Amman, 12 Dzulhijjah 1436/26 September 2015 (MINA) – Raja Jordania Abdullah II telah memerintahkan kepala biro untuk tidak meneruskan panggilan telepon dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengenai insiden yang dilakukan pasukan Israel baru-baru ini di kompleks Masjid Al-Aqsha Palestina.
Harian Israel Haaretz edisi Kamis (24/9) menyebutkan, Raja Abdullah mengatakan kepada para tamu dalam beberapa hari terakhir bahwa ia menolak untuk menerima panggilan telepon dari Netanyahu.
“Jordania sedang memberikan kesan reaksi terhadap kekerasan yang sedang berlangsung di kompleks Al-Aqsha,” bunyi pernyataan.
Surat kabar Rai al-Youm yang berbasis di London mengutip sumber-sumber dari dalam istana kerajaan Jordania, menyatakan bahwa raja telah menolak untuk menerima panggilan dari Netanyahu dan setelah mengetahui insiden yang terjadi di Al-Aqsha.
Baca Juga: Sempat Dilaporkan Hilang, Rabi Yahudi Ditemukan Tewas di UEA
Ahad lalu (20/9) Raja Jordania menerima anggota parlemen Arab-Israel untuk membahas eskalasi berkelanjutan yang diklaim Israel sebagai Kuil Yahudi.
Dalam pertemuan tersebut, Raja Abdullah mengatakan bahwa Masjid Al-Aqsha terbuka bagi umat Islam saja dan tidak dapat dibagi untuk Yahudi.
“Saya katakan sekali lagi dan untuk semua, bahwa tidak ada kemitraan, tidak ada pembagian, Al-Aqsha adalah tempat ibadah milik Muslim,” katanya kepada anggota parlemen dari Joint Arab List.
Pekan lalu, Raja Abdullah juga berbicara dengan Wakil Presiden AS Joe Biden dan meminta pemerintah Amerika untuk menyatakan posisi yang jelas tentang kekerasan berulang kali yang dilakukan pasukan Israel di kota Al-Quds.
Baca Juga: Israel Perintahkan Warga di Pinggiran Selatan Beirut Segera Mengungsi
Raja juga meminta Biden untuk bertindak melawan kebijakan Israel yang sedang berlangsung di Masjid Al-Aqsha dan mengakhiri agresi Israel. (T/P4/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan