Beirut, 26 Rajab 1436/15 Mei 2015 (MINA) – Setiap tahun pada tanggal 15 Mei, warga Palestina di seluruh dunia, termasuk yang berada Lebanon merefleksikan Hari Nakbah 1948. Tahun ini menandai peringatan ke-67, sejak mereka terusir dari tanah mereka sendiri di Palestina dan kini mereka menjadi pengungsian tanpa batas di beberapa negara, khususnya di kamp-kamp pengungsian Palestina di Lebanon.
Ayman Shanaa, Pejabat Politik Hamas di Lebanon mengatakan, pentingnya menandai peringatan Nakbah terebut, Dailystar melaporkan Kamis (14/5).
“Kami gerakan Hamas terus memperbaharui janji kami dan penekanan kami menuntun umat Islam terhadap Masjid Al-Aqsha dan kembali menang atas nama Palestina,” katanya.
Shanaa bersama warga Palestina memperingatinya dengan sejumlah kegiatan di Sidon, Lebanon pada Kamis (14/5), termasuk upacara pengibaran bendera Palestina di benteng laut Sidon.
Baca Juga: Drone Israel Serang Mobil di Lebanon Selatan, Langgar Gencatan Senjata
Ia juga menjelaskan bahwa tidak akan mengulangi aksi longmarch Hari Nakbah 2011, ketika ribuan orang Palestina berjalan ke perbatasan Israel di Maroun al-Ras. Saat itu, sepuluh warga Palestina tewas dan ratusan lainnya cedera ketika terjadi hal-hal di luar kendali, pasukan Israel membubarkan aksi dengan serangan senjata api.
“Kami menghargai realitas politik Lebanon dan keamanan yang sensitif,” kata Shanaa.
Dia menambahkan bahwa keputusan itu dibuat dengan hati-hati dan menjaga perdamaian sipil Lebanon. Dia menolak gagasan bahwa kelompok itu menerima tekanan atau peringatan dari pemerintah Lebanon.
Pejabat Front Demokratik untuk Pembebasan Palestina di Lebanon, Fouad Othman mengingatkan bahwa peringatan Nakbah tahun ini sangat penting, pada saat perjuangan Palestina menjadi sasaran tidak hanya oleh Israel, tetapi juga oleh orang-orang Arab dan kelompok lain.
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
“Seperti apa yang terjadi hari ini di kamp pengungsian Yarmouk di Suriah, dengan kehancuran sistematis,” ujarnya.
Othman mengatakan Front akan mengadakan berbagai kegiatan di kamp-kamp Lebanon dengan penekanan pada hak kembali bagi warga Palestina.
“Meskipun 67 tahun telah berlalu sejak Nakbah, orang-orang kita masih melekat pada hak kembali,” katanya.
Kelompok ini akan menjadi tuan rumah sebuah acara di depan Masjid Zaatari di Sidon, dengan menggelar berbagai kegiatan budaya.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Ola Awad, presiden Biro Pusat Statistik Palestina, baru-baru ini memberi laporan tentang peristiwa tahun 1948.
Dalam laporan tersebut, Awad menemukan bahwa sekitar 800.000 warga Palestina mengungsi dari desa-desa dan kota-kota mereka ke Tepi Barat, Gaza dan negara-negara Arab tetangga, dan ribuan lainnya mengungsi dari rumah mereka namun tetap tanah itu di bawah kendali Israel.
Laporan juga menyebutkan, pada tahun 1948, terdapat sejumlah 1,4 juta warga Palestina tinggal di tempat-tempat bersejarah di Palestina, di lebih dari 1.300 desa dan kota. Kemudian penjajah Israel menguasai 774 kota dan desa-desa serta menghancurkan 531 orang selama periode Nakbah. Pasukan Israel juga dilaporkan melakukan lebih dari 70 pembantaian warga Palestina, dan menyebabkan kematian lebih dari 15.000 orang.
Sementara banyak warga Palestina tetap menuntut hak mereka untuk kembali, namun banyak harapan generasi muda untuk bermigrasi ke Barat sebagai gantinya.
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Warga di Pengungsian
Sementara itu dilaporkan, warga Palestina di pengungsian Lebanon hidup dalam kondisi kritis , banyak dari mereka yang tinggal di kamp-kamp yang bangunannya buruk dan mengalami sakit-sakitan.
Peluang kerja profesional mereka juga dibatasi oleh hukum, sehingga mereka sebagian besar terbatas pada kerja pertanian dan bangunan.
Mohammad Mousa, salah seorang warga Palestina di pengungsian berharap suatu hari nanti dapat meninggalkan kamp pengungsian Ain al-Hilweh dan kembali ke palestina.
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan
Menurutnya, banyak pengungsi masih berharap untuk kembali suatu hari nanti.
“Pekan lalu saya tiba hanya di dekat kota saya,” kata Bahia Saleh, warga berusia 80 tahun, yang berasal dari perbatasan desa Galilea-Sablan, Palestina, mengenang masa lalu di desanya.
“Saya berdiri di Maroun al-Ras dan tak terasa saya menangis. Saya teringat bagaimana dulu saya bersama keluarga dan teman-teman tinggal, hingga akhirnya pengusiran memisahkan. Bagaimana mungkin sekarang saya berharap untuk mengakhiri hidup saya di perbatasan negara saya, Palestisna,” ujarnya bertanya pada dirinya sendiri.
Abdullah Mahmoud Othman, warga Palestina yang bekerja di bangunan, mengatakan bahwa kini setiap orang bersekutu merampas tanah Palestina, sampai tidak ada lahan tersisa.
Baca Juga: KBRI Damaskus Evakuasi 37 WNI dari Suriah
“Saya rasa saya akan dimakamkan di sini di Lebanon, saya juga khawatir kalau anak-anak saya akan dimakamkan di sini,” ujarnya. (T/nrz/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Jejak Masjid Umayyah di Damaskus Tempat al-Julani Sampaikan Pidato Kemenangan