Oleh: Arief Rahman, Pemimpin Umum Kantor Berita MINA
Kekuatan Pikiran
Engkau adalah apa yang engkau pikirkan demikian kalimat motivasi yang sering kita dengar berkaitan dengan cara berpikir dan bertindak. Kalimat ini membuktikan sebuah aksi atau tindakah merupakan buah dari sebuah pikiran.
Berpuasa dalam bulan Ramadhan (shiyam) dalam makna sebenarnya adalah aktifitas yang harus diawali dengan sebuah niatan menjalankan aktifitas tidak makan, minum dan hubungan seksual dari subuh sampai magrib karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Kekuatan pikiran yang diawali dengan niat berpuasa sudah cukup untuk mengatur bagaimana tubuh merespon untuk menyesuaikan dengan rencana yang ada dalam pikiran.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Beberapa studi dan pengalaman membuktikan, ketika kita melakukan puasa tanpa disertai dengan niat alias tidak menyengajakan diri untuk berpuasa selama satu hari maka jam 8 atau jam 9 pagi kita sudah mulai tersiksa dengan lapar. Pasien yang akan melakukan tes darah yang disarankan dokter untuk berpuasa sebelumnya, kemudian setelah diambil darahnya cenderung segera merasakan lapar setelahnya. Karena si pasien hanya mengatur pikiran untuk berpuasa hanya sampai pengambilan darah. Orang dewasa yang terpapar pikirannya dengan ketidakmampuan bertahan dalam berpuasa kalah dengan anak kecil yang belum baligh yang melakukan puasa dengan kebersihan dan kepolosan pikirannya dalam mengikuti nasihat orang tuanya.
“Berapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga saja.” (HR. Ibnu Majah no.1690)
Aktfitas Transformasional
Bulan Ramadhan adalah bulan dimana setiap muslim yang mengaku dirinya beriman diwajibkan menjalankan puasa selama satu bulan. Bulan ini erat kaitannya dengan bagaimana setiap muslim mampu menunjukkan sebuah aktifitas transformasional dalam mengatur kebutuhan nafsu dan syahwatnya tidak seperti bulan bulan lainnya.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Akifitas trasnformasional berkaitan dengan segala tindakan dan aktifitas yang melibatkan, memfasilitasi dan menyebabkan perubahan yang berarti.
Berpuasa di bulan Ramadhan memfasiliasi perubahan transformasioal bagi setiap seorang muslim yang taat dalam mengatur ulang pikiran dan tindakannya untuk melakukan hal yang lebih fundamental dalam beribadah dan beraktifitas sehari-hari. Kebiasaan memenuhi nafsu dan syahwatnya diatur secara signifikan dalam kurun waktu yang lumayan lama kurang lebih 14 jam dengan aktifitas yang beragam melalui sebuah upaya penyetelan ulang pikiran dan tindakan yang lebih transformatif.
Contoh aktifitas transformasional lainnya adalah ketika mengubah pola makan yang biasanya tiga kali sehari menjadi dua kali sehari yaitu sahur dan berbuka. Kedua aktifitas ini dari sisi kesehatan spiritual maupun kesehatan jasmani mengandung hikmah yang mendasar. Tubuh mendapatkan haknya selama satu bulan untuk merestorasi fungsi fungsinya dengan beristirahat selama berpuasa. Sementara mental spiritual dipaksa untuk melakukan charging (pengisian ulang) sebagaimana fitrah seorang hamba yang membutuhkan dan bergantung pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala melalui aktifitas ibadah yang beragam dengan janji ketenangan jiwa dan balasan yang tak terhingga.
Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan: “Setiap amal perbuatan anak Adam yakni manusia itu, yang berupa kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya dengan sepuluh kalinya sehingga tujuh ratus kali lipatnya.” Allah Ta’ala berfirman: “Melainkan puasa, karena sesungguhnya puasa itu adalah untukKu dan Aku akan memberikan balasannya. Orang yang berpuasa itu meninggalkan kesyahwatannya, juga makanannya semata-mata karena ketaatannya pada perintahKu. Seorang yang berpuasa itu mempunyai dua macam kegembiraan, sekali kegembiraan di waktu berbukanya dan sekali lagi kegembiraan di waktu menemui Tuhannya. Sesungguhnya bau bacin mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.”
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Konsistensi Transformasi
Namun sayangnya kebanyakan aktifitas transformasional ini justru terdistorsi dengan aktifitas setelan saat tidak berpuasa. Contohnya: ketika kita telah sanggup untuk merasakan lapar saat siang hari, dimalam hari kita justru memforsir tubuh dengan asupan dan pola makan yang lebih dari kapasitas biasanya. Sehingga aktifitas yang positif di siang hari justru dikompensasi dengan aktifitas yang negatif di malam hari dan saat sahur.
Cara berpikir transformasional melalui menahan diri pada saat siang hari digantikan cara berpikir yang bebas merdeka tak terkendali di saat berbuka dan sahur. Padahal program Ramadhan yang diperintahkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala melaui Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bertujuan agar setiap muslim yang beriman mampu memperbaiki cara berpikirnya secara konsisten bukan hanya pada saat melakukan puasa namun juga saat berbuka dan sahur.
Berbukalah dengan yang manis dan cukup, sekedar menguatkan jasad kita untuk dapat melaksanakan ibadah malam Ramadhan secara optimal. Sholat wajib, Tarawih dan Tadarus menjadi aktifitas fisik yang bermodalkan makanan saat berbuka dan berbonus kesehatan jiwa. Sementara makan saat sahur sebagai modal untuk berpuasa disiang hari tentunya diawali dengan pengaturan pikiran melalui niat yang kuat, tulus dan ikhlas. Terakhir, aktifitas transformasioanl di bulan Ramadhan adalah melakukan aktifitas sosial yang konkrit kepada sesama manusia dalam bentuk berzakat.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Aktifitas transformasional pikiran dan tindakan pada saat Ramadhan harus dijaga secara konsisten sebagai modal kelak dalam menghadapi 11 bulan kedepan. Adapun buah ataupun hasil dari transformasi pikiran dan tindakan yang konsisten adalah Takwa.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS Al-Baqarah -183)
Wallahu’alam bishawab
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?