin dikelompokkan bersama orang-orang yang terbaik.
Perbuatan tersebut merupakan salah satu kewajiban dan ibadah terpenting dalam kehidupan seorang Muslim terlebih di bulan Ramadhan ini.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah
Apabila amar ma’ruf nahi munkar jika ditegakkan, maka kita akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah Subhanhu Wa Taala.
Rasulullah Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ، لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa yang mengajak kepada kebaikan, maka dia akan selalu mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dari pahala mereka sedikit pun.” (H.R. Muslim).
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh
Oleh karenanya, kita harus bisa menjadikan puasa Ramadhan ini sebagai puncak dari pada amar ma’ruf nahi munkar.
Selain itu amar makruf nahi munkar penjadi penyebab dosa-dosa terampuni.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallambersabda:
فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَنَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَجَارِهِ يُكَفِّرُهَا الصِّيَامُ وَالصَّلاَةُ وَالصَّدَقَةُ وَاْلأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنْ الْمُنْكَرِ
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-3] Rukun Islam
“Dosa-dosa seorang laki-laki terhadap istri, harta benda, diri sendiri, anak, dan tetangganya, dapat dihapus dengan puasa, shalat, bersedekah, dan mendirikan amar makruf dan nahi munkar.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Selama ini masih banyak masyarakat selama bulan Ramadhan mengisi kegiatan dengan hal-hal yang tidak syar’i. Bahkan dengan kegiatan-kegiatan yang menjurus kepada maksiat, sehingga banyak terjadi kemungkaran dan bertentangan dengan norma-norma agama.
Pada kesempatan di bulan Ramadhan yang mulia, marilah perbanyak peluang kita untuk mengisi dengan kegiatan yang baik (amar maruf nahi mungkar).
Salah satu contoh seperti memperbanyak menghadiri majelis ilmu, membaca Al-Quran, shalat baik shalat wajib maupun sunnah pada bulan Ramadhan dan tentunya masih banyak lagi amal-amalan yang baik lainya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-2] Rukun Islam, Iman, dan Ihsan
Cara melakukan amar makruf nahi mungkar
Pertama, seorang yang berpuasa dengan benar sesuai dengan yang diperintahkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, berarti dia sudah mengerjakan yang ma’ruf.
Puasa adalah diam artinya diam diri dari pada berbicara yang tidak baik atau menjaga lisan. Kita berdiam diri untuk tidak melakukan yang munkar. Karena puasa adalah benteng dari api neraka
Sebagaimana Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
Baca Juga: Kaya Bukan Tanda Mulia, Miskin Bukan Tanda Hina
إِنَّمَا الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ
“Puasa adalah perisai dan benteng dari api neraka. ” (H.R Imam Ahmad).
Kedua, puasa itu mengendalikan hawa nafsu. Ketika seseorang berpuasa, maka ia akan menahan diri dari makan dan minum. Dengan tidak makan dan minum, maka hawa nafsu (syahwat) akan terkendali. Jika nafsu terkendali, maka sulit bagi setan untuk menggoda manusia, karena pintu utama bagi setan adalah hawa nafsu itu sendiri. Dengan terbebas dari godaan syaitan, ibadah pun lebih maksimal.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
يَا مَعْشَرَ اَلشَّبَابِ! مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ اَلْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ, فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ, وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ, وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ ; فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
“Wahai sekalian pemuda, barangsiapa di antara kamu yang mempunyai kesanggupan, maka menikahlah, karena menikah itu lebih menundukkan pandangan mata dan lebih memelihara kesucian farji ; dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah berpuasa, karena puasa dapat menjadi benteng baginya”. (H.R. Muttafaq ‘Alaihi).
Karena itu hendaklah kita semua menjadi ummat yang selalu mengajak kepada kebajikan, dengan memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah kemunkaran, masing-masing sesuai dengan kedudukan dan kemampuannya, sehingga termasuk berhak memperoleh keberuntungan.
Hal ini sesuai dengan Firman Allah di atas dalam Ali Imran: 104. Yang artinya: “Hendaklah Diantara Kamu Itu Menyuruh Kepada Kebaikan “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan ummat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
Dengan demikian, setiap ibadah yang Allah syariatkan atau yang Allah perintahkan kepada kita itu ada pengaruh terhadap jati diri dan mental kita. Apalagi di bulan Ramadhan ini pahala yang diberikan Allah setiap kebaikan yang kita lakukan berlipat ganda. Oleh karena itu, marilah kita tinggalkan yang mungkar dan kerjakan yang ma’ruf.
Sebagaimana dalam Hadits Arbain Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
«مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ».
“Barang siapa di antara kamu yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan tangannya, jika tidak mampu hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan lisannya, jika tidak mampu hendaklah ia merubah dengan hatinya, dan itulah keimanan yang paling lemah.” (HR. Muslim no. 49).
Jadi di sini, kita tidak bisa hanya menyerukan kepada kebaikan tetapi harus mencegah kemungkaran. Orang yang hendak mengubah kemungkaran berhak mengubahnya dengan berbagai cara yang dapat melenyapkan kemungkaran tersebut, baik melalui perkataan mahupun perbuatan (tangan).
Marilah di bulan Ramadhan ini kita perbanyak lagi amar maruf nahi mungkar. Semoga Allah senantiasa melimpahkan keberkahan kepada kita. Amiin. Wallahu a’lam Bishshowab. (A/R8/RS2)
Mi’raj News Agency (MINA)