Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior MINA (Mi’raj Islamic News Agency)
Di sebuah talkshow tanggal 16 Juni 2016 lalu di Semarang, tampil tiga remaja kembar, usia belia 19 tahun, lahir di Batam, 11 Juni 1997, rupawan, energik, dan ini yang lebih memesona, yakni ketiganya hafidz Al-Quran 30 juz. Subhaanallaah.
Dalam kesempatan berharga itu, mereka bertiga dengan santai dan senyum khas kembar juga, berbagi tips cara menghafal Al-Quran. Mereka adalah Abdul Hannan, Abdul Mannan, dan Abdul Ihsan atau biasa disebut dengan Hamais atau HMI (Hanan, Mannan, Ihsan), yang beralamat rumah di Perumahan Griya Bekasi Permai, Cikarang Barat, Bekasi, Jawa Barat.
“Untuk menghafal Al-Quran perlu membacanya berulang-ulang, secara tidak langsung kita akan menghafalkannya, dalam satu ayat, ia bisa membaca ulang sebanyak 60 kali,” kata Hannan di hadapan para pengunjung, seperti disebutkan Tribun Jateng.
Baca Juga: Pak Jazuli dan Kisah Ember Petanda Waktu Shalat
“Semakin kita sering mengulang, semakin hafal. Ibaratnya orang lewat sebuah jalan. Kalau orang lewat jalan yang sama selama 20 kali dengan 60 kali, pasti lebih hafal orang yang lewat 60 kali jalan itu,” lanjutnya.
Bahkan menurutnya, berdasar pengalaman yang ada di Mesir, untuk menghafal satu ayat saja, perlu membacanya berulang-ulang sampai 400 kali.
“Itu terus saya lakukan setiap malam setelah shalat Maghrib, jika terlalu panjang dipotong dahulu dan masing-masing ayat juga dibaca berulang dengan jumlah yang sama,” imbuhnya.
Ketiga saudara kembar ini pun memiliki jadwal rutin dalam menghafal Al-Quran. Yakni jadwal itu dimulai pada pagi dini setelah shalat tahajud, hingga malam. Diselingi dengan berbagai kegiatan home schooling.
Baca Juga: Jalaluddin Rumi, Penyair Cinta Ilahi yang Menggetarkan Dunia
Antara lain dengan cara-cara tersebut, ketiga pemuda itu pun mampu menghafal 30 juz Al-Quran pada tahun 2013.
Mahkota Kehormatan
Niat teguh dan kuat, dengan dukungan penuh dari orangtua mereka, tiga anak kembar dari delapan bersaudara pasangan Agus Jamaluddin (39 tahun) dan Sukrismiyati (41), itupun kemudian secara khusus diantarkan ke Pesantren Tahfidz Darul Quran Tangerang untuk menjadi hafidz Al-Quran.
Ayahnya asal Garut, adalah seorang mubaligh di Batam, sedangkan ibunya asli Cilacap, terus mendorong anak-anaknya untuk membaca dan menghafal Al-Quran.
Baca Juga: Al-Razi, Bapak Kedokteran Islam yang Mencerdaskan Dunia
Keinginan mereka terdorong oleh keutamaan menghafal Al-Quran seperti yang disebutkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Antara lain hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, yang artinya: “Barangsiapa yang menghafal Al-Quran dan mengamalkan kandungannya. maka pada hari kiamat nanti kedua orangtuanya akan dipakaikan mahkota yang cahayanya lebih indah daripada matahari yang menyinari rumah-rumah di dunia.”
Menurut Ihsan, seperti dimuat media online Dream, bagi dia dan kedua saudaranya, jasa orangtua tidak akan pernah bisa mereka balas di dunia.
“Kami berpikir, di dunia kami tidak akan pernah bisa membalas jasa-jasa orang tua. Namun kami berpikir, ya, setidaknyalah kita membahagiakan dan memuliakan kedua orang tua kami di akhirat, dengan mahkota kehormatan. Dan insya-Allah orang tua akan bahagia dunia akhirat,” kata dia.
Baca Juga: Abdullah bin Mubarak, Ulama Dermawan yang Kaya
Untuk sebuah kehormatan dan kemuliaan tiada tara, awalnya tentu berat. Namun karena kuatnya keinginan ditambah dorongan keluarga, maka seiring berjalannya waktu, “kita merasakan ada kenikmatan” ujar mereka.
Berawal dari rumah
Kecintaan mereka pada kegiatan membaca dan menghafal Al-Quran berawal dari rumah. Sejak kecil, ayahnya Jamaluddin dan ibu Mia, selalu melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an tiap hari di rumah.
Menurut orang tuanya, ditambah dengan hampir 24 jam tak hentinya di rumahnya diperdengarkan murottal Al-Quran, ujar Jamaluddin pada Islampos.
Baca Juga: Behram Abduweli, Pemain Muslim Uighur yang Jebol Gawang Indonesia
Bahkan mereka sudah dilatih untuk pelan-pelan menghafalkan surat-surat pendek Al-Quran sejak taman kanak-kanak.
Hasilnya, antara lain si kembar tiga ini sudah hafal 2 juz saat kelas 6 SD. Dilanjutkan dengan menuntut ilmu di Pesantren Tahfidz Al-Quran Al-Mu’minun, Solo, selama satu tahun. Hingga mereka mengulang kembali proses menghafalnya di Pesantren Darul Qur’an Tangerang, dan berhasil menghafal 30 Juz Al-Quran.
Jamaluddin, sebagai pemimpin keluarga selalu mengajak seluruh keluarga, isteri dan anak-anaknya untuk membaca dan menghafal Al-Qur’an setiap ba’da Maghrib. Ia tak hentinya mengawasi setiap anaknya untuk terus menjaga hafalannya dengan kegiatan muroja’ah.
Demikian si kembar tiga ini, setidaknya mereka selalu mengulang hafalannya sebanyak 2 juz per hari, baik ba’da Maghrib atau seusai Shubuh.
Baca Juga: Suyitno, Semua yang Terjadi adalah Kehendak Allah
Mereka sama-sama mengakui, jika ada kesulitan saat menghafal Al-Qur’an, pada surat atau ayat-ayat tertentu, itu adalah variasi dalam menghafal saja.
“Terus kita harus selalu memotivasi anak-anak untuk menghafal Al-Quran. Karena, yang akan Allah lihat adalah proses ketimbang hasil. Hasil itu adalah buah dari proses,” tambah Jamaluddin.
Mereka pun secara bergantian memotivasi dan menuntun adik-adiknya untuk juga menghafal Al-Quran.
“Alhamdulillah, kami bertiga sudah khatam hafalan Al-Qur’an 30 Juz, dan kini adik-adik kami juga sudah mulai menghafal, ada yang 3 juz dan ada yang baru 1 Juz,” ungkap Hannan, seperti dilansir Info Bekasi.
Baca Juga: Transformasi Mardi Tato, Perjalanan dari Dunia Kelam Menuju Ridha Ilahi
Berawal dari mimpi besar di rumah itulah, mereka kemudian mendapatkan jalan untuk menghafal Al-Quran.
Lingkungan keluarga yang memang sudah akrab dengan nuansa Islami, bacaan Al-Quran yang selalu mengiringi, dan terutama keinginan orang tuanya yang tinggi, membuat mereka selalu termotivasi kuat untuk mewujudkan mimpi.
“Meski begitu, menjadi hafidz bukanlah hal mudah. Bahkan, awalnya mereka juga pernah merasakan terpaksa menjadi hafidz. Seiring waktu, akhirnya tumbuh juga kesadaran menghafal Al-Quran itu nikmah dan penting,” ujat Ihsan pada Republika.
Maka, ketika kesadaran dan niat itu sudah ada, tidak ada cara lain kecuali memfokuskan diri dalam menghafalkan Al-Quranm ujarnya.
Baca Juga: Dato’ Rusly Abdullah, Perjalanan Seorang Chef Menjadi Inspirator Jutawan
Ingin Nikah Muda
Ditanya tentang cita-citanya, Voa Islam menyebutkan, mereka sama-sama ingin menjadi pengusaha.
Sebenarnya waktu kecil, mereka ingin menjadi pemain sepak bola internasional. Dan memang dalam hal cita-cita dan hobi, kembar tiga ini pun tak ada perbedaan.
Sampai sekarang sedang mencoba menulis novel pun, dikerjakan bersama-sama. Judul novelnya pun sesuai cita-citanya, “Ya Allah, izinkan aku menikah muda”.
Baca Juga: Hambali bin Husin, Kisah Keteguhan Iman dan Kesabaran dalam Taat
Itu juga yang menjadi keinginan mereka, dan orang tuanyapun mengizinkannya. Mereka bertiga berharap bisa menikah muda ketika usia menginjak 21 tahun.
Mereka ingin menyempurnakan separuh agama dalam usia muda, enggak menunda-nunda yang khawatir malah terjerumus dalam kemaksiatan.
Sebab, sebagai manusia biasa, seperti juga remaja pada umumnya, merekapun mengalami masa pubertas alias ada perasaan suka dengan lawan jenis, Muslimah.
Namun, mereka sharing semuanya kepada abah dan umminya. Dan abah dan umminya pun memberinya nasihat dan arahan agar menjaga diri dan berhati-hati, serta agar tidak terlena dengan perasaan.
Baca Juga: Dari Cleaning Service Menjadi Sensei, Kisah Suroso yang Menginspirasi
Harapan
Kini, di samping terus melakukan muroja’ah, mereka kini juga melakukan kegiatan roadshow keliling kota dan daerah untuk berbagai tips menghafal Al-Quran, tabligh akbar, seminar motivasi, talkshow, hingga melantunkan nasyid. Bahkan mereka bertiga pun menyempatkan diri mereka menyusun novelm dan mulai mengikuti syuting film.
Selain itu, mereka juga sedang merintis sebuah album nasyid mereka yang pertama.
Namun dengan berbagai kegiatan itu, mereka berprinsip, sesibuk apa pun kegiatan, “dalam sehari paling tidak satu halaman Al-Quran tidak boleh ditinggalkan,” tutur Hannan.
“Kitab suci umat Islam Al-Quran ini adalah tuntunan hidup. Maka, kecintaan terhadap Al-Quran harus selalu ditumbuhkan,” ujarnya.
Kepada rekan-rekan sebayanya dan adik-adik kelasnya, mereka pun memotivasi bahwa tidak ada kata terlambat untuk menghafal Al-Quran karena Al-Quran adalah kalam Allah.
“Menghapal Al-Quran bukan masalah bisa atau tidak bisa, namun masalah mau atau tidak mau,” tutur mereka.
Nah, semoga hobi, aktivitas, tekad dan semangat muda kembar tiga remaja HMI (Hanan, Mannan, Ihsan) dapat menginspirasi remaja-remaja dan anak-anak Muslim lainnya. Aamiin. (P4/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)