Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

RAMADHAN MEMPERKUAT SPIRITUAL UMAT MUSLIM

Admin - Senin, 30 Juni 2014 - 11:43 WIB

Senin, 30 Juni 2014 - 11:43 WIB

946 Views ㅤ

Ramadan Kariem (islamicity.com)

ramadhan-kariem-300x185.jpg" alt="Ramadan Kariem (islamicity.com)" width="300" height="185" /> Ramadan Kariem (islamicity.com)

Oleh P.K. Abdul Ghafour, Wartawan Senior Arab News Jeddah*

Bulan suci Ramadan muncul setiap tahun untuk mengingatkan umat Muslim yang beriman agar kembali ke jalan Allah, mengikuti ajaran-Nya di seluruh sendi  kehidupan demi mencapai perdamaian di dunia ini dan di akhirat.

Siang hari puasa dan malam hari berdoa akan memperkuat spiritual keimanan menuju kehidupan yang baru. Hal ini menguntungkan seluruh umat manusia dan membuka lembaran perdamaian dan kemajuan yang baru. Ramadan bukan bulan untuk ajang belanja seperti kebanyakan orang yang salah meyakininya.

Ini adalah bulan untuk berpuasa, koreksi diri, pengabdian, kemurahan hati dan pengorbanan yang dilakukan oleh umat Islam di seluruh dunia.

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

Sementara hari-hari besar agama lain sebagian besar telah menjadi acara komersial. Bulan Ramadan mempertahankan makna spiritualnya yang kuat.

Nabi Muhammad SAW telah memperingatkan umat Islam pada 14 abad yang lalu bahwa puasa Ramadhan harus memiliki dampak nyata pada kehidupan mereka. Beliau  menasehati orang yang beriman: “jangan Biarkan   perilaku saat kamu sudah berpuasa dan saat kamu belum berpuasa sama.” Artinya, Ramadhan harus mengubah perilaku seseorang, sikap dan pandangan hidup mnjadi lebih baik.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an: “Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kamu untuk berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa.” 2:183). Sambil berpuasa, umat Islam harus merenungkan apakah puasanya telah membuatnya lebih bertaqwa kepada Allah dan menjadi saleh.

Ramadan adalah sebuah bulan pelatihan bagi umat Islam untuk mengubah kehidupan mereka.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Selama bulan itu, mereka berdoa memohon ampunan kepada Allah, membaca dan merenungkan Al-Qur’an pada siang dan malam hari. Mereka melakukan shalat Taraweh pada malamnya dan menghadiri ceramah – ceramah.

Banyak orang beriman yang melakukan itikaf di masjid-masjid atau mengasingkan diri selama sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Mereka meninggalkan semua urusan dunia untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Kesabaran adalah sifat penting lainnya yang dikembangkan selama Ramadan melalui puasa.

Allah telah menyebutkan kata sabar lebih dari tujuh puluh kali dalam Al Qur’an dan memerintahkan kesabaran lebih dari enam belas cara.

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Ketika seseorang berpuasa dari fajar hingga senja, meninggalkan makanan dan minuman dan hubungan suami istri selama beberapa jam, dia belajar menahan diri dan kesabaran.
Negara Islam membutuhkan pria dan wanita yang berkemauan keras, yang bisa berdiri di atas Al-Qur’an dan Sunnah dan tidak goyah di depan musuh-musuh Allah.

Ramadhan mendorong orang beriman untuk beramal dan melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi umat manusia.

Puasa di bulan ramadan membangun perasaan yang kuat di kalangan umat beriman bahwa Allah mengawasi semua kegiatan mereka.

Akibatnya, mereka akan bertanya pada diri sendiri sebelum melakukan sesuatu, ‘Apakah Allah ridho dengan tindakan ini?’. Dengan demikian mereka mendapat sifat introspeksi diri dan meninggalkan sifat riya. Menurut hadis Nabi, Allah telah berfirman: “Puasa adalah untukKu dan aku yang akan membalasnya.” (Bukhari). Allah mengkhususkan puasa dari semua jenis ibadah lainnya dengan mengatakan, “Puasa adalah untuk-Ku,” karena tidak ada yang tahu apakah Anda berpuasa atau tidak, kecuali Allah. Sebagai contoh, ketika seseorang berdoa atau memberi sedekah atau tawaf orang lain bisa mengetahui.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Selama Ramadan, umat Islam dilatih untuk menjauhkan diri dari dosa. Nabi telah menyarankan mereka, “Barangsiapa tidak meninggalkan dusta dalam kata dan tindakan, maka Allah tidak butuh puasanya.” (Bukhari). Hadits ini mengingatkan umat Islam bahwa mereka harus memurnikan perilaku mereka. Al-Qur’an telah menyatakan bahwa Nabi Muhammad “dikirim ke dunia untuk menyempurnakan agama.”

Ramadhan merupakan bulan bagi umat Islam untuk mengubah hidup mereka menjadi lebih baik, meninggalkan tindakan – tindakan yang tidak Islami dan tidak bermoral guna menuju keteladanan hidup. Nabi mengatakan, “Setiap orang mempunyai dosa dan yang terbaik dari orang-orang berdosa adalah mereka yang bertobat.” (Ibnu Majah). Allah memberikan banyak kesempatan untuk bertobat dan memberikan pengampunan-Nya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an: “Katakanlah, hai hamba-Ku yang telah menganiaya diri sendiri [dengan berbuat dosa], jangan putus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni segala dosa. Sesungguhnya, Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. “(39:53)

Berpuasa bermanfaat secara medis, yang bersifat sekunder. Puasa telah digunakan oleh pasien untuk mangatur berat badan, untuk mengistirahatkan saluran pencernaan dan untuk menurunkan lemak.

Ada banyak efek samping dari puasa total dan diet yang berlebihan. Puasa menurut Islam berbeda dari rencana diet seperti itu karena dalam puasa Ramadhan tidak ada kekurangan gizi atau asupan kalori yang tidak memadai.

Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?

Efek fisiologis puasa termasuk menurunkan gula darah, menurunkan kolesterol dan menurunkan tekanan darah sistolik.

Bahkan, puasa Ramadan akan menjadi rekomendasi yang ideal untuk pengobatan ringan sampai sedang, stabil, diabetes non-insulin, obesitas, dan hipertensi esensial.

Pada tahun 1994, Kongres Internasional pertama mengenai “Kesehatan dan Ramadhan,” yang diselenggarakan di Casablanca, memasukan 50 perluasan pembelajaran pada etika medis puasa.

Kaum Muslimin bersaing satu sama lain dalam kegiatan amal selama bulan Ramadhan untuk memperoleh ridho dan pahala dari Allah. Abdullah bin Abaas berkata, “Nabi muhammad adalah orang yang paling dermawan di antara orang-orang, dan ia biasanya lebih dermawan di bulan Ramadan ketika malaikat Jibril biasa menemuinya setiap malam Ramadan sampai akhir bulan.” (Bukhari ) Nabi berkata, “barangsiapa yang memberi makanan untuk berbuka puasa bagi orang yang berpuasa, ia akan menerima pahala yang sama dengan orang yang berpuasa, tanpa mengurangi pahala dari orang yang berpuasa itu.” (Tirmudi).

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

Terinspirasi dari Hadits ini, umat Islam menghabiskan banyak uang selama bulan puasa untuk mendistribusikan makanan berbuka puasa di masjid-masjid dan tempat-tempat umum. Jutaan jama’ah mendapat makanan untuk buka puasa dari masjidil haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah tanpa menghadapi kesulitan apapun.

Muslim di seluruh dunia berpuasa selama bulan suci itu, sehingga memperkuat persatuan dan solidaritas mereka. Mereka membutuhkan kesatuan ini kapan saja sebelum menghadapi tantangan yang lebih besar.

Semua ajaran Islam mendesak umat Muslim yang beriman untuk berdiri bersama-sama dan tidak berpecah belah. Sayangnya, kita melihat sesama Muslim saling membunuh satu sama lain di Irak, Suriah, Afghanistan, Pakistan, Bangladesh dan negara lainnya di dunia. Hal ini membuat musuh-musuh mereka merasa senang.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai berai, Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu – ketika kamu dahulu bermusuh – musuhan maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang – orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat – ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang – orang yang beruntung. Dan janganlah kamu menyerupai orang – orang yang bercerai – berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang –orang yang mendapat siksa yang berat.(3:103-105)

Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat

Puasa di bulan Ramadan mengajarkan umat Islam untuk disiplin, yang merupakan dasar bagi mereka untuk membuat kemajuan. Nabi telah membuat kami patuh pada kedisiplinan dan ketegasan, ketegasan yang tidak mengarah pada fanatisme atau keluar dari batas-batas yang telah Allah tetapkan. Seseorang tidak dapat sengaja berbuka sebelum matahari terbenam, karena tidak akan diterima oleh Allah. Mereka juga tidak diperbolehkan untuk menunda buka puasa dengan tujuan mendapatkan pahala lebih. Orang muslim harus belajar tegas dalam kehidupan mereka, karena hal itu merupakan sebuah pesan yang penting.

Di antara malam Ramadhan, ada satu malam khusus (Qadr), yang disorot dalam Surah Al-Qadr, mengatakan malam itu merupakan malam yang lebih baik dari seribu bulan. (QS. 97:3).

Ini adalah malam ketika Al Qur’an diturunkan kepada umat manusia. Nabi Muhammad mendorong umat Islam untuk mencari malam ini di malam-malam ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.

Puasa wajib selama bulan Ramadhan supaya orang beriman bersyukur kepada Tuhan atas diturunkannya Al Qur’an selama bulan sebagai rahmat dan petunjuk bagi umat manusia.

Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin

Al-Qur’an mengatakan: “Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan – penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda(antara yang hak dan yang batil). Karena itu barang siapa diantara kamu hadir di bulan itu maka hendaklah ia berpuasa, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan(lalu ia berbuka) maka wajib baginya mengganti puasa sebanyak hari yang di tinggalkan pada hari – hari lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaknya kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur”(2:185) (T/syt/EO2).

Diterjemahkan oleh Suyanto, Wartawan MINA

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Kolom
MINA Preneur