Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

RAMADHAN: SPIRITUALITAS ATAU SHOPPING?

Fauziah Al Hakim - Jumat, 4 Juli 2014 - 17:13 WIB

Jumat, 4 Juli 2014 - 17:13 WIB

1071 Views ㅤ

Oleh: Rohullah Fauziah Alhakim

Shalat berjamaah seharusnya membentuk akhlak (Gambar: Pasar Kreasi)

Shalat berjamaah seharusnya membentuk akhlak (Gambar: Pasar Kreasi)

Bagi sebagian Muslim, dengan datangnya Ramadhan hasrat untuk belanja lebih banyak dan makan enak semakin menebal dalam pikiran mereka.

Sebagian  menyambut datangnya bulan Ramadhan sebagai ajang festival. Bulan sukacita, pesta dan berbelanja.

Selayaknya Ramadhan lebih dimaknai sebagai ungkapan penuh rasa cinta, kemanusiaan, kebaikan dan simpati, sehingga  esensi Ramadhan lebih dirasakan bagi banyak orang dan pada awal bulan suci Ramadhan ummat pun menyambutnya dengan sangat gembira dan antusias.

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof. Anbar: Pendidikan Jaga Semangat Anak-Anak Gaza Lawan Penindasan

Mereka sangat memaknai kesucian bulan ini. Menjalankan shalat lima waktu dan teraweh serta menghindari semua perbuatan yang dilarang oleh Allah. Namun, setelah hari kelima atau keenam Ramadhan berlalu, spiritualitas itu tampaknya memudar.

Aktivitas Di Bulan Ramadhan

Mungkin bagi banyak orang, bulan Ramadhan hanya untuk fokus tidur pada siang hari dan makan pada malam hari.

Sebuah pemandangan umum adalah pemborosan belanja. Pria dan wanita berbelanja sepanjang hari dan malam seolah-olah bulan Ramadhan bukan untuk berpuasa tapi untuk belanja.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya

Padahal makna puasa sebenarnya ialah menahan hawa nafsu apapun, hawa nafsu makan, minum termasuk hawa nafsu berbelanja yang hanya menghamburkan uang sebagai aksi pemborosan. Orang yang boros itu saudara setan, seperti dalam firman Allah:

إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ ۖ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا

“Sesungguhnya orang-orang yang boros adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS. Al-Isra’: 27)

Mall dan toko-toko membuka pintu lebarnya serta memasang iklan yang menarik pelanggan. Jalan-jalan dipenuhi dengan cantik dan menariknya kios-kios serta warung makanan.

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa

Orang-orang hanya terus mengikuti hawa nafsu mereka dengan membeli segala sesuatu. Banyak keluarga  tampak khawatir tentang anggaran mereka seolah-olah bulan suci Ramadhan adalah bulan belanja.

Mereka terburu-buru ke pasar seolah-olah semuanya bebas biaya. Sebaliknya harga selama bulan Ramadhan menjadi dua kali lipat dari bulan biasanya.

Makna sebenarnya bulan suci ini yang memerintahkan umat Islam untuk sederhana tidaklah terlaksana.

Ramadhan Menjadi Sia-Siapanoramio

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

Banyak pemilik toko yang mengatakan bahwa mereka tidak bisa mendapatkan keuntungan yang besar sepanjang tahun selain bulan Ramadhan.

Banyak para wanita berburu pakaian dan pernak-perniknya secara tidak wajar untuk Idul Fitri.

Belanja yang berlebihan bukan hanya menghambur-hamburkan uang tapi menyia-nyiakan waktu juga. Waktu yang seharusnya kita manfaatkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dengan beribadah, berdoa, memohon dan meminta ampunan terbuang sia-sia hanya untuk berbelanja, berpesta dan berkumpul dengan teman-teman yang lebih banyak mudharatnya.

Ramadhan merupakan kursus yang melatih pribadi kita dengan mengajarkan dispilin dan pengendalian diri. Sayangnya, hal itu tidak kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya, dengan mudahnya kita menikmati segala macam kenikmatan dunia tanpa rasa bersalah.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Beberapa hari Ramadhan akan berakhir, orang-orang lebih banyak pergi ke toko dan mall daripada ke Masjid.

Lawan Hawa Nafsumu!!!

Misi utama puasa adalah menahan diri dan melawan hawa nafsu yang menjadi musuh dalam diri manusia. Seperti firman Allah:

…إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ …

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

“… karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan…” (QS. Yusuf: 53)

Kita harusnya membuang keinginan-keinginan yang hanya menjadi pemuas nafsu dalam diri daripada membuang hari demi hari dan malam demi malam di bulan suci ini.

Jika nafsu bisa dijinakkan maka diri akan baik.

Kita harus mendapatkan rahmat Allah dan kita harus bisa menepis hasrat keduniawian berbelanja yang hanya mengejar tren baru.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Puasa adalah sarana pelatihan spiritual. Puasa adalah salah satu cara menuju ke gerbang surga, karena puasa di bulan suci Ramadhan merupakan kewajiban bagi seluruh umat Islam di planet bumi.

Oleh karena itu, lebih baiknya para Muslim fokus kepada IBADAH, IBADAH dan IBADAH karena Ramadhan ini merupakan bulan penuh berkah, bulan penuh ampunan dan bulan penuh kasih sayang, daripada kita pergi ke pasar hanya membuang-buang waktu dan uang. Lebih baik uang itu kita sumbangkan kepada orang yang kurang mampu, sehingga kita umat Islam bisa sama-sama merasakan indahnya berbagi.

Beruntung bagi mereka yang menghargai setiap hari demi hari di bulan suci ini dengan menanamkan dalam diri mereka esensi puasa serta lebih mendekatkan diri kepada Allah dengan lebih meningkatkan ibadah, lebih banyak mengaji dan memahami Al-Qur’an, memohon ampun kepada yang maha kuasa.

Semoga Allah memberikan rahmatnya kepada seluruh umat Islam di muka bumi ini. Amin ya Rabb. (T. Fauziah/EO2)

Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?

(disarikan dari Muslim Village)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

Rekomendasi untuk Anda

Tausiyah
Indonesia
Indonesia