Jenewa, MINA – Ratusan ribu Muslim Rohingya yang tinggal di kamp-kamp pengungsi Bangladesh menghadapi risiko gizi buruk setelah berkurangnya bantuan makanan yang dikelola Program Pangan Dunia (WFP) di bawah PBB.
Badan PBB di Bangladesh memperingatkan adanya kekurangan dana sebesar US$56 juta memaksa untuk mengurangi jatah bantaun makanan sejak Kamis (1/6). The Star melaporkan, Ahad (4/6).
Pemotongan tersebut mengurangi nilai ransum yang diberikan kepada tiap pengungsi Rohingya menjadi US$8 (Rp74.500,-) per bulan.
Sebelumnya, pada bulan Maret, jatah berkurang dari $12 menjadi $10 per bulan, kata koordinator residen PBB di Bangladesh, Gwyn Lewis.
Baca Juga: Iran dan Arab Saudi Tegaskan Komitmen Perkuat Hubungan di Bawah Mediasi Tiongkok
“Konsekuensi gizi dan kesehatan akan sangat memprihatinkan, terutama bagi perempuan dan anak-anak dan yang paling rentan di masyarakat. Kami segera meminta tambahan dukungan internasional,” ujarnya.
Pakar independen yang ditunjuk Dewan Hak Asasi Manusia PBB untuk memantau situasi tersebut, Tom Andrews, Michael Fakhri dan Olivier De Schutter mendesak para negara donor untuk menyediakan dana yang cukup untuk mengembalikan jatah makanan secara penuh.
“Dampak terhadap Rohingya akan parah dan bertahan lama, menghambat perkembangan anak-anak dan meredupkan harapan generasi mendatang,” kata ketiganya.
“Populasi yang rentan, termasuk wanita hamil dan menyusui, gadis remaja, dan anak balita akan menanggung beban pemotongan dan lebih jauh terkena eksploitasi dan pelecehan,” kata mereka.
Baca Juga: Kemlu Yordania: Pengeboman Sekolah UNRWA Pelanggaran terhadap Hukum Internasional
Bangladesh telah menampung lebih dari 1 juta Muslim Rohingya yang melarikan diri dari penganiayaan di negara tetangga Myanmar.
Dari mereka, hampir 750.000 melintasi perbatasan setelah Myanmar melancarkan serangan militer pada Agustus 2017. (T/RS2/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Parlemen Arab Minta Dunia Internasional Terus Beri Dukungan untuk Palestina