Resepsi Perayaan Hari Nasional Taiwan ke-108 Tahun

(Foto: Abdullah/MINA)

Jakarta, MINA – Kantor Dagang dan Ekonomi Taipei di Jakarta (Taipei Economic and Trade Office – TETO) mengadakan resepsi Republic of China () ke-108 Tahun yang berlangsung di Hotel Borobudur Jakarta, Selasa malam (8/10).

Sebanyak sekitar 800 undangan menghadiri resepsi ini antara lain pejabat pemerintah , anggota DPR, diplomat, pengusaha, cendekiawan, seniman, wartawan, budayawan, komunitas Taiwan dan lain-lain.

Nampak hadir antara lain Kepala Staf Kepresidenan Jenderal (Purn.) Moeldoko, anggota DPR RI Meutya Hafid.

Kepala TETO John Chen dalam pidatonya menyatakan, kinerja keseluruhan negara Taiwan cukup menarik. Dalam hal ekonomi, menurut “World Competitiveness Report 2018” dari Swiss World Economic Forum (WEF), Taiwan berada di peringkat ke-13 di dunia, dan ke-4 di kawasan Asia-Pasifik.

“Taiwan memiliki peringkat sebagai salah satu dari empat teratas inovator super bersama Jerman, Amerika Serikat, dan Swiss. Kestabilan ekonomi secara keseluruhan menempati urutan pertama di dunia, dan sistem keuangan menduduki peringkat ke tujuh di dunia,” katanya.

Dia menjelaskan, lingkungan investasi Taiwan terus membaik, dan menarik lebih banyak investasi asing, misalnya, raksasa server global “Supermicro” telah menginvestasikan total NT$ 10 miliar di Taiwan, dan Google mengumumkan bahwa mereka akan memperluas investasi dan operasinya di Taiwan.

“Di sisi lain, tahun ini kami membawa dana investasi terbesar dalam sejarah dari pengusaha Taiwan yang dulunya investasi di Cina, dan sekarang pulang kembali ke Taiwan untuk berinvestasi. Dari awal tahun sampai September ini, jumlah investasi telah mencapai NT$580 miliar, menciptakan lebih dari 28.500 lapangan pekerjaan,” ujar Chen.

Berbicara tentang hubungan dengan Indonesia, ia mengatakan, dengan semangat yang berorientasi pada humanisme dari “Kebijakan Baru ke Arah Selatan” Taiwan, lanjut dia, interaksi dan pertukaran masyarakat antara Indonesia dan Taiwan  menjadi lebih dekat.

Saat ini, ada sekitar 300.000 orang Indonesia yang bekerja, belajar, dan tinggal di Taiwan. Di antaranya ada sekitar 260.000 pekerja migran Indonesia.

“Gaji, asuransi kesehatan, dan kesejahteraan Taiwan untuk pekerja migran Indonesia adalah yang terbaik di antara pekerja migran asing lainnya,” imbuh Chen.

Selain itu juga ada sekitar 12.000 orang pelajar Indonesia yang belajar di Taiwan, dan program produksi dan pembelajaran “2 + i” yang dipromosikan oleh Taiwan dan Indonesia, yakni lulusan perguruan tinggi multiteknologi Indonesia yang datang ke universitas sains dan teknologi Taiwan untuk belajar selama dua tahun, bisa magang di perusahaan-perusahaan berkualitas tinggi di Taiwan selama satu tahun.

Pemerintah Taiwan dan berbagai universitas menawarkan berbagai beasiswa bagi siswa Indonesia, serta berbagai program pelatihan profesional yang dijalankan oleh pemerintah Taiwan dan pihak swasta. Kesemuanya ini bertepatan dengan slogan “Meningkatkan Sumber Daya Manusia” yang digalakkan oleh Presiden Jokowi.

Chen mengatakan, cinta kasih kemanusiaan Taiwan tidak pernah reda.Saat gempa bumi tsunami di pulau Lombok, kota Palu dan provinsi lain di Sulawesi Tengah tahun lalu, sumbangan dana pemerintah dan swasta Taiwan secara keseluruhan telah melebihi 2,86 juta dolar AS.

Sebagian dana digunakan untuk membangun kembali sekolah-sekolah, pusat kegiatan Islam, donasi tanggul, mobil ambulan, pakaian dan makanan lainnya di daerah bencana. Cinta kasih Taiwan memberikan secercah harapan baru dibalik musibah bencana.

Kerja sama antara Taiwan dan Indonesia tidak terbatas pada hal ini saja. Kerja sama pertanian, pencegahan dan pengendalian demam berdarah, pemetaan tanah, perawatan medis, proses pembuangan sampah, dan daur ulang adalah bidang kerja sama yang substantial antara kedua negara.

“Dengan Kebijakan Baru ke Arah Selatan yang terus dipromosikan ini, yakin kerja sama win win solusi yang erat antara Taiwan dan Indonesia ini akan terus meningkat,” tambah Chen.

Setiap tahun tanggal 10 Oktober diperingati sebagai hari jadi Taiwan atau Republik China, yang dikenal dengan Double Ten day, 10-10-1911.

Sejarah mencatat, 10 Oktober 1911 adalah hari dimulainya Kebangkitan Wuhan, Provinsi Hubei. Peristiwa itu juga dikenal sebagai Revolusi Xinhai (Hsinhai), Revolusi 1911, atau Revolusi China. Sebuah peristiwa yang mengarah pada runtuhnya Kekaisaran Qin di Tiongkok.(L/R01/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)