Oleh: Prof Madya Dr Abdurrahman Haqqi, Wakil Pengarah, Pusat Penyelidikan MazhabSyafi’i, UNISSA Brunai Darussalam
Ihsan selalu disepadankan dengan iman dan Islam. Sebuah hadis menceritakan kedatangan malaikat Jibrail ‘Alaihissalam kepada Nabi Muhammmad Shallallahu Alaihi Wassallam untuk memberikan pengajaran kepada para sahabat Rhadliyallahu Anhum. Hadis berkenaan menerangkan makna Iman, Islam dan Ihsan dengan ditambah tanda-tanda datangnya hari Kiamat.
Berdasarkan kepada hadis Jibril itu dapat disimpulkan bahwa Ihsan tidak akan melekat kepada seseorang melainkan apabila wujudnya keimanan dalam hati dan amalan rukun Islam yang lima terlebih dulu.
Ini bermakna Ihsan adalah pangkat tertinggi bagi seorang mukmin sebagaimana terkandung dalam falsafah dan hakikatnya an ta’budallaha ka’annaka taruhu fain lam tskun tarahu fainnahu yaraka yang bermaksud ‘Anda menyembah Allah seolah-olah Anda melihatnya, tapi jika anda tidak melihatnya, sesungguhnya Dia melihat anda’. Sungguh tinggi hakikat dan falsafat ini.
Baca Juga: Langkah Kecil Menuju Surga
AI-Quran mengisytiharkan bahwa rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang Muhsinin yaitu orang-orang yang melakukan kebaikan tanpa menghiraukan balasannya kecuali kerelaan Ilahi.
Pengisytiharan ini datang selepas ajakan Ilahi kepada hambaNya untuk selalu berdoa kepada-Nya dan jangan sekali-kali melampaui batas dan membuat kerosakan di muka bumi.
Perhatikan firman Allah bermkasud: “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang melampaui batas dan janganlah kamu membuat kerosakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepadanya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan terkabulkan). Sesunggunya rahmat Allah amat dekat dengan orang yang berbuat baik (al-A’raf: 55-56)
Seorang Badawi datang suatu hari datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassallam menyakan beberapa permasalahan yang antarannya: “Bagaimana caranya saya boleh menjadi orang muhsinin atau baik?
Baca Juga: Akhlak Mulia: Rahasia Hidup Berkah dan Bahagia
Jawab Baginda: “Sembahlah Allah seolah-olah anda melihatnya. Jika anda tidak mampu, maka anggaplah seolah-olah melihat anda, nescaya anda tergolong dalam kalangan Muhsinin.” (HR Ahmad)
Kewajiban berpuasa pada bulan Ramadan yang kita laksanakan sekarang menjurus kepada pengertian ihsan ini. Kita taat melakukan ibadah menahan lapar, dahaga dan nafsu semata-mata kerana keimanan kita yang berasa kita melihatnya ataupun sebaliknya, Dia yang melihat kita.
Kita pun tak berani melanggar perintahNya walau dalam keadaan apa juga. “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula) (al-Rahman: 60)
Menurut ulama, Ihsan mempunyai pengertian kehendak hamba Allah disebatikan dengan kehendak Tuhan, sehingga tidak menyukai melainkan apa yang disukai Allah serta tidak membenci melainkan apa yang dibencikan Allah.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-22] Islam Itu Mudah, Masuk Surga Juga Mudah
Hamba itu berpuas hati setakat menghindarkan dirinya daripada kejahatan dan kemungkaran seperti dikehendaki Allah supaya bumi ini bersih daripadanya. Malahan dia juga tidak mengenal penat berusaha dan berjuang untuk merobohkan pokok dan akar umbinya & daripada bumi ini.
Dia tidak saja berpuas hati dengan sekadar menghiaskan hidupnya dengan pekerjaan sebagaimana yang Allah mahu supaya bumi terhias denganya malahan dia juga mencurahkan segala kekuatan unuk menyebarkan segala kebajikan dibumi Allah.
Ramadhan Karim
BSB, 19 Ramadhan 1444H/10 April 2023M.
Baca Juga: Baca Doa Ini Saat Terjadi Hujan Lebat dan Petir
(AK/RS2/R1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah