Tel Aviv, MINA – Ratusan rabbi Yahudi dari berbagai komunitas keagamaan menandatangani surat terbuka yang mendesak pemerintah penjajah Israel untuk segera menghentikan penggunaan kelaparan sebagai senjata dalam agresi militer di Jalur Gaza.
Menurut Al Mayadeen, Ahad (27/7), pernyataan tersebut mencerminkan meningkatnya penolakan moral dari dalam komunitas keagamaan Yahudi global terhadap krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung.
Dalam surat tersebut, para penandatangan menyatakan mereka tidak bisa tinggal diam sementara jumlah korban meninggal di Gaza meningkat dan kasus malnutrisi semakin parah, dengan menekankan bahwa kondisi saat ini sudah mencapai level pembunuhan massal terhadap warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak.
Dalam perkembangan terkait, sekitar 24 aktivis ditangkap oleh pasukan pendudukan Israel saat melakukan aksi damai di kota Haifa yang diduduki.
Baca Juga: Pendudukan Israel Larang Mufti Palestina Masuk Masjid Al-Aqsa
Para demonstran menyerukan diakhirinya perang dan menyuarakan penolakan terhadap kelaparan massal dan kehancuran besar-besaran di Gaza. Mereka membawa foto anak-anak Gaza dan menuntut diakhirinya hukuman kolektif yang sedang berlangsung.
Sementara itu, komunitas Yahudi ultra-Ortodoks (Haredi) di Israel juga menunjukkan sikap penolakan yang kuat. Tahun lalu, para rabbi Sephardic terkemuka secara resmi menginstruksikan para siswa yeshiva untuk mengabaikan panggilan wajib militer. Mereka menilai undang-undang wajib militer terbaru sebagai upaya untuk menghancurkan Taurat.
Rabbi Dov Landau, tokoh utama dalam komunitas Haredi, mengecam keras keputusan mantan Menteri Keamanan Yoav Gallant yang memerintahkan 3.000 warga Haredi untuk menjalani wajib militer. Ia menyatakan, Negara yang mewajibkan siswa yeshiva ikut militer tidak pantas untuk ada.
Pada Februari lalu, Rabbi Landau menyerukan agar perwakilan partai Degel HaTorah menarik diri dari seluruh institusi Zionis. Dalam surat yang diterbitkan di harian ultra-Ortodoks Yated Ne’eman, Landau menulis bahwa Zionisme adalah gerakan yang secara eksplisit bersifat sekuler dan memberontak terhadap kedaulatan ilahi.
Baca Juga: Tolak Kembali Bertempur di Gaza, Tiga Tentara Israel Dipecat dan Dipenjara
Ia menegaskan bahwa berpartisipasi dalam institusi Zionis berarti mendukung keyakinan yang bertentangan dengan nilai-nilai Yahudi tradisional dan menyebabkan penodaan terhadap nama Tuhan. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: 6.000 Truk Bantuan di Perbatasan Kerem Shalom Belum Bisa Masuk Gaza