Remaja Masjid dan Ikhtiar Wujudkan Perdamaian Dunia

Muhammad Ibrahim Hamdani, S.I.P., M.Si. (paling kiri) bersama pengurus Pimpinan Pusat (PP) Perhimpunan Remaja Masjid (PRIMA) Dewan Masjid Indonesia (DMI).(Foto: Istimewa)

Oleh: Muhammad Ibrahim Hamdani, S.I.P., M.Si.; Ketua Bidang (Kabid) Luar Negeri dan Kemitraan Internasional Pimpinan Pusat (PP) Perhimpunan (PRIMA) Dewan Masjid Indonesia ()

Perhimpunan Remaja Masjid (PRIMA) Dewan Masjid Indonesia (DMI) senantiasa berkontribusi aktif dalam usaha-usaha mewujudkan perdamaian dunia dan memelihara ketertiban global. Antara lain melalui pendekatan edukatif berbasis literasi ilmiah serta penggunaan teknologi audio visual berbasis media massa elektronik.

Hal ini menjadi amanat konstitusi, sebagaimana tertulis dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia (RI) Tahun 1945 alinea keempat. Tepatnya pada kalimat berikut: “….dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial…”

Sejumlah isu perdamaian dunia pun dibahas secara konsisten dan berkelanjutan oleh Pimpinan Pusat (PP) . Misalnya penjajahan zionis Israel terhadap bangsa Palestina, konflik dan perang berlarut-larut di Afghanistan, perang terbuka antara Federasi Rusia versus Republik Ukraina, dan konflik sosial dan politik di Timur Tengah.

Masalah-masalah lainnya juga dibahas seperti intervensi militer Amerika Serikat dan North Atlantic Treaty Organization (NATO) di sejumlah negara seperti Afghanistan, Iraq, Libya, Iran dan Suriah, serta pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) terhadap etnik minoritas Muslim Uyghur di Provinsi Xinjiang, Republik Rakyat China (RRC).

Sebagai Ketua Bidang (Kabid) Luar Negeri dan Kemitraan Internasional PP PRIMA DMI, penulis berpendapat bahwa Pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945 pada alinea keempat itu merupakan pengejawantahan dari firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam kitab suci Al-Quran, Surat Al-Hujurat Ayat 13, yakni:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Dengan demikian, sesuai amanat Pembukaan UUD Negara RI Tahun 1945 pada alinea keempat, maka perdamaian abadi menjadi salah satu fondasi utama dari terwujudnya ketertiban dunia, bersama-sama dengan dua fondasi utama lainnya, yakni kemerdekaan dan keadilan sosial.

Tiga fondasi ini mustahil terwujud tanpa adanya rasa saling kenal-mengenal antar suku dan antar bangsa yang berbeda-beda di dunia. Sesuai dengan firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Al-Quran, Surat Al-Hujurat Ayat 13, maka munculnya aneka ragam suku dan bangsa di dunia ini merupakan kehendak Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Tujuannya agar antar suku dan bangsa dapat saling kenal-mengenal, guna menjalin silaturahmi antar sesama manusia, ukhuwwah Insaniyah. Penyebabnya, seluruh suku dan bangsa itu berasal dari satu keturunan yang sama, yakni Nabi Adam Alaihis Salam dan ibunda Siti Hawa.

Konsekuensi logisnya, setiap suku dan bangsa memiliki derajat yang sama di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, tidak ada diskriminasi dan keistimewaan khusus hanya karena perbedaan ras, adat istiadat, budaya, suku bangsa, dan negara.

Satu-satunya hal yang membedakan setiap manusia di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala ialah derajat iman dan takwa kepada-Nya, bukan keunggulan tertentu berdasarkan ras, budaya, adat-istiadat, suku bangsa, dan negara.

Selain itu, terkait kontribusi aktif untuk mewujudkan perdamaian dunia dan memelihara ketertiban global, PRIMA DMI berpegang teguh kepada Nilai Keislaman dan Nilai Keilmuan, sebagaimana tertulis dalam Mukadimah Anggaran Dasar (AD) PRIMA DMI.

Dalam penjelasan tentang ‘Nilai Keislaman”, tertulis: “Menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran Islam. Islam yang dimaksud adalah agama rahmatan lil a’lamin yang membawa kebenaran, keadilan, kesejahteraan, dan ketentraman bagi seluruh umat manusia yang bersumber dari Al-Qur’an dan as-Sunnah…….”.

Sedangkan dalam definisi ‘Nilai Keilmuan,’ tertulis: “Terbentuknya remaja Muslim yang berilmu. Nilai ini menunjukkan bahwa PRIMA DMI memiliki perhatian serius terhadap ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan kita akan mengetahui dunia secara luas, tidak hanya sebagian saja. Karena dari waktu ke waktu, ilmu pengetahuan akan terus berkembang dan berubah. PRIMA DMI berkeyakinan, ilmu pengetahuan adalah jendela dunia”.

Dalam konteks ikhtiar mewujudkan perdamaian dunia dan memelihara ketertiban global, PRIMA DMI berusaha maksimal untuk menerjemahkan nilai-nilai Keislaman dan Keilmuan dalam bentuk program kerja.

Terkait hal ini, penulis berpandangan bahwa perdamaian dan ketertiban dunia merupakan konsekuensi logis dari agama Islam yang rahmatan lil a’lamin, yakni agama yang menjadi rahmat, kasih sayang, karunia dan berkah serta nikmat luar biasa bagi seluruh alam semesta. Agama Islam bersumber dari kitab suci Al-Quran dan as-Sunnah yang membawa kebenaran, keadilan, kesejahteraan dan ketentraman bagi seluruh umat manusia.

Dengan demikian, perdamaian dan ketertiban dunia mustahil terwujud tanpa tegaknya kebenaran dan keadilan di dalam tatanan suatu masyarakat, suku bangsa dan negara. Lalu perdamaian dan ketertiban dunia menjadi prasyarat utama untuk mewujudkan kesejahteraan dan ketentraman.

Empat karakteristik ini telah tercakup dan termuat dalam ajaran agama Islam yang bersifat rahmatan lil a’lamin, sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam.(AK/R1/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.