Refleksi Hari Pahlawan: Memuliakan Agama

Oleh: H. Sukamta, PhD, Anggota Komisi I DPR RI dan Sekretaris Fraksi PKS

Momentum mengingatkan kita, bahwa nilai-nilai agama sangat lekat dalam menjiwai semangat para pendahulu mewujudkan kemerdekaan bangsa ini. Agama menjadi tuntunan dalam melawan kezaliman para penjajah. Artinya, terwujudnya kemerdekaan Indonesia sangat dekat dengan perilaku mengagungkan nilai ajaran agama yang diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sejarah kemerdekaan bangsa ini tak lepas dari peran penting umat , tanpa menafikan peran umat lain tentunya. Hal ini seiring dengan pernyataan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo bahwa umat Islamlah benteng terakhir pertahanan NKRI.

Tapi jika kita refleksikan hari ini, kita patut prihatin, sebab ajaran agama dan para pemukanya justeru dinistakan. Apakah ini tanda-tanda kemerdekaan bangsa kita yang kental dengan nilai-nilai agama tadi akan porak poranda? Akankah kita sendiri ataukah bangsa lain yang nantinya akan menikmati kemerdekaan?

Hari Pahlawan mengingatkan kita ingat tentang sosok Bung Tomo yang membakar semangat jihad arek-arek Suroboyo melawan penjajah dengan pekikan takbir 1945.

“Entah kalau tidak ada takbir, dengan apa saya bisa membangkitkan semangat para arek Suroboyo melawan penjajah.” Demikian kurang lebih pernyataan Bung Tomo.

Bung Tomo sadar bahwa melawan kezaliman penjajah adalah jihad fi sabilillah. “Maka pekikan takbir dengan penuh kesadaran dan pemahaman bahwa hanya Allah-lah yang Maha Besar, maka penjajah yang lebih kuat dan lengkap senjatanya itu jadi kecil. Maka bangkitlah semangat para arek Suroboyo karena pidato Bung Tomo memakai kalimat takbir. Tuhan bersama kita,” kata Bung Tomo.

Alhasil, kita bisa mengalahkan penjajah. Yang jadi pertanyaan menarik, mereka bangkit karena kalimat takbir-nya atau karena Bung Tomo yang memakai kalimat tersebut? Dua-duanya benar, menggunakan kata “pakai” ataupun tidak.

Oleh karena itu, mari kita refleksikan semangat Hari Pahlawan di tengah kondisi bangsa yang kian memprihatinkan, di tengah-tengah ajaran agama dan para pemukanya dinistakan.

Kemerdekaan dan kemajuan bangsa bisa kita raih karena para pendahulu kita memuliakan dan mempraktikkan ajaran nilai-nilai agama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Atas berkat Rahmat Allah-lah kita merdeka.

Jika sekarang kita nistakan ajaran agama-Nya, maka kita khawatirkan kemerdekaan tidak bisa kita rasakan kembali karena nikmat kemerdekaan itu bisa dicabut, sebagaimana kini tanda-tandanya sudah mulai terlihat, kita sudah semakin tidak merdeka.

Semoga keadaan ini tidak terjadi berlarut-larut, karena kita sendirilah yang harus terus berusaha mengubahnya. “Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka sendiri yang berusaha mengubahnya…”

Jakarta, 10 November 2016

(R05/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.