Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA
Hampir segala komitmen yang diambil setiap manusia akan memberikan buah. Orang muslim yang punya komitmen besar terhadap al Qur’an dan sunnah, maka akan memberikan buah yang besar dari komitmennya itu.
Di dalam madah madlulu syahadah telah dijelaskan bahwa syahadah secara bahasa bermakna: al-i’lan/al-iqrar (pernyataan), al-qasam/al-hilfu (sumpah), dan al-‘ahdu/al-wa’du (janji). Maka manakala seseorang bersyahadat, sesungguhnya ia telah berjanji kepada Allah Ta’ala untuk mentauhidkan-Nya (tiada Tuhan selain Allah), ia pun telah berjanji untuk mengakui dan mengikuti Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam sebagai utusan Allah Ta’ala.
Realisasi dari makna syahadatain ini adalah terjalinnya hubungan antara seorang mukmin dengan Allah Ta’ala, di antaranya adalah sebagai berikut.
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?
Pertama, hubungan al-mahabbah (cinta). Dengan adanya pernyataan, sumpah, dan janji, seorang mu’min menjadi selalu terpaut kepada Allah Ta’ala, ada keterikatan hati dan pikiran kepada-Nya,
وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ ۗ
“Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah, 2: 165).
Bukti kecintaan mereka kepada Allah Ta’ala diantaranya tergambar dalam ayat ini,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat- ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. Al-Anfal, 8: 2).
Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman
Kedua, hubungan at-tijarah (perniagaan). Allah Ta’ala sendiri menawarkan kepada mu’minin hubungan tijarah ini. Dia berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ (١٠) تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (١١) يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (١٢) وَأُخْرَى تُحِبُّونَهَا نَصْرٌ مِنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ (١٣)
“Wahai orang-orang yang beriman! Maukah kamu Aku tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan ke tempat-tempat tinggal yang baik di dalam surga ‘Adn. Itulah kemenangan yang agung. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin.” (QS. As-Shaf, 61: 10 – 13)
Ketiga, hubungan al-amal (amal). Di antara konsekuensi syahadatain adalah amal shaleh, karena dengan itulah menjadi sempurna iman seorang mu’min. Allah Ta’ala berfirman,
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan Katakanlah: ‘Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah, 9: 105).
Baca Juga: Malu Kepada Allah
Dalam hubungan yang istimewa antara Allah Ta’ala dengan mu’min ini, Allah Ta’ala berkedudukan sebagai al-musytari’ (pembeli), sedangkan mu’min berkedudukan sebagai al-ba’i (penjual).
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah, 9: 111).
Yang dijual oleh mu’min adalah harta dan jiwa, sedangkan harganya adalah surga dan keridhaan-Nya. Semua itu diwujudkan dalam bentuk jihad di jalan-Nya,
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-19] Jagalah Allah, Pasti Allah akan Menjagamu
تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. As-Shaf, 61: 11).
Dalam ayat lain,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. Al-Hujurat, 49: 15).
Dalam ayat lain,
Baca Juga: Mengembangkan Pola Pikir Positif dalam Islam
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut, 29: 69).
Dalam ayat lain,
وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ
“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya…” (QS. Al-Hajj, 22: 78).
Bermula dari syahadah (persaksian, pernyataan, sumpah, dan perjanjian), maka jihad di jalan Allah Ta’ala menjadi hayatun lil mu’min (kehidupan bagi seorang beriman).
Baca Juga: Tadabbur QS. Thaha ayat 14, Dirikan Shalat untuk Mengingat Allah
Di dalam menjalani kehidupannya, seorang mu’min mujahid akan senantiasa menghiasi dirinya dengan karakter dan amal shalih sebagai berikut: selalu bertaubat, beribadah, memuji Allah, bepergian di dalam rangka dakwah, ruku’, sujud, amar ma’ruf nahi munkar dan memelihara hukum-hukum Allah Ta’ala.
التَّائِبُونَ الْعَابِدُونَ الْحَامِدُونَ السَّائِحُونَ الرَّاكِعُونَ السَّاجِدُونَ الْآمِرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّاهُونَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَالْحَافِظُونَ لِحُدُودِ اللَّهِ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ
“Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melawat, yang ruku’, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mu’min itu.” (QS. At-Taubah: 112).
Semua ini dijalani oleh seorang mu’min hingga ia menemui syahid (mati syahid atau memperoleh nilai sebagai seorang syahid).
مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا
“Di antara orang-orang mu’min itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya).” (QS. Al-Ahzab, 33: 23).
Baca Juga: Terus Berjuang Membela Palestina
Jadi, komitmen seorang muslim dalam mengamalkan dua kalimat syahadat, akan memberikan padanya buah-buah kebaikan dalam kehidupannya baik di dunia ini, terlebih lagi di akhirat kelak. Wallahu a’lam.(A/RS3/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-18] Tentang Taqwa