Raja Belanda Minta Maaf atas Perbudakan dan Kolonialisme Masa Lalu

Amsterdam, MINA – Raja Belanda Willem-Alexander pada Sabtu meminta maaf atas keterlibatan negaranya dalam perbudakan pada masa lampau yang dampaknya masih terasa hingga sekarang.

Permintaan maaf tersebut disampaikan Raja Willem dalam upacara peringatan 160 tahun penghapusan secara legal perbudakan di Belanda, termasuk di negara-negara bekas jajahannya di Karibia.

“Pada hari ini saat kita mengenang sejarah perbudakan Belanda, saya memohon maaf atas kejahatan terhadap kemanusiaan ini,” kata Raja Willem seperti dikutip MINA, Ahad (2/7).

Dia menambahkan rasisme dalam masyarakat Belanda masih menjadi masalah yang tak kunjung selesai. Dia menyadari tidak semua orang bersedia menerima permintaan maafnya.

Namun waktu telah berubah dan perbudakan benar-benar telah terputus,” kata dia, disambut tepuk tangan dari ribuan penonton di monumen perbudakan nasional di Oosterpark Amsterdam.

Baca Juga:  Fadli Zon Dukung Mahkamah Pidana Internasional Tangkap Netanyahu

Keti Koti adalah kata dalam bahasa Suriname yang berarti ‘memutus rantai’. Keti Koti dijadikan sebagai nama hari peringatan perbudakan dan perayaan kebebasan yang diperingati setiap 1 Juli di Belanda.

Permintaan maaf dari Raja itu disampaikan di tengah renungan yang meluas tentang masa lalu kolonialisme Belanda, termasuk keterlibatan Amsterdam dalam perdagangan budak Atlantik dan perbudakan di negara-negara bekas jajahannya di Asia.

Pada 2020 lalu, Raja Willem-Alexander juga meminta maaf kepada Indonesia atas “kekerasan berlebihan” selama penguasaan kolonial Belanda. (T/R2/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rendi Setiawan

Editor: Widi Kusnadi