Gaza, MINA – Krisis air di Jalur Gaza semakin memburuk selama bulan Ramadhan 2025, memaksa warga Palestina menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan air bersih untuk beribadah dan kehidupan sehari-hari.
Menurut Rosalia Bollen, pejabat UNICEF di Gaza, 90 persen warga Palestina di wilayah tersebut tidak memiliki akses ke air minum yang aman. Wafa melaporkan.
Krisis ini semakin parah karena pabrik-pabrik desalinasi di Gaza tidak dapat beroperasi optimal akibat kekurangan bahan bakar dan suku cadang, yang diperlukan untuk memelihara peralatan desalinasi dan mengangkut truk air.
Selama Ramadhan, kebutuhan air meningkat untuk berpuasa dan menyiapkan hidangan berbuka serta sahur. Namun, waktu operasional pabrik desalinasi yang lebih singkat dan jumlah truk tangki air yang berkurang membuat warga semakin kesulitan mendapatkan air bersih.
Baca Juga: Malam ke-15 Ramadhan: 80.000 Jamaah Shalat Tarawih di Masjidil Aqsa
Sebanyak 600.000 orang yang sebelumnya telah mendapatkan kembali akses air sejak November 2024, kini kembali terputus dari pasokan air bersih. Badan-badan PBB memperkirakan 1,8 juta orang, lebih dari setengahnya adalah anak-anak, sangat membutuhkan bantuan air, sanitasi, dan kebersihan.
Blokade yang diperketat oleh Israel telah mengakibatkan pasokan makanan, obat-obatan, bahan bakar, dan air bersih nyaris terputus. Hingga Maret 2025, lebih dari 2 juta warga Gaza menghadapi kelaparan akut, dengan harga bahan pokok melonjak drastis dan sumber air bersih tercemar, memperburuk krisis kesehatan masyarakat.
Warga Gaza berusaha mengatasi situasi ini dengan berbagai cara. Beberapa di antaranya harus menunggu truk tangki air yang kedatangannya tidak menentu, sementara yang lain terpaksa menggunakan air yang tidak sepenuhnya aman untuk diminum.
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Jajak Pendapat: Mayoritas Warga Israel Dukung Diakhirinya Perang di Gaza