Oleh: Natsir Zubaidi, Pembina Senior Institut Risalah Peradaban
Perlu “perencanaan”, untuk menghadapi masa depan, jadikan tradisi kita. Pergantian tahun 2022 ke tahun 2023 telah kita lalui. Sebenarnya, setiap pergantian waktu, apakah itu, dari hari ke hari, pekan ke pekan berikut, bulan dan tahun adalah pertukaran waktu yg dialami oleh setiap manusia.
Sebagai Muslim, kita diperingatkan oleh Al-Quran, Surat Al-‘Asr ayat 1-3, yang artinya: 1. Demi masa (waktu), 2. Sesungguh manusia benar-benar berada dalam kerugian, 3. kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran.”
Ajaran Islam tidak mengajarkan semboyan waktu adalah uang (time is money),” tetapi lebih memberikan perspektif yang luas, bahwa manusia muslim harus pandai pandai memanfaatkan waktu, kalau tidak ingin dalam kerugian. Yakni orang-orang memiliki persyaratan, beriman, beramal shaleh dan saling berpesan masalah kebenaran dan kesabaran.
Baca Juga: [WAWANCARA EKSKLUSIF] Ketua Pusat Kebudayaan Al-Quds Apresiasi Bulan Solidaritas Palestina
Ada nilai yang harus menjadi keyakinan (fundamental values) yaitu iman, dan nilai yang bersifat instrumental (instrumental values), yakni “amal sholeh, amal kebajikan, kebenaran dan kesabaran yang harus ditegakkan dan diperjuangkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Di situ diperlukan sebuah perencanaan, sesuai dengan ruang lingkup dan cakupan wilayah garap yang menjadi tanggung jawab kita.
Apabila kita menoleh ke tahun 2022, sungguh kita bersedih adanya beberapa tragedi sejak kasus Sambo, tragedi Kanjuruhan Malang, bencana di Cianjur, menunjukan adanya tragedi disebabkan karena ulah manusia, maupun karena kejadian alam (sunatulllah). Di situlah perlu ada kebijakan perencanaan yang matang, termasuk perlunya dipertimbangkan adanya “manajemen resiko,” baik dalam skala besar, maupun dalam skala kecil.
Sebagai bangsa yang sudah semakin maju dan berkembang, sudah seharusnya kita memahami pola pikir masyarakat yang modern, sudah tentu, tanpa meninggalkan nilai fundamental yang kita yakini.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof. Anbar: Pendidikan Jaga Semangat Anak-Anak Gaza Lawan Penindasan
Ciri-ciri Manusia dan masyarakat modern menurut Profesor Alex Inkeles dari Harvad University, yang disebutkan dalam artikel “The Modernization of Man” (1966) antara lain bisa disebutkan : – – kesediaan untuk menerima pengalaman baru dan keterbukaannya bagi penciptaan baru dan perubahan. — Lebih memiliki orientasi masa depan, dari pada masa lalu. – – Lebih demokratis dan semakin sadar akan martabat orang lain dan menunjukkan penghargaan terhadap mereka. – – lebih memahami iptek dan menjadi lingkungan. – – Mengarah kepada keterlibatan dan kemampuan membuat perencanaan dan organisasi sebagai cara untuk mengatasi problematika kehidupan.
Bila saja pertandingan Sepak bola di Stadion Kanjuruhan, Malang, tahun lalu, disiapkan dengan perencana dan manajemen yang baik dan benar. Insya Allah, tidak akan terjadi Tragedi Kanjuruan yg yang memilukan dan memalukan itu.
Begitu juga, kejadian di Pelabuhan Merak Banten ada mobil yang masuk laut, truk pengangkut semen dan kejadian kapal pengangkut solar yang tenggelam di Sumatera Selatan tidak akan terjadi bila antara BMKG dan Instansi terkait melakukan koordinasi dan mengambil kebijakan segera diambil tindakan yang cepat dari Instansi atau departemen tersebut.
Sebenarnya, pesan Al-Quran dalam Surat Al ‘Asr, yang berisi pesan bersifat imaniyah (iman), kegiatan yang bersifat kebajikan (amal sholeh), serta kebenaran dan kesabaran – dalam perspektif yang luas dapat diaplikasikan dalam bidang bidang, sosial pendidikan, sosial ekonomi dan Sosial politik.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya
Pemikiran Profesor Alex Inkeles, dan para pemikiran Barat biasanya selalu bertumpu pada “pertumbuhan ekonomi” saja, kurang memperhatikan kesejahteraan rakyat, dalam konteks Indonesia, adalah “keadilan bagi segenap rakyat Indonesia”.
Sudah saatnya kita harus melakukan muhasabah, evaluasi terhadap kebijakan baik yang dilakukan oleh pemegang otoritas eksekutif, legislatif dan yudikatif, agar produk-produk kebijakannya, sesuai cita-cita para pendiri bangsa, seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.(AK/R1/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa