Kairo, 12 Rabi’ul Awwal 1435/14 Januari 2014 (MINA) – TPS telah dibuka di Mesir Selasa (14/1), di mana jutaan pemilih diatur untuk memberikan suara dalam referendum konstitusi, pemungutan suara pertama sejak militer menggulingkan Presiden Muhammad Mursi.
Tempat pemungutan suara yang dikelilingi oleh pasukan keamanan bersenjata berat, menerima antrian warga, bahkan dua hari sebelum pemungutan suara dimulai.
Pejabat Pemerinah Mesir memperkirakan jumlah pemilih di Mesir sekitar 53 juta orang, demikian laporan Al Jazeera yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Sementara itu, tingkat partisipasi pemilih sulit untuk diprediksi.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Pemerintah telah berjanji tidak akan ada toleransi bagi setiap upaya untuk mengganggu pemungutan suara. Sekitar 200.000 pasukan keamanan dikerahkan untuk melindungi tempat pemungutan suara.
Namun, dua jam sebelum pemungutan suara dimulai, sebuah bom meledak di dekat sebuah pengadilan di lingkungan miskin Giza yang tidak menimbulkan korban.
Ikhwanul Muslimin telah menyatakan menolak konstitusi yang diusulkan dan bersumpah akan memboikot referendum.
Para pengamat mengatakan referendum ini berubah menjadi ajang popularitas bagi Jenderal Abdel Fattah al-Sisi, musuh gerakan Islam yang dianggap sebagai dalang dari kudeta yang menyalakan perselisihan internal terburuk dalam sejarah modern Mesir dan membawa Mesir kembali menjadi “negara polisi”.
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Namun, banyak pula rakyat Mesir yang lelah dari pergolakan politik yang menghancurkan ekonomi, memandang Sisi sebagai tokoh yang menentukan yang dapat mengembalikan stabilitas negara. (T/P09/E1).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan