Raih Kemuliaan Dengan Al-Qur’an

Oleh Rendy Setiawan, Jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

إِنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَرواه مسلم

Artinya: “Sesungguhnya Allah meninggikan derajat suatu kaum melalui Al-Qur’an ini dan merendahkan sebagian lainnya.” (Hr. Muslim dari jalur Umar ibnu Al-Khattab)

Kitab suci yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah mencakup segala bentuk aturan hidup yang akan membawa manusia pada tingkat kemuliaan yang tidak akan ditemukan pada kitab panduan aturan hidup lainnya.

Dengan Al-Qur’an pula, manusia akan bisa menjadi sesuatu yang hina jikalau nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an itu diabaikan.

Secara bahasa, Al-Qur’an bermakna bacaan. Pendapat lain mengatakan bahwa Al-Qur’an bisa pula dimaknai sebagai kumpulan atau himpunan, hal ini terlihat karena Al-Qur’an menghimpun inti pokok ajaran semua kitab atau wahyu Allah yang sebelumnya telah diwahyukan kepada para nabi.

Lebih dari itu, Al-Qur’an juga menghimpun panduan dasar seluruh ilmu pengetahuan yang dibutuhkan manusia. Hal itu disebabkan karena ia adalah firman Allah yang ilmu-Nya mencakup segala hal yang berkaitan dengan manusia, dan bahkan di luar jangkauan manusia, karena Allah-lah Sang Pencipta alam semesta.

Pada banyak kesempatan, para shahabat ridwanullah ta’ala anhum ajma’in dan orang-orang yang hidup setelah mereka merasakan betul manfaat dan kemuliaan yang didapat dari mengamalkan Al-Qur’an, sampai-sampai setelah terjadi perang Yamamah pada tahun 11 H, Umar ibnu Al-Khattab mengusulkan kepada Khalifar Abu Bakar Ash-Shiddiq untuk segera mengkodifikasi (membukukkan) Al-Qur’an mengingat banyaknya hufadz (para penghafal Al-Qur’an) yang menemui syahidnya pada perang itu.

Di dalam Al-Qur’an sendiri ditegaskan bahwa orang-orang kafir tidak suka mendengar Al-Qur’an dikarenakan hijab yang tebal di hati mereka, sehingga menghalangi mereka dari hidayah. Allah Ta’ala berfirman :

وَإِذَا قَرَأۡتَ ٱلۡقُرۡءَانَ جَعَلۡنَا بَيۡنَكَ وَبَيۡنَ ٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡأَخِرَةِ حِجَابً۬ا مَّسۡتُورً۬ا (٤٥) وَجَعَلۡنَا عَلَىٰ قُلُوبِہِمۡ أَكِنَّةً أَن يَفۡقَهُوهُ وَفِىٓ ءَاذَانِہِمۡ وَقۡرً۬ا‌ۚ وَإِذَا ذَكَرۡتَ رَبَّكَ فِى ٱلۡقُرۡءَانِ وَحۡدَهُ ۥ وَلَّوۡاْ عَلَىٰٓ أَدۡبَـٰرِهِمۡ نُفُورً۬ا (٤٦

Artinya: “Dan apabila kamu membaca Al-Quran niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup, dan Kami adakan tutupan di atas hati mereka dan sumbatan di telinga mereka, agar mereka tidak dapat memahaminya. dan apabila kamu menyebut Tuhanmu saja dalam Al-Quran, niscaya mereka berpaling ke belakang karena bencinya,” (Qs. Al-Israa’ [17]: 45-46)

Sesuatu yang Baik, Diawali dengan yang Baik

Allah Ta’ala menegaskan bahwa pengaruh Al-Qur’an sungguh luar biasa terhadap gunung, bumi dan orang yang sudah meninggal. Di dalam surat Al-Hasyr dikatakan bahwa apabila Al-Qur’an diturunkan kepada gunung, maka gunung itu akan terpecah dan tunduk. Bahkan dalam surat yang lain disebutkan bahwa apabila Al-Qur’an dibacakan di hadapan gunung, maka gunung itu akan bergoncang hebat dan bumi akan terbelah. Demikianlah kehebatan dari Al-Qur’an.

Jika demikian hebatnya pengaruh Al-Qur’an bagi benda mati yang tak bernyawa dan tak berakal fikiran, maka manusia akan lebih mentadabburi Al-Qur’an, karena memang manusia diciptakan memiliki akal dan pikiran yang dengannya manusia mempunyai kemampuan untuk memilih mana yang benar dan mana yang salah, apalagi seorang manusia yang mengaku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Kerugian dari mengabaikan Al-Qur’an adalah bahwa ia akan kehilangan pahala yang berlipat, karena orang yang membaca Al-Qur’an akan mendapat pahala dari setiap huruf yang dibacanya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah menyatakan, “Tidaklah mengatakan Alif Laam Miim adalah satu huruf, melainkan alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.” (Hr. At Tirmidzi)

Maka untuk membacanya dengan baik, kita dianjurkan untuk melakukan persiapan khusus dengan hati yang bersih dan memohon perlindungan kepada-Nya dari godaan setan, sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam surat An-Nahl: 98.

 (فَإِذَا قَرَأۡتَ ٱلۡقُرۡءَانَ فَٱسۡتَعِذۡ بِٱللَّهِ مِنَ ٱلشَّيۡطَـٰنِ ٱلرَّجِيمِ (٩٨

Artinya: “Dan apabila kamu akan membaca Al-Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syetan yang terkutuk.” (Qs. An-Nahl [16]: 98)

Dan ketika tidak membacanya pun, kita harus menyimaknya dengan melibatkan seluruh perasaan, indera dan alat pemahaman sehingga terjadi interaksi, tadabbur, dan pengaruh yang nyata dalam keseharian, Dan apabila dibacakan Al-Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat, sebagaimana firman Allah Ta’ala,

(وَإِذَا قُرِئَ ٱلۡقُرۡءَانُ فَٱسۡتَمِعُواْ لَهُ ۥ وَأَنصِتُواْ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ (٢٠٤

Artinya: “Dan apabila dibacakan Al-Qu’an, maka dengarkanlah baik-baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kalian mendapat rahmat.” (Qs. Al-A’raf [7]: 204)

Meski Al-Qur’an menyimpan potensi yang maha dahsyat, tetapi mengapa umat Islam belum bisa bangkit dan masih terpuruk pada peradaban dunia saat ini? Padahal, Al-Qur’an yang kita pegang saat ini tetap lah Al-Qur’an yang otentik seperti yang pernah dibaca oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan didengarkan para shahabat ridwanullah ta’ala ‘anhum, tak ada yang berkurang sedikitpun dari hakikatnya yang asli.

Sikap dan mental kita yang salah dalam mendudukkan Al-Qur’an dalam kehidupan kita bisa jadi menjadi salah satu hambatan untuk maju. Marilah kita bercermin kepada generasi terbaik umat dalam mengubah hal pokok problem besar umat Islam dewasa ini.

Untuk itulah, umat Islam dilarang untuk memilah-milah ajaran Al-Qur’an, dalam pengertian bahwa seluruhnya harus kita ambil dan jadikan pedoman hidup.

Sikap yang utuh dan tidak parsial merupakan karakter Al-Qur’an sendiri, sehingga barang siapa yang memotong-motongnya maka ia akan mendapat adzab dari Allah, Dan katakanlah: “Sesungguhnya Aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan”. Sebagaimana (Kami telah memberi peringatan), kami telah menurunkan (adzab) kepada orang-orang yang membagi-bagi (Kitab Allah), (yaitu) orang-orang yang telah menjadikan itu terbagi-bagi.” (Al-Hijr: 89-91). (P011/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rendi Setiawan

Editor: Bahron Ansori

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.