Bulan Ramadhan merupakan karunia Allah Subhanahu wa taala yang diberikan kepada umat Nabi Muhammad Shallalahu alaihi wa salam. Di dalamnya terdapat banyak sekali kesempatan beribadah yang nilainya berlipat ganda dibanding bulan-bulan selainnya dan sekaligus merupakan kesempatan besar untuk bermunajat, memanjatkan doa dan permohonan atas cita-cita dan impian kita kepada Allah Yang Maha Kuasa.
Ramadhan merupakan bulan bermunajat bagi orang-orang beriman. Waktu-waktu mustajab (saat doa berpeluang besar dikabulkan Allah) tersebar dalam beberapa momen khusus sepanjang Ramadhan. Ketika mereka melaksanakan perintah puasa, saat itulah Allah berfirman bahwa doa orang yang berpuasa tidak akan ditolak. Saat mereka mendirikan shalat qiyamu Ramadhan, saat itulah waktu yang mustajab dalam berdoa. Saat mereka makan sahur, itulah saat para malaikat menebarkan rahmat dan keberkahan bagi yang melaksanakannya. Bahkan saat mereka berbuka, itu juga merupakan saat mustajab dalam memanjatkan doa.
Setiap manusia pasti memiliki mimpi, keinginan dan cita-cita. Terkadang kita merasa sulit bahkan secara logika tidak mampu untuk mewujudkan keinginan tersebut.
Salah satu cara meminta kepada Allah SWT untuk mewujudkan keinginan kita adalah dengan berdoa. Selain berdoa, kita juga harus ikhtiyar (berusaha) untuk mewujudkan keinginan tersebut. Doa dan usaha harus seimbang agar keinginan kita lekas terkabul. Jika hanya berdoa tanpa usaha, itu akan sia-sia, dan jika hanya berusaha tanpa berdoa, itu berarti sombong.
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
Dalam rangkaian ayat Al-Qur’an mengenai puasa Ramadhan (Al-Baqarah [2]: 183-189), di sana terselip suatu ayat yang secara khusus membicarakan soal berdoa (ayat 186).
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Aku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah[2]: 186)
Dalam ayat tersebut, Allah subhaanahu wa ta’aala memerintahkan kepada Nabi Muhammad, jika ada orang yang bertanya tentang Allah, maka jawablah bahwa Ia dekat dengan hamba-Nya. Dalam sebuah ayat yang lain, Allah berfirman, kedekatan seorang hamba dengan Allah lebih dekat dari urat nadinya sendiri. Artinya memang dekatnya Allah dengan hambanya tidak bisa diukur dengan satuan jarak dan waktu.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-20] Tentang Istiqamah
Selanjutnya, Allah subhaanahu wa ta’aala berjanji untuk mengabulkan doa siapapun asalkan memenuhi tiga syarat:
- Memohon hanya kepada Allah subhaanahu wa ta’aala, bukan selainNya.
- Memenuhi segala perintahNya dan
- Beriman kepada-Nya sebagai Rabb yang Maha Kuasa mengabulkan permintaan dan menetapkan taqdir segalanya.
Khusus bagi seseorang yang berpuasa, Allah menjamin doa bagi orang yang berpuasa seperti yang disampaikan Baginda Rasulullah Muhammad Shallalahu alaihi wa salam dalam sabdanya:
ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالْإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
“Ada tiga golongan yang doa mereka tidak ditolak: (1) orang yang berpuasa hingga ia berbuka, (2) imam yang adil dan (3) doa orang yang dizalimi.” (HR Tirmidzi 3522)
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?
Dalam teks hadist di atas, orang berpuasa oleh Allah disejajarkan dengan seorang pemimpin yang adil dan orang terzalimi sehingga doa-doanya didengar dan tidak ditolak. Terlebih lagi saat menjelang berbuka, ketika menanti tibanya azan Magrib. Kita harus memanfaatkan waktu tersebut sebaik-baiknya.
Sayangnya, sebagian umat Islam menghabiskan waktu menjelang berbuka dengan nongkrong di pinggir jalan, menonton tayangan televisi berupa humor dan candaan yang menjadikan ia tidak mengingat Allah, atau bahkan bermain music yang melalaikan ia mengingat Allah. Sungguh hal itu sangat disayangkan.
Sejatinya, setiap sesuatu yang kita miliki adalah pemberian dari Allah SWT. Sekeras apapun usaha kita untuk mewujudkan sebuah keinginan, akan tetapi jika Allah SWT tidak menghendakinya, maka keinginan itupun tidak akan pernah terwujud.
Kita hanyalah makhluk yang tidak memiliki kekuatan dan daya upaya sedikitpun jika Allah SWT tidak memberikannya. Oleh karena itu, dalam setiap hidup ini, kita sangat bergantung pada Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan yang patut disembah dan hanya Dia-lah yang mampu memberikan segala kebutuhan kita.
Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman
Bersabarlah dalam menanti terkabulnya doa, perbanyak amalan saleh yang bisa menjadi sebab terwujudnya doa, dan jauhi segala kesalahan yang bisa menyebabkan doa tidak kunjung terkabul.
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyuk, dari jiwa yang tidak pernah puas, juga dari doa yang tidak terkabul. (A/P2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Malu Kepada Allah
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-19] Jagalah Allah, Pasti Allah akan Menjagamu