London, MINA – Ratusan pengusaha dan profesional di Inggris mendesak pemerintah setempat untuk mengambil sikap tegas terhadap Zionis Israel atas kejahatan genosida yang dilakukan terhadap warga Palestina di Jalur Gaza.
Mereka menyerukan penghentian perdagangan senjata, pemberlakuan sanksi, serta pengawasan ketat terhadap Zionis Israel.
Hingga Kamis (21/8), sebanyak 762 orang telah menandatangani pernyataan yang menuntut pemerintah Inggris menghentikan seluruh perdagangan senjata dengan Israel.
Mereka juga mendesak sanksi terhadap pihak-pihak yang melanggar hukum internasional, termasuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang saat ini menjadi buronan Mahkamah Pidana Internasional (ICC).
Baca Juga: Gaza Makin Hancur, Sekjen PBB Serukan Gencatan Senjata
Selain embargo senjata, mereka juga meminta agar sistem penyaringan keuangan dan bisnis di Inggris diperketat.
Hal itu dilakukan agar negara tersebut tidak secara langsung maupun tidak langsung membiayai perusahaan yang terlibat dalam pelanggaran hukum internasional, sekaligus menegakkan prinsip Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang bisnis dan hak asasi manusia.
“Kami melihat hal ini tidak hanya sebagai kewajiban moral, tetapi juga tanggung jawab profesional – sesuai dengan kewajiban kami untuk bertindak demi kepentingan terbaik ketahanan sosial dan ekonomi jangka panjang,” demikian bunyi pernyataan tersebut, sebagaimana dilaporkan Al Jazeera, Jumat (22/8).
Tokoh bisnis dan profesional yang menandatangani surat tersebut antara lain mantan penasihat kerajaan Jonathon Porritt CBE; konsultan kandidat Adam Garfunkel; Frieda Gormley, pendiri merek desain interior House of Hackney; Paul Polman, mantan CEO Unilever; serta Geetie Singh-Watson MBE, seorang pengusaha makanan organik.
Baca Juga: Uni Eropa Dikritik Kian Kehilangan Moral atas Krisis Gaza
Paul Polman menegaskan, dunia usaha memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga keadilan.
“Bisnis tidak dapat berhasil di masyarakat yang hancur. Saatnya para pemimpin bisnis menunjukkan keberanian, bersuara, dan menggunakan pengaruh kami untuk menegakkan hukum internasional,” ujarnya.
Adam Garfunkel, salah satu penandatangan yang juga keturunan korban Holocaust, menambahkan bahwa pengalaman keluarganya mengajarkan pentingnya menjaga hak asasi manusia.
“Nenek buyut saya dibawa ke hutan, ditembak, dan dikubur dalam kuburan massal. Dari pengalaman itu, saya mengambil keyakinan kuat bahwa setiap orang penting, dan bahwa diskriminasi berbasis identitas etnis selalu salah, di mana pun itu terjadi,” kata Garfunkel.
Baca Juga: Ratusan Kendaraan Ikut Konvoi ‘Sumud Nusantara Tembus Blokade Gaza’ dari Kelantan
Sejak 7 Oktober 2023, agresi Zionis Israel ke Jalur Gaza telah menewaskan lebih dari 60.000 orang dalam 22 bulan. Invasi terbaru masih berlanjut di Kota Gaza di tengah krisis kelaparan akibat blokade yang berkepanjangan.
Para pengusaha itu menegaskan komitmen untuk meninjau operasional, rantai pasokan, aliran keuangan, dan pengaruh mereka guna membantu memperkuat penghormatan terhadap hukum internasional dan mendukung perdamaian di Palestina.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Finlandia Panggil Dubes Israel terkait Rencana Pendudukan Gaza dan Proyek E1