Karachi, 13 Ramadhan 1436/30 Juni 2015 (MINA) – Di saat pemerintah pusat dan provinsi saling menyalahkan atas 1.400 kematian akibat gelombang panas, ada ratusan sopir ambulans di Karachi yang bekerja tanpa henti dan terus berpuasa.
Ratusan pengemudi ambulans bolak-balik mengangkut ribuan pasien antar rumah sakit.
Diperkirakan sekitar 1.500 ambulans dioperasikan di ibukota komersial Pakistan, Karachi, di mana sebagian besar kematian terjadi akibat gelombang panas yang telah mereda pekan lalu.
Banyak sopir ambulans yang terus puasa Ramadhan meskipun panas dan pekerjaan mereka tanpa henti, Anadolu Agency yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Baca Juga: Gunung Berapi Kanlaon di Filipina Meletus, 45.000 Warga Mengungsi
“Itu adalah perjuangan dua arah ,” kata Mohammad Bilal (41), seorang sopir ambulans Edhi Foundation, sebuah LSM yang menjalankan armada 500 ambulans. “Di satu sisi kami harus mengatasi meningkatnya jumlah korban stroke panas dan di sisi lain kami mencoba melindungi diri dari panas gerah.”
Terik gelombang panas yang terjadi selama lebih sepekan melanda Karachi, dan sekitar provinsi Sindh Selatan, langsung melanda setelah Ramadhan dimulai, di mana korban meninggal terus terjadi dengan cepat dalam suhu mencapai 45 derajat Celcius dan diperburuk oleh pemadaman listrik.
Ketua Menteri Provinsi Sindh, Syed Qaim Ali Shah mengatakan pada Senin (29/6), gelombang panas yang belum pernah terjadi sebelumnya ini, berdampak pada 12.000 orang di seluruh provinsi dan ratusan orang masih dirawat di rumah sakit.
“Keluarga saya khawatir tentang keselamatan saya sendiri karena saluran-saluran berita terus menayangkan kabar meningkatnya korban tewas akibat gelombang panas. Saya menerima telepon setiap jam dari ayah dan istri saya (menanyakan kesehatan saya),” kata Bilal.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan
“Saya tidak memberitahu mereka (keluarga), tetapi pada satu waktu, saya hampir pingsan karena panas yang parah dan dehidrasi, saya tidak bisa bergerak selama tiga jam,” katanya.
Mohammad Sharif (50), seorang sopir ambulans yang bekerja untuk Cheepa Foundation, LSM sosial dan kesehatan lainnya, memiliki masalah yang sama seperti Bilal.
“Itu sebuah kerja keras bekerja selama 10 sampai 12 jam dalam cuaca panas seperti itu. Saya dua kali merasa ingin pingsan karena dehidrasi,” kata Sharif. “Saya tidak berpuasa pada hari-hari itu, tapi saya tahu banyak rekan-rekan saya sedang berpuasa. Saya tidak tahu bagaimana mereka selamat.”
Anwar Kazmi, seorang pejabat senior di Edhi Foundation, mengatakan, mereka memiliki lebih 400 sopir yang terlibat dalam operasi darurat itu, tetapi banyak dari mereka harus ditarik dari tugas karena kelelahan, di mana puluhan dari mereka pingsan selama bekerja.
Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar
Kazmi mengklaim, mungkin sebanyak 4.000 orang tewas selama gelombang panas. Dia mengatakan, angka resmi didasarkan hanya pada rumah sakit besar dan tidak termasuk banyak yang meninggal di rumah sakit kecil atau daerah terpencil. (T/P001/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Taliban Larang Pendidikan Medis Bagi Perempuan, Dunia Mengecam