Jeddah, MINA – Raja Arab Saudi, Salman, dikabarkan telah melakukan pendekatan secara pribadi kepada pejabat tinggi Amerika Serikat (AS) untuk memastikan Israel membuka kembali Masjid Al-Aqsa di Yerusalem.
Menurut sebuah laporan di portal online Elaph, Raja Salman telah berbicara dengan pejabat tinggi AS yang meminta dilakukan pembukaan kembali masjid suci tersebut.
Laporan tersebut mengutip seorang sumber senior yang mengatakan, dalam perkembangan berikutnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji kepada pejabat AS bahwa dia telah memutuskan untuk mengembalikan status quo masjid tersebut, seperti dituntut oleh ummat Muslim dunia dan penduduk Yerusalem.
Menurut Elaph, Netanyahu telah mengundang pejabat Saudi untuk mengunjungi Masjid Al-Aqsa dan untuk menilai secara langsung situasi di lapangan, demikian Arab News melaporkan yang dikutip MINA. Arab News juga telah meminta tanggapan dari Gedung Putih untuk mengkonfirmasi laporan tersebut.
Baca Juga: Israel Duduki Desa-Desa di Suriah Pasca-Assad Terguling
Sementara itu, Kabinet Saudi menyampaikan keprihatinan mendalam atas penutupan Masjid Al-Aqsa oleh otoritas pendudukan Israel. Ini merupakan pelanggaran mencolok terhadap sentimen Muslim di seluruh dunia, kata Kabinet Saudi.
Tindakan semacam itu dikatakan adalah tindakan berbahaya yang akan semakin menyulitkan situasi di wilayah Palestina yang diduduki, tambahnya.
Raja Salman memimpin sidang kabinet pada hari Senin (17/7) di Istana Al-Salaam di Jeddah. Kabinet meminta masyarakat internasional untuk memikul tanggung jawabnya dan mengakhiri praktik semacam itu.
Orang-orang Muslim menanggapi seruan pada hari Senin untuk tidak memasuki tempat suci tersebut dan melakukan demonstrasi di luar setelah pihak berwenang Israel membuka kembali masjid itu tapi dengan memasang detektor logam di pintu masuk ke kompleks tersebut.
Baca Juga: Warga Palestina Mulai Kembali ke Yarmouk Suriah
Orang-orang Palestina melihat langkah-langkah keamanan baru saat Israel menunjukkan penguasaan lebih lanjut atas tempat suci tersebut.
Otoritas Waqaf Islam, Yordania yang mengelola urusan keagamaan di lokasi tersebut, sangat marah atas pemasangan detektor logam. Otoritas Waqaf, bersama dengan kelompok Islam lainnya, mengeluarkan sebuah pernyataan Senin (17/7) yang meminta umat Islam untuk menolak dan memboikot semua tindakan agresi Israel, termasuk mengubah status quo dan pemasangan detektor logam. Mereka meminta umat beriman “tidak masuk masjid melalui” detektor.
Pernyataan itu menyebutkan, jika detektor logam terus diberlakukan, kami meminta orang-orang untuk beribadah di depan gerbang masjid dan di jalan-jalan Yerusalem.
Kawasan Al-Aqsa yang disucikan dan mulia sebagian besar kosong pada hari Senin (17/7) selain wisatawan dan pengunjung Yahudi saja. Sementara orang-orang Muslim memilih melakukan ibadah dan aksi protes di luar lokasi, daripada harus masuk melalui detektor logam.
Baca Juga: [POPULER MINA] Runtuhnya Bashar Assad dan Perebutan Wilayah Suriah oleh Israel
Ratusan orang nampak beribadah di luar dua pintu masuk yang berbeda ke lokasi sekitar tengah hari pada hari Senin itu.
Pada aksi protes tersebut orang-orang Muslim dengan suara keras meneriakkan, “Masjid Aqsa, kita akan mengorbankan jiwa dan darah kita.” Polisi kemudian berusaha memindahkan mereka kembali.
“Kami tidak akan menghancurkan solidaritas rakyat,” kata Jamal Abdallah, seorang Palestina yang sekarang tinggal di negara bagian Arizona, Amerika Serikat dan berencana untuk mengunjungi Al-Aqsa, namun berubah pikiran saat diberitahu mengenai situasi tersebut.
Israel memasang detektor logam setelah serangan pada hari Jumat (14/7) lalu di dekat lokasi suci di mana tiga orang melepaskan tembakan ke polisi Israel. Tiga orang itu kemudian melarikan diri ke kompleks, yang akhirnya ditembak mati oleh pasukan Israel.
Baca Juga: Drone Israel Serang Mobil di Lebanon Selatan, Langgar Gencatan Senjata
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengambil keputusan untuk memasang detektor logam dan kamera pengintai dalam sebuah pertemuan dengan petugas Kepolisian Israel, Sabtu. Dia juga berbicara melalui telepon dengan Raja Abdullah, Yordania pada Sabtu malam.
Raja mengutuk serangan tersebut, namun juga meminta Netanyahu untuk membuka kembali kompleks Al-Aqsa dan menekankan perlunya menghindari eskalasi di lokasi itu.
Presiden Palestina Mahmud Abbas menyampaikan pesan serupa kepada Netanyahu saat keduanya berbicara melalui telepon pada hari Jumat setelah serangan tersebut. (T/B05/ P1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan