KITA semua punya impian. Pemuda ingin sukses, pemudi ingin bermanfaat, semua ingin bahagia dan hidup berkualitas. Tapi mengapa hanya sedikit yang benar-benar meraih impiannya? Jawabannya sederhana: karena banyak orang hanya pandai merencanakan, tetapi tak pernah benar-benar bertindak. Tanpa aksi, rencana hanyalah mimpi kosong yang tak akan pernah jadi kenyataan.
1. Antara Harapan dan Kenyataan
Di era digital seperti sekarang, semua informasi tersedia di ujung jari. Tips sukses, strategi bisnis, motivasi hidup, bahkan tutorial membangun personal branding bisa didapat dengan mudah. Namun, ironisnya, banyak pemuda pemudi justru terjebak dalam lingkaran konsumsi informasi tanpa implementasi. Mereka merasa sudah “berproses” hanya dengan banyak membaca, menonton video motivasi, atau membuat to-do-list panjang. Padahal sejatinya, ilmu tanpa amal hanyalah tumpukan teori tak berguna.
2. Rencana Itu Penting, Tapi Aksi Lebih Penting
Merencanakan itu bagus. Bahkan sangat penting. Seorang pemuda yang punya rencana hidup cenderung lebih terarah dibandingkan yang hidupnya mengalir tanpa tujuan. Namun, merencanakan saja tidak cukup. Rencana tanpa aksi hanyalah angan-angan yang membuat kita merasa sibuk, padahal tak berpindah ke mana-mana.
Bayangkan seseorang yang ingin punya tubuh sehat dan ideal. Ia sudah punya rencana diet, jadwal olahraga, bahkan sudah membeli perlengkapan fitness. Tapi kalau semua itu hanya tersimpan di kepala atau ditulis di buku catatan tanpa pernah dijalankan, maka hasilnya nihil. Sama seperti mimpi yang tak pernah dibangunkan oleh kenyataan.
Baca Juga: Jadilah Berkah, Bukan Sekedar Berhasil
3. Takut Gagal Bukan Alasan Untuk Diam
Banyak pemuda takut memulai karena takut gagal. Mereka menunggu “waktu yang tepat”, merasa belum cukup pintar, belum punya modal, atau menunggu situasi ideal. Padahal, tidak ada waktu yang benar-benar sempurna untuk memulai. Kapan pun kita memulai, akan selalu ada risiko dan tantangan. Tetapi itulah bagian dari proses.
Thomas Alva Edison pernah gagal lebih dari 1.000 kali dalam menemukan bola lampu. Namun, ia berkata, “Saya tidak gagal 1.000 kali. Saya hanya menemukan 1.000 cara yang tidak berhasil.” Semangat inilah yang perlu ditanamkan dalam diri para pemuda pemudi: gagal itu bukan aib, tetapi guru.
4. Aksi Kecil, Hasil Besar
Tak perlu langsung membuat gebrakan besar. Kadang kita terlalu berambisi sehingga rencana terasa menakutkan dan akhirnya tak pernah dijalankan. Padahal, memulai dari hal kecil bisa menjadi kunci kesuksesan besar. Misalnya, jika ingin menjadi penulis, mulailah dengan menulis 200 kata sehari. Jika ingin menghafal Al-Qur’an, mulailah dengan satu ayat per hari. Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit.
Konsistensi lebih penting daripada intensitas sesaat. Lebih baik bergerak pelan tapi pasti, daripada berlari kencang lalu menyerah di tengah jalan.
Baca Juga: Transformasi Digital dan Inklusi Keuangan Syariah Jadi Sorotan di Forum Global IsDB ke-19
5. Jangan Menunda
Menunda adalah musuh terbesar produktivitas. Setiap kali kita berkata, “nanti saja,” sebenarnya kita sedang mengubur potensi diri. Waktu terus berjalan, usia bertambah, dan kesempatan bisa saja hilang. Maka jangan menunda untuk bertindak. Mulailah hari ini, sekarang juga. Tidak harus sempurna, yang penting ada kemajuan.
Ali bin Abi Thalib pernah berkata, “Kesempatan itu seperti awan, cepat berlalu. Maka manfaatkanlah ketika ia datang.” Kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Maka manfaatkan waktu sebaik mungkin untuk mewujudkan rencana menjadi aksi nyata.
6. Aksi adalah Bukti Kesungguhan
Bicara semangat, impian, dan cita-cita memang mudah. Tapi sejatinya, yang membedakan pemimpi dan pejuang adalah AKSI. Seseorang yang sungguh-sungguh akan bergerak, melakukan sesuatu, dan terus memperbaiki diri. Ia tidak menunggu dorongan, tapi menciptakan semangat dari dalam dirinya.
Aksi juga akan membentuk karakter. Dengan bertindak, kita belajar disiplin, tanggung jawab, dan ketekunan. Sedangkan terlalu banyak rencana tanpa aksi hanya akan membentuk kebiasaan menunda, pesimis, dan merasa tidak mampu.
Baca Juga: Berbuat Baik, Meski Dunia Tak Melihat
7. Hidup Ini Terlalu Singkat untuk Hanya Merencanakan
Waktu adalah sumber daya yang tidak bisa kembali. Ketika masa muda dihabiskan hanya dengan merancang tanpa menjalankan, maka masa tua bisa jadi penuh penyesalan. Maka mumpung masih muda, masih punya energi, masih punya semangat, jadikan setiap rencana sebagai langkah konkret menuju masa depan yang lebih baik.
Bermimpilah setinggi langit, tetapi jangan biarkan kakimu terangkat dari bumi. Tetaplah berjalan, satu langkah demi satu langkah, hingga impian itu menjadi kenyataan.
Mari para pemuda dan pemudi, jangan hanya jadi pemimpi. Jadilah pejuang. Jadilah pelaku perubahan. Dunia ini membutuhkan pemuda yang berani bertindak, bukan hanya berbicara. Ingat selalu: Rencana tanpa aksi adalah mimpi. Tapi rencana yang dijalankan akan menjadi kisah nyata yang menginspirasi.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Dagang yang Berkah: Antara Ajaran Islam dan Realita Pahit Pasar Modern