London, MINA – Ratusan ribu demonstran pro-Palestina pada Sabtu (5/10) turun ke jalan-jalan utama di pusat kota London, menyerukan gencatan senjata segera di Gaza serta mengakhiri eskalasi serangan Israel di Timur Tengah. Demonstran berkumpul di luar Downing Street, kediaman Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer.
Aksi ini diorganisir oleh berbagai kelompok, termasuk Kampanye Solidaritas Palestina (PCS). Para peserta datang dari berbagai penjuru Inggris untuk ikut serta. Menurut panitia, sekitar 300.000 orang hadir dalam aksi ini. MEMO melaporkan.
Meskipun aksi berjalan damai, Kepolisian melaporkan adanya 17 orang yang ditangkap selama aksi berlangsung.
Mantan Menteri Pertama Skotlandia, Humza Yousaf, turut hadir dan mengecam serangan Israel di Gaza dan Lebanon.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
“Serangan di Lebanon dikutuk oleh PBB. Apa yang kita saksikan di sini bukan tentang mendukung Arab, Muslim, atau Palestina; ini tentang kemanusiaan. Kami menuntut agar mereka yang bertanggung jawab diadili menurut hukum internasional,’’ ujar Yousaf.
Para demonstran memblokir jalan-jalan utama, membawa spanduk bertuliskan, “Malu pada mereka yang berdiam diri terhadap genosida sadis terhadap anak-anak di Gaza dan Tepi Barat.” Banyak dari mereka mengkritik pemerintahan baru Partai Buruh yang dipimpin oleh Starmer, dengan poster yang bertuliskan, “Starmer bertanggung jawab atas darah yang tertumpah.” Beberapa juga mengibarkan bendera Lebanon dan Iran, membawa spanduk bertuliskan “kami tidak mendukung genosida” dan “Zionisme adalah rasisme,” serta meneriakkan “bebaskan Palestina.”
Demonstrasi ini diakui sebagai gerakan protes terbesar dalam sejarah Inggris, bahkan melebihi protes anti-perang Irak tahun 2003. Dalam sebuah wawancara Asisten Komisaris Polisi, Matt Twist, mencatat bahwa tahun lalu adalah periode tersibuk terkait aksi protes di Inggris.
“Selain aksi pro-Palestina, kini kami juga melihat adanya kontra-protes, serta peningkatan jumlah kelompok nasionalis budaya atau yang beberapa orang sebut sebagai kelompok sayap kanan, yang turut menambah beban sumber daya,” katanya.
Baca Juga: Trump Disebut Menentang Rencana Israel Aneksasi Tepi Barat
Kepolisian telah mengkoordinasikan respons terhadap semua aksi protes terkait perang Israel-Gaza di bawah kode operasi “Operation Brocks,” yang hingga kini menelan biaya £46,8 juta dengan melibatkan 60.000 giliran kerja petugas lokal dan 9.600 giliran kerja dari luar London.
Gelombang Protes Global Mendukung Palestina
Di Cape Town, Afrika Selatan, ratusan orang berunjuk rasa menuju parlemen, meneriakkan “Israel adalah negara rasis” dan “Kami semua adalah Palestina.” Protes serupa juga terjadi di Johannesburg dan Durban.
Di Prancis, ratusan orang turun ke jalan di Paris, Lyon, Toulouse, dan Strasbourg. Sementara itu, ribuan orang berkumpul di Basel, Swiss, menyerukan gencatan senjata, sanksi ekonomi terhadap Israel, dan penghentian kerja sama ilmiah Swiss dengan Israel.
Baca Juga: Syamsuri Firdaus Juara 1 MTQ Internasional di Kuwait
Aksi solidaritas pro-Palestina juga dijadwalkan di berbagai kota termasuk New York, Sydney, Buenos Aires, Madrid, Manila, dan Karachi.
Protes ini terjadi hampir setahun setelah dimulainya perang Israel di Gaza, yang dimulai pada 7 Oktober 2023, menyusul serangan dari kelompok Hamas di Israel selatan. Dalam serangkaian serangan tersebut, lebih dari 1.100 tentara, personel keamanan, dan warga sipil Israel tewas, banyak yang oleh Hamas dan kelompok Palestina lainnya.
Sejak saat itu, Israel telah menewaskan lebih dari 42.000 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak. Kementerian Kesehatan Lebanon juga melaporkan bahwa sejak 8 Oktober tahun lalu, serangan Israel telah menyebabkan 2.036 kematian dan 9.653 luka-luka. Selain itu, setidaknya 77 pekerja kesehatan dilaporkan tewas sejak Oktober 2023, dengan sepertiga dari kematian ini terjadi dalam waktu 24 jam antara 2 dan 3 Oktober 2024, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).[An]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: AS Jatuhkan Sanksi Enam Pejabat Senior Hamas