Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Raja Faisal: Sang Raja Pemberani Pembela Palestina

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 52 detik yang lalu

52 detik yang lalu

0 Views

Sanga Raja dari Saudi yang terdepan membela Palestina (foto: ig)

DI TENGAH dinamika Timur Tengah yang penuh gejolak, muncul sosok pemimpin yang teguh, cerdas, dan tak gentar menghadapi tekanan global. Dialah Raja Faisal bin Abdulaziz Al-Saud, raja Arab Saudi yang tak hanya dikenal karena kebijakan modernisasi negaranya, tetapi juga karena komitmennya terhadap persatuan dunia Islam dan perjuangan Palestina. Kisah hidupnya berakhir tragis pada 25 Maret 1975, saat ia dibunuh oleh sepupunya sendiri. Namun, warisan perjuangannya tetap hidup dan menjadi inspirasi hingga hari ini.

Lahir di Riyadh pada April 1906, Faisal dibesarkan dalam lingkungan keluarga kerajaan yang sarat dengan dinamika politik. Ayahnya, Raja Abdulaziz, sedang giat menyatukan Jazirah Arab. Sejak muda, Faisal sudah dipercaya memimpin ekspedisi militer dan misi diplomatik penting. Bahkan, pada usia 14 tahun, ia sudah mewakili ayahnya dalam kunjungan diplomatik ke London.

Kematangan Faisal dalam diplomasi membuatnya dipercaya menjadi Menteri Luar Negeri sejak tahun 1930. Dalam perannya ini, ia menjadi saksi sekaligus penentang awal pembagian wilayah Palestina oleh Inggris dan berkembangnya kolonisasi Zionis. Sejak itulah, perjuangan untuk Palestina menjadi bagian tak terpisahkan dari jati dirinya.

Takhta kerajaan ia pegang pada tahun 1964 setelah menggantikan Raja Saud. Faisal mengedepankan dua misi utama dalam pemerintahannya: memodernisasi Arab Saudi dan menguatkan identitas Islam global. Di bawah kepemimpinannya, Arab Saudi membangun infrastruktur modern, termasuk sekolah untuk perempuan, dan memperkenalkan sistem perbankan baru. Meski menghadapi tekanan dari kelompok konservatif, ia terus maju.

Baca Juga: Ummu Haram binti Milhan, Sahabiyah yang Menjadi Syahidah di Pulau Siprus

Namun lebih dari itu, Faisal menjadi tokoh penting dalam membangun solidaritas Islam lintas negara. Ia dikenal sebagai motor penggerak Organisasi Konferensi Islam (OIC), dan menjadikan Palestina sebagai prioritas utama kebijakan luar negerinya. Bagi Faisal, nasib rakyat Palestina adalah simbol dari penjajahan yang lebih luas atas dunia Islam.

Tindakan beraninya terlihat nyata pada tahun 1973, saat Perang Oktober meletus antara negara-negara Arab dan Israel. Sebagai bentuk protes terhadap dukungan Amerika dan Barat terhadap Israel, Faisal memimpin negara-negara Arab produsen minyak untuk menghentikan ekspor ke negara-negara pro-Israel. Embargo minyak ini mengguncang ekonomi global dan memperlihatkan kekuatan negara-negara Timur Tengah dalam percaturan dunia.

Dalam pidatonya yang terkenal, Faisal mengingatkan bahwa dukungan Barat terhadap Zionisme dapat merusak hubungan diplomatik mereka dengan dunia Arab. Sikapnya ini menjadikannya simbol pemimpin Islam yang tidak gentar menyuarakan kebenaran, sekalipun terhadap negara adidaya.

Pandangan Faisal yang tegas terhadap Barat dan komunisme juga mewarnai posisinya dalam Perang Dingin. Ia menganggap Islam sebagai tameng menghadapi hegemoni ideologi luar, baik kapitalisme Barat maupun komunisme Soviet. Kebijakan luar negerinya membantu membuka jalan bagi perlawanan mujahidin di Afghanistan saat Uni Soviet menyerbu negeri itu.

Baca Juga: Dr Joserizal Jurnalis: Pendiri MER-C, Pejuang Kemanusiaan dari Indonesia untuk Dunia

Sayangnya, perjalanannya terhenti mendadak ketika ia dibunuh oleh sepupunya sendiri dalam sebuah pertemuan resmi di Riyadh. Meski ada teori konspirasi tentang motif politik dan keterlibatan asing, penyelidikan resmi menyatakan bahwa tindakan itu dilakukan karena alasan pribadi. Kematian Faisal disambut duka mendalam dari dunia Islam. Para pemimpin dari berbagai negara hadir dalam pemakamannya yang sederhana namun penuh makna.

Warisan Faisal tak hanya hidup dalam bentuk lembaga atau bangunan, seperti Masjid Faisal di Islamabad atau kota Faisalabad di Pakistan, tetapi juga dalam semangat perjuangan melawan penindasan dan penjajahan. Namanya tetap disebut setiap kali dunia Islam mencari sosok pemimpin yang berani dan penuh prinsip.

Kini, ketika dunia kembali menyaksikan penderitaan rakyat Palestina dan dinamika baru di Timur Tengah, nama Raja Faisal kembali bergema. Banyak yang merindukan keberanian dan ketegasannya. Sosoknya menjadi pengingat bahwa kekuasaan bisa digunakan untuk memperjuangkan keadilan, bukan sekadar mempertahankan tahta.[]

Sumber: MEMO

Baca Juga: Abu Chiek Oemar Di Yan; Ayah Para Teungku Chiek di Aceh

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Feature
Kolom
Palestina
Palestina