New York, 5 Rabiul Akhir 147/15 Januari 2016 (MINA) – Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, Kamis (14/4), menuduh pemerintah Suriah melakukan kejahatan perang dengan menggunakan kelaparan sebagai senjata terhadap kota terkepung Madaya.
Pernyataan Ban muncul ketika para pekerja bantuan mendengar berbagai “cerita yang mengerikan” di Madaya, saat mereka memberikan pasokan untuk 42.000 warga yang hampir mati kelaparan.
Rezim Suriah dan militan Hizbullah telah memblokade kota itu selama hampir 200 hari, Mi’raj Islamic News Agency (MINA) melaporkannya mengutip Anadolu Agency.
“Perkenankan saya menjelaskan, penggunaan kelaparan sebagai senjata perang adalah kejahatan perang,” kata Ban kepada para wartawan di New York.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
“Semua pihak, termasuk pemerintah Suriah memiliki tanggung jawab utama untuk melindungi Suriah, melakukan hal ini dan tindakan mengerikan lainnya, dilarang berdasarkan hukum kemanusiaan internasional,” tambahnya.
Sementara itu, konvoi kedua bantuan PBB pekan ini mencapai kota itu pada Kamis. Badan PBB meminta semua pihak dalam konflik agar memfasilitasi akses bantuan tanpa gangguan ke seluruh area yang terkepung di negara itu.
“Tim PBB telah menyaksikan adegan yang menghantui jiwa, para orang tua dan anak-anak, pria dan wanita, yang hanya tinggal kulit dan tulang, kurus serta mengalami malnutrisi berat. Mereka begitu lemah dan hampir tidak bisa berjalan, dan benar-benar membutuhkan, sekalipun cuma sepotong roti,” kata Ban.
Dia menjelaskan, hampir 400.000 orang terkepung di Suriah – kira-kira setengah dari mereka tinggal di kawasan yang dikuasai kelompok Islamic State (ISIS/Daesh), 180.000 di daerah yang diperintah rezim Suriah dan sekutunya, dan sekitar 12.000 di kawasan yang dikendalikan oleh kelompok-kelompok oposisi.
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
“Pada 2014, PBB dan mitra mampu memberikan makanan untuk sekitar 5 persen dari masyarakat di daerah terkepung tersebut. Hari ini, kita mencapai kurang dari 1 persen,” kata Ban.
Konflik Suriah, yang akan memasuki tahun keenam pada Maret, telah menewaskan lebih dari 250.000 orang dan mengubah negara itu menjadi sumber terbesar pengungsi dan orang terlantar di dunia.
PBB ingin menyatukan faksi-faksi Suriah pada 25 Januari untuk memulai pembicaraan damai di Jenewa. Peserta akan bekerja dalam kerangka rencana yang ditetapkan selama tiga putaran perundingan internasional untuk mendorong mengakhiri perang saudara.
Pada Desember, Dewan Keamanan mengadopsi resolusi yang menyerukan sebuah proses politik yang didukung PBB yang akan membiarkan faksi Suriah membentuk badan transisi dalam enam bulan dan mengadakan pemilihan umum nasional yang diawasi PBB dalam waktu 18 bulan. (T/R07/R05)
Baca Juga: Agresi Israel Hantam Pusat Ibu Kota Lebanon
Mi’raj Islam News Agency (MINA)