Jakarta, MINA – Relawan kemanusiaan sekaligus dokter senior, dr. Sarbini Abdul Murad menyampaikan keprihatinan atas rencana Indonesia menjadi lokasi uji coba vaksin tuberkulosis (TBC) terbaru yang diproduksi oleh lembaga milik filantropis Amerika Serikat, Bill Gates. Ia mengingatkan pemerintah agar berhati-hati dalam menerima tawaran kerja sama seperti ini.
“Kenapa secepat itu Pak Presiden langsung mengiyakan dan memberikan izin? Kita belum tahu jelas proposalnya, dampaknya, dan konsekuensi ke depan,” ujar dr. Sarbini dalam Dialog Topik Berita di Radio Silaturahim, Kamis (8/5).
Menurutnya, meskipun Bill Gates dikenal aktif dalam kegiatan filantropi, termasuk pelunasan utang beberapa negara Afrika untuk pembelian vaksin, pendekatan semacam ini tetap harus dikritisi. “Ujung-ujungnya tetap bisnis. Kita tidak bisa semata-mata percaya begitu saja, apalagi kalau menyangkut kesehatan rakyat,” tambahnya.
Indonesia saat ini berada di posisi kedua dengan jumlah kasus TBC terbanyak di dunia setelah India. Namun, dr. Sarbini mempertanyakan alasan Indonesia menjadi target utama uji coba vaksin. “Dulu kita nomor tiga setelah China, sekarang naik ke nomor dua. Tapi kenapa bukan negara lain yang dijadikan lokasi uji coba?” tanyanya.
Baca Juga: NSC Pakistan Sebut Serangan India sebagai Tindakan Perang
Sejak 2009, Indonesia telah menerima sekitar 159 juta dolar AS dari lembaga internasional untuk program kesehatan, termasuk vaksinasi. Menurut dr. Sarbini, hal itu menimbulkan kekhawatiran akan ketergantungan atau kedekatan emosional yang memengaruhi pengambilan keputusan strategis negara.
Ia juga mengingatkan pemerintah akan sejarah panjang keterlibatan asing dalam penelitian kesehatan di Indonesia, seperti keberadaan Namru (Naval Medical Research Unit) yang sempat dibubarkan karena kontroversi.
“Jangan sampai kita kembali jadi negara uji coba secara biologis, seperti kasus Namru dulu. Efek jangka panjangnya bisa membahayakan,” tegasnya.
Namun, dr. Sarbini tetap mengapresiasi peran Bio Farma sebagai produsen vaksin BCG yang telah digunakan secara global dan menyumbang 70% kebutuhan vaksin dunia. Meski begitu, ia menekankan pentingnya pendekatan preventif dalam penanggulangan TBC.
Baca Juga: Pakistan Tegaskan Tak Ada Kamp Teroris di Wilayahnya
“Sejak saya lahir, TBC sudah ada di Indonesia dan belum pernah benar-benar hilang. Ini bukti bahwa upaya kuratif saja tidak cukup. Pemerintah harus memperkuat edukasi dan pencegahan melalui institusi kesehatan dari pusat hingga daerah,” tutupnya. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Cuaca Jakarta Kamis Ini Berawan Hingga Hujan Ringan