Washington, MINA – Ratusan penulis, penerbit, pekerja festival sastra, dan pekerja buku lainnya memboikot lembaga budaya Israel yang terlibat atau bersikap diam terhadap penindasan yang menghancurkan oleh rezim Israel terhadap warga Palestina.
Dilansir Press TV, menandatangani surat terbuka pada Senin (28/10), para sastrawan tersebut mengatakan bahwa tindakan mereka ditujukan untuk memprotes “krisis moral, politik, dan budaya paling mendalam di abad ke-21.”
Surat tersebut, yang digambarkan oleh para pengamat sebagai salah satu pernyataan kecaman yang paling kuat dan komitmen terbesar terhadap boikot budaya di pihak komunitas sastra Amerika, menegaskan bahwa “ketidakadilan yang sangat besar yang dihadapi oleh warga Palestina tidak dapat disangkal.”
Surat tersebut mengutip perang genosida rezim Zionis pada Oktober 2023 hingga sekarang di Jalur Gaza sebagai contoh penindasan, dengan mengatakan bahwa operasi militer yang brutal “telah memasuki rumah kami dan menusuk hati kami.”
Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar
Mereka menunjuk pada angka kematian lebih dari 43.000 jiwa akibat serangan genosida tersebut, yang sebagian besar telah merenggut nyawa wanita dan anak-anak. Mereka mengecamnya sebagai “perang terbesar terhadap anak-anak abad ini.” []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Mayoritas Anak Muda dan Wanita AS Kecam Serangan Israel di Gaza