Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ramadhan Bulan Turunnya Al Quran

Zaenal Muttaqin - Senin, 12 Juni 2017 - 17:06 WIB

Senin, 12 Juni 2017 - 17:06 WIB

349 Views

Ilustrasi

Ilustrasi

Oleh: Dudin Shobaruddin MA., Ketua Shuffah Al-Quran Abdullah bin Mas’ud Online (SQABM), Biro Kantor Berita Islam Mi’raj Islamic News Agency (MINA) di Kuala Lumpur

Berbagai peristiwa terjadi pada bulan Ramadan, selain difardukan berpuasa juga diturunkannya al-Qur’an, dari Lauhil Mahfuz ke Baitul Izzah di langit dunia. Setelah itu, kemudian Al-Qur’an diturunkan secara berangsur  sesuai dengan peristiwa (sebab nuzul) selama 23 tahun kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Allah berfirman,

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

Artinya: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)” (QS Al-Baqarah:185).

Baca Juga: Watak Buruk Israel, Berulang Kali Melanggar Perjanjian

Dalam tafsir Ibn Katsir disebutkan, dengan mengutip hadist Nabi Shallallaahu’alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Imaam ahmad (4/107), bahwa bukan Al-Qur’an saja yang diturunkan pada bulan Ramadan.

Ternyata, Kitab yang lain pun juga diturunkan pada bulan Ramadan. Suhuf Ibrahim diturnkan awal Ramadan, Taurat diturunkan pada enam Ramadan, Injil diturunkan pada 13 Ramadan dan al-Qur’an diturunkan pada 24 Ramadan (Ibnu Katsir 1/501).

Berbeda dengan Al-Qur’an yang diturunkan dari Lauhil Mahfuz ke Baitul Izzah di langit dunia sekaligus kemudian diturunkan secara berangsur selama 23 tahun mengikut peristiwa yang berlaku, tapi seperti Suhuf Ibrahim, Taurat,Zabur dan Injil diturunkan sekaligus.

Turunnya Al-Qur’an

Baca Juga: Tingkatkan Amalan di Bulan Syaban, untuk Persiapan Ramadhan

Para ulama sepakat bahwa surat Al-Alaq dari 1-5 merupakan wahyu yang pertama diturunkan dan itulah baginda Nabi diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Kapan itu terjadi? Kalau kita ikut tradisinya umat Islam memperingati malam Nuzulul Qur’an, maka ia adalah pada tanggal 17 Ramadhan, sedangkan kalau kita kembali pada ayat pada surat al-Qadar, Allah berfirman;

إِنَّا أَنزلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3

Artinya; “Sesungguhnya Kami turunkan (al-Qur’an) pada malam lailatul Qadar, Tahukah kamu apa malam Lailatul Qadar itu? Malam Lailatul QAdar itu satu malam lebih baik dari seribu bulan.” (QS Al-Qadar ; 1-3).

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ

Baca Juga: Jika Masuk Bulan Sya’ban, Ini yang Perlu Dilakukan Kaum Muslimin

Artinya:”Sesungguhnya Kami menurunkan ia (al-Qur’an) pada malam yang diberkati . Sesungguhnya Kamilah yang memberi peringatan“. (QS Al-Dukhan:3).

Berdasarkan ayat di atas maka Al-Qur’an diturunkan pada malam Lailatul Qadar.

Kapan itu itu terjadi? Pada ulama sepakat bahwa ia terjadi pada malam ganjil dihari yang kesepuluh terakhir pada bulan Ramadan.  Karena itu, bisa jadi 21, 23, 25, 27 atau 29.

Kalau menurut Syaikh Shafiyyuurrahman, penyusun buku Al Rahiqul Mahtum, yang mendapat nobel buku terbaik, menyimpulkan tentang kapan  pertama al-Qur’an diturunkan, yaitu pada hari Senin tanggal 21 Ramadan  di malam hari, bertepatan dengan 10 Agustus 610 M, tepatnya beliau saat itu sudah berusia 40 tahun 6 bulan, 12 hari menurut kalender Hijriah dan sekitar usia 39 tahun, 3 bulan, 20 hari berdasarkan kalender Masehi. (Rahiqul Makhtum, 82).

Baca Juga: Jangan Jadi Generasi Qila Wa Qala

Inilah mulainya diangkat menjadi Nabi dan Rasul dan diturunkan wahyu pertama kali. Maka dengan demikian hujjah untuk menentukan tanggal 17 Ramadhan sebagai turunnya al-Qur’an yang pertama kali kurang tepat. Wallau’alam.

Memasyarakatkan Al-Qur’an

Setelah kita mengetahui bahwa Al-Quran diturunkan pada bulan Ramadhan, bulan  Allah memfardukan berpuasa, maka membaca Al-Quran dan berpuasa merupakan dua entity yang tidak bisa dipisahkan.

Ini artinya Al-Quran dan puasa merupakan sarana umat Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah, untuk menjadikan menghampiri apa yang disebut dengan taqwa.

Baca Juga: Malu dalam Perspektif Islam: Pilar Akhlak Mulia

Bahkan kalau shaum dan bacaan Qur’annya ikhlas karena Allah sudah barang tentu kalimat La’ala yang membawa maksud littaroji (supaya) beruah arti menjadi Littahqiq (kepastian, tentu) menjadi manusia yang bertakwa.

Dalam satu hadis baginda Nabi shallalaahu alaihiwasalam bersabda;

الصِّيام والقرآن يَشفعان للعبد يوم القيامة، يقول الصيام: أي ربّ، منعته الطّعام والشّهوة، فشفّعني فيه، ويقول القرآن: منعته النَّوم بالليل، فشفّعني فيه، قال: فيشفّعان» أي فتقبل شفاعتهما، أو يشفّعهما الله في العبد فيدخله الجنّة.

Artinya: “Puasa dan al-Qur’an memintakan syafa’at  untuk seorang hamba di hari kiyamat nanti. Puasa berkata; ya Rab, aku telah mencegah dia dari makanan dan menahan nafsu syahwatnya, maka berilah aku untuk memberri syafa’at ubaginya. Qur’an juga berkata; telah mencegahnya tidur di malam hari (karena membaca al-Qur’an), maka berilah dia syafa’at untuknya. Maka keduanya diberi hak untuk mohon syafa’at. yakni keduanya diterima untuk memberi syafa’at dengan kata lain bahwa Allah menerima syafa’nya dengan memasukannya kedalam Surga-Nya. (HR. Ahmad  2/174, menurut para ahlinya hadis ini Da’if).

Baca Juga: Bencana Kebakaran Los Angeles dalam Perspektif Al-Qur’an

Ada beberapa hadis lain yang menguatkan mengenai Qur’an akan memberi syafa’at kepada pembacanya dan diterima syafa’atnya. Siapa yang meletakannya di depan artinya mengamalkannya maka ia akan membimbingnya ke surga Allah, tapi sekiranya diletakannya di belakang artinya tidak mengamalkannya maka akan menggiringnya ke neraka. Na’udzubillah min dzalik.

Artinya, walaupun bagi pembacanya mendapat pahala dari setiap huruf mendapat kebaikan, tapi juga ia dituntut untuk dapat mengamalkannya. Para sahabat, seperti kata Abdulah bin Masud, tidak meneruskan membaca Qur’an setelah sepuluh ayat kecuali yang sepuluh itu difahami dan diamalkannya.

Pada bulan Ramadan ini sudah menjadi kesepakan seluruh ulama baik salaf ataupun khalaf akan anjuran dan mensunahkan untuk membaca Al-Qur’an dengan predikat isithab (sunnah).

Kesadaran ini tumbuh berkembang di seluruh penjuru dunia. Bagi setiap umat Islam begitu semarak di setiap masjid, mushola, rumah-rumah, kantor-kantor, dalam kendaraan dan lai-lain tempat dengan bacaan Al-Qur’an. Maka, alangkah malangnya, jika kesempatan Ramadhan ini, sekirinya kita tidak memanfa’atkan waktunya baik siang atau malam pagi atau sorenya untuk membaca Al-Qur’an.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-41] Menundukkan Hawa Nafsu

Berikan motivasi dan kesemangatan agar diri kita dapat membaca Al-Qur’an minimal satu kali khatam, lebih banyak tentu lebih bagus. Wallahu’alam. (B05/RS2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-40] Hidup di Dunia Hanya Sebentar

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Kolom
Kolom
Indonesia