Kairo, 11 Safar 1435 H/14 Desember 2013 (MINA) – Presiden sementara Mesir, Adli Mansour, merencanakan pertemuan kembali pada tanggal 14 dan 15 Januari mendatang untuk membahas dan mengumumkan Referendum Konstitusi Mesir.
Referendum tersebut dihadiri oleh 50 Panitia yang ditunjuk setelah Proses Kudeta (3/7) lalu, yang menggulingkan Presiden Mursi serta membatalkan semua undang-undang yang ada.
Adli Mansur juga merencanakan Perayaan Khusus pengumuman Referendum Konstitusi Mesir di hadapan Para Senior Negara tanggal 14 dan 15 Januari 2014 mendatang, Aljazera memberitakan, seperti dilaporkan Dany Noveri, wartawan Mi’raj News Agency (MINA) dari Kairo, Mesir.
Ketua Panitia Referendum, Amru Musa, mengatakan bahwa dalam perayaan nanti akan dibacakan Konstitusi baru yang membedakan dengan undang-undang sebelumnya. Khususnya yang berkaitan dengan hukum-hukum Islam, Persidangan Sipil di Pengadilan Militer, dan Hak Asasi Manusia lainya.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Panitia yang ditentukan bertugas untuk mengubah undang-undang tahun 2012 pemerintahan Muhamad Mursi. Mereka telah menyelesaikan pekerjaanya pada awal Desember. Untuk melegalkan Referendum ini, melalui Presiden sementara Adli Mansour, Rakyat Mesir diseru untuk melakukan Voting atau Pemilu.
Berdasarkan perencanaan, setelah mengkudeta Mursi, Pihak Militer mengumumkan untuk melakukan Referendum satu bulan kemudian setelah penyusunanya, dilanjutkan Pemilihan Presiden satu bulan berikutnya.
Penolakan Referendum
Partai Misr Qawiyah mengumumkan pada awal bulan ini menolak Rancangan Konstitusi, dan mengatakan bahwa Partainya tidak akan mengambil bagian dari Referendum.
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Pendapat yang sama dilontarkan Abdul Fotuh. Ia mengatakan bahwa terpecah-pecahnya pendapat dan demo dimesir saat ini , tidak bisa dipaksakan untuk melakukan Pemilu.
“Hasilnya hanya akan mewakili Koalisi Pemerintah Otoritas dan tidak mewakili keragaman alami sesuai keinginan rakyat. Jika dipaksakan Pemilu, sementara pendukung Mursi masih terlalu banyak, dan ini bukan keinginan rakyat,” ujar Fotuh.
Sementara itu, Aliansi Nasional menolak Kudeta dan hingga kini terus berdemo menolak Referendum. Aliansi Nasional mengatakan bahwa Referendum rawan dipalsukan. (L/T/K11/R1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan