Assam, 7 Rabi’ul Awwal 1436/29 Desember 2014 (MINA) – Lebih dari 105 ribu rakyat India di wilayah Assam mengungsi setelah kekerasan melanda wilayah itu dan menewaskan sedikitnya 81 orang selama tiga hari sejak Selasa pekan lalu.
Pasukan dari satuan tentara dan paramiliter sudah dikerahkan di negara bagian itu, Anadolu Agency yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Namun, karena takut akan serangan, orang-orang dari wilayah tersebut melarikan diri ke tempat yang relatif aman di sekolah dan kamp-kamp pengungsian dibawah pengawasan ketat polisi dan tentara.
Setidaknya 73 orang tewas oleh kelompok bersenjata Front Demokrasi Nasional Bodoland (Fraksi Songbijit) ketika mereka menembaki warga sipil pada 23 Desember lalu.
Baca Juga: India Dapat Kuota Haji 175.025 Jamaah Pada 2025
Serangan balasan oleh suku Adivasi (istilah bagi suku asli seperti Santhal, Munda dan Oraon) menewaskan sedikitnya 10 orang di negara bagian itu. Tiga Adivasis juga tewas ketika polisi melakukan penembakan untuk membubarkan massa demonstran di luar kantor polisi di distrik Sonitpur sehari setelahnya.
Para pelaku yang bertanggung jawab atas insiden tersebut diyakini telah melarikan diri ke wilayah Bhutan.
Tentara meningkatkan operasi di sepanjang perbatasan setelah pembunuhan.
Menurut polisi Assam, Front Demokrasi Nasional Bodoland adalah organisasi militan dengan 270 anggota. Mereka berjuang untuk wilayah Bodoland berdaulat dan faksi Songbijit. Kelompok ini ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Pemerintah India. Pemimpin Songbijit, diyakini bersembunyi di Myanmar.
Baca Juga: Dua Hakim Mahkamah Agung Iran Tewas dalam Penembakan di Teheran
Bodo adalah suku Aborigin dari Assam yang jumlahnya sekitar 1,3 juta sesuai data sensus India 2011. Adapun suku Adivasis yang jumlahnya lebih banyak di sana, awalnya dibawa oleh penjajah Inggris untuk bekerja di perkebunan teh terkenal di Assam. (T/P001/R03)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Ditangkap setelah Petugas Grebek Rumahnya