Oleh Dudin Shobarudin, Koresponden MINA Malaysia
Tahun ini penetapan kalender 1 Ramadan 1438H., dilakukam secara serentak baik dalam negari ataupun luar negari. Sedangkan tahun-tahun sebelumnya dalam negaripun selalu berbeda seperti ormas terbesar Indonesia Muhamadiyah dan NU (Nahdatul Ulama) apalagi dengan luar negari. Semoga hal seperti ini dapat diabadikan untuk tahun-tahun yang akan datang. Sebab dengan adanya kejadian seperti Ramadan ini menampakan kesatuan dan persatuan umat Islam bukan saja secara nasional Indonesia tapi juga seluruh dunia.
Sekiranya hal ini dikembangkan pada aspek lain tentu akan lebih bermakna. Maksudnya, bahwa umat Islam ini umat yang satu yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Apapun kaitannya dalam menangani isu-isu yang muncul ditangani dengan penuh rasa kesatuan dan persatuan.
Hal demikian, puasa telah dan sedang mendidik umat dalam kekompakan dan keserentakan dalam menangani isu apapun yang timbul. Bagaimana tidak, puasa yang dilaksanakan dengan mengekang makan dan minum di siang hari mulai terbit fajar sampai terbenam matahari memilki kekompakan yang luar biasa.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
Setiap muslim akan berbuka bila mendengar adzan menurut waktu yang telah ditetapkan menurut daerahnya masing-masing. Untuk Idonesia ada yang bagian timur dan ada yang bagian barat. Dan itupun ada beberapa perbedaan kecil sesuai dengan daerah masing. Tapi intinya semua umat serentak berbuka begitu adzan berkumandang tanpa diundur-undur lagi. Begitupun ketika fajar menyingsing semuanya melepaskan makanannya demi kepatuhan akan waktu yang telah ditetapkan.
Ini membuktikan bahwa umat Islam itu satu. Satu aqidah, satu ke Tuhan, satu kiblat, satu Qur’an dan satu keNabian Muhammad Shallallaahu alihi wa salam..karena itu wajar semua kembali kepada prinsip ummatan wahidah (umat yang satu).
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلا تَفَرَّقُوا
Artinya: “Dan berpegang teguhlah kamu pada tali Allah (Al-Qur’an) seraya berjama’ah dan janganlah berrpecah belah…”(Qs. Ali-Imran:103).
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Ayat ini mengingatkan kita akan permusuhan kaum Aus dan Khajraj sebelum Islam datang. Kemudain Allah satukan mereka menjadi saudara. Maka setelah berada dalam kenimatan bersatu hati satu sama lain saling bertautan maka jangan diulang kembali genetic perselisihan dan permusuhan satu dengan yan lain. Ianya justru harus dihilangkan.
Perbedaan pendapat itu biasa dan wajar saja. Ketika zaman para shahabatpun itu biasa terjadi tapi tidak sampai kepada prinsip. Perbedaan persepsi dan pemikiran hal yang lumrah.
Kesadaran Berjamaah
Menurut tokoh terkemuka dan terkenal Prof Dr. Didin Hafidudin ketika berkhutbah Jum’at di Masjid Sentul Bogor sebulan yang lalu, beliau menyebutkan bahwa umat Islam sekarang sudah ada kesadaran untuk bersatu. Beliau melihat adanya beberapa even di Jakarta menjelang Pilkada Jakarta sebulan yang lalu. Keserampakan, kekompakan, kebersamaan begitu nampak. Hal ini menjadikan cermin untuk diaplikasikan kemasa depan umat agar hendaknya seperti ini. Seperti ketika menghadapi pilkada. Permasalahan umat masih terlalu banyak. Kalau hanya berhenti setelah pilkada selesai makan cermin kesatuan dan persatuan tiada gunanya. Justru yang lebih penting adalah pasca-Pilkada. Bagaimana umat ini terus bersatu sebab kesadaran akan hal ini terlihat dengan jelas.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Terlepas dari perbincangan isu politik, yang jelas dengan kekompakan dan kebersamaan ini mejadikan umat Islam bersinar di mata dunia sehingga yang tadinya melihat umat Islam tiada nilai, tapi setelah kompak bersatu ada value added atau nilai tambahnya luar biasa.
Ramadan Sumber Inspirasi Kesatuan Jamaah
Adanya kebersamaan menetukan tanggal hilal tanpa ada perbedaan baik awal Ramadan atau satu Syawal nanti, ketika berbuka waktu maghrib dan ataupun minggalkan makanan ketika fajar minyingsing merupakan inspirasi penting bahwa kita umat yang satu, Allaoh berfiman;
إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Artinya: “Sesungguhnya Umat ini adalah umat yang satu, dan Aku adalah Rab kamu sekalian maka sembahlah Aku” (Qs. Al-Anbiya:92).
Terbayang sekiranya umat Islam yang hampir 2 miliar ini menjadi satu, satu kebersamaan, satu satu jamaah dan satu kepemimpinan, sudah pasti orang-orang non muslim tidak akan melakukan sesuatu terhadap umat Islam; seperti penganiayaan, kezaliman, penindasan, mengadu domba.
Muslim Palestina adalah di antara contoh yang sangat menyedihkan, umat yang terzalimi hingga sekarang. Sejak tahun 1947 tanah airnya dijajah oleh Zionis Israel, mereka diusir, rumahnya dihancurkan, dibunuh, ditindas. Banyak yang menjadi pelarian ke negara lain, mencari suaka politik. Jalur Gaza di blokade tanpa prikemanusiaan, diserang melalui udara darat dan laut. Apa yang kita bisa lakukan dari kejadian atas semua aksi brutal musuh-musuh Allah itu? Hanya doa terkirim untuk mereka selain derma umat Islam yang tidak seberapa dibanding dengan sokongan dunia untuk orang-orang Zionis Yahudi di Israel.
Belum lagi umat Islam di Rohingya Miyanmar, lebih dahsyat dengan tanpa prikemanusiaan mereka telah dibunuh, diusir, rumah meraka dibakar. Nasib yang dialami mereka sungguh miris, tanpa prikemanusian. Tapi dunia bungkam. Dunia Islam tidak berkutik. Ini sekedar contoh. Tentu masih banyak lagi hal serupa yang dialami oleh umat Islam seperti yang telah disebutkan.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Semoga Ramadan kali ini mulai dari penetapan hilal sehingga penetapan satu Syawal menjadi inspirasi umat untuk lebih menyadari akan pentingnya kesatuan dan persatuan. Bersatu kita teguh bercerai kita pasti runtuh.
Sekiranya umat Islam ini bersatu, berjama’ah, maka insya Allah obor kekuatan akan kita pegang, manisnya kerahmatan akan kita capai. Rasulullah bersabda;
عليكم بالجماعة فإن يد الله مع الجماعة
Artinya: “Tangan (kekuatan) Allah berada pada berjama’ah.” (HR. Ahmad, Tabrani, Hakim dan Baihaqi, Shahiih menurut Al-bani, Irwaa No 2452).
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
(الجماعة رحمة، والفُرقة عذاب))
Artinya: “Berjamaah itu rahmat dan berpecah itu azab.” (HR. Ahmad, 4/278, Sahih, Albani.no.667).
Melalui Ramadan ini, mari kita bangun kebersamaan, kita bangun kesatuan dan persatuan, insya Allah dengan izin Allah kecemerlangan dan kegemilangan umatan wahidah akan tercapai. Aamiin, wallahu ‘alam.(K02/RS3-P1)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang