Riyadh, 10 Jumadil Awwal 1437/18 Februari 2016 (MINA) – Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz dan Presiden Turki Tayyip Erdogan berbicara melalui telepon dan mengatakan serangan Rusia dan pasukan pemerintah Suriah ke utara Aleppo mengkhawatirkan, Saudi Gazette Kamis ini (18/2) melaporkan.
Pembicaraan menyebutkan, tidak akan ada solusi untuk konflik Suriah selama Presiden Bashar Al-Assad tetap dalam kekuasaan. Kedua pemimpin juga menyerukan diakhirinya serangan pada warga sipil dan pencabutan pengepungan.
“Serangan hanya membuat situasi kemanusiaan di wilayah tersebut memburuk,” demikian pernyataan mereka sebagaimana laporan Saudi Gazette.
Raja Salman dan Erdogan juga membahas serangan oleh milisi Kurdi PYD di kota utara Suriah Azaz, dekat perbatasan Turki, dan respon tentara Turki.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Pada hari Rabu, Erdogan mengatakan bahwa kesabaran Turki mungkin sudah habis atas krisis di Suriah, dan bisa dipaksa untuk mengambil tindakan.
Erdogan menganggap PBB tidak sepenuhnya dalam menyerukan Turki untuk berbuat lebih banyak untuk membantu pengungsi Suriah, dan bukannya mengambil tindakan untuk mencegah pertumpahan darah di tetangga selatan.
Pesawat perang Rusia telah membombardir sekitar Kota Aleppo, dalam mendukung serangan pemerintah Suriah untuk merebut kembali kota. Hingga puluhan ribu orang terpaksa melarikan diri ke perbatasan Turki.
“Ada dampak gelombang baru pengungsi akan mencapai 600.000 jika serangan udara terus berlangsung. Kami tetap akan membuat persiapan untuk itu, “kata Erdogan dalam pidato untuk sebuah forum bisnis di Ankara.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
“Kami akan bersabar sampai titik tertentu dan kemudian kami akan melakukan apa yang diperlukan,” katanya.
Turki, menjadi rumah bagi lebih dari 2,6 juta pengungsi Suriah, telah lama mendorong penciptaan zona aman di Suriah utara, untuk melindungi warga sipil pengungsi tanpa membawa mereka melintasi perbatasan ke Turki. (T/P4/R05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata