Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Resilience dan Pengaruhnya bagi Kesuksesan Seseorang

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 2 jam yang lalu

2 jam yang lalu

0 Views

Ilustrasi

RESILIENCE atau ketahanan psikologis adalah kemampuan seseorang untuk bangkit kembali setelah menghadapi tekanan, tantangan, kegagalan, atau kesulitan dalam hidup. Menurut penelitian dari American Psychological Association (APA), resilience bukan berarti menghindari penderitaan, tetapi bagaimana individu mampu beradaptasi secara positif dalam menghadapi kesulitan dan tetap tumbuh serta berkembang.

Resilience bukanlah sifat bawaan, melainkan hasil dari interaksi antara faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi kepercayaan diri, kecerdasan emosional, dan optimisme, sedangkan faktor eksternal mencakup dukungan sosial, lingkungan keluarga, serta pengalaman hidup. Penelitian dari Masten & Reed (2002) menunjukkan bahwa individu yang memiliki lingkungan suportif lebih cenderung memiliki resilience yang tinggi.

Resilience berperan penting dalam pencapaian kesuksesan karena individu yang memiliki ketahanan psikologis lebih mampu menghadapi tantangan dan kegagalan tanpa kehilangan motivasi. Angela Duckworth dalam penelitiannya mengenai “grit” menemukan bahwa ketekunan dan resilience lebih berkontribusi terhadap kesuksesan dibandingkan kecerdasan semata.

Individu yang memiliki resilience tinggi cenderung memiliki kesehatan mental yang lebih baik. Sebuah studi yang dilakukan oleh Southwick et al. (2014) menemukan bahwa resilience membantu seseorang mengurangi tingkat stres dan kecemasan dalam menghadapi tekanan hidup. Dengan demikian, seseorang yang sehat secara mental akan lebih produktif dan memiliki fokus yang lebih baik dalam mencapai tujuan.

Baca Juga: IEMF 2025 Dorong Inklusi dan Inovasi dalam Bisnis Syariah Global

Dalam dunia akademik, resilience membantu siswa dan mahasiswa menghadapi kegagalan akademik tanpa kehilangan semangat belajar. Penelitian dari Martin & Marsh (2006) menunjukkan bahwa siswa yang memiliki resilience tinggi lebih mampu mengatasi stres akademik dan menunjukkan performa yang lebih baik di sekolah maupun universitas.

Dalam lingkungan kerja, resilience menjadi faktor kunci dalam keberhasilan profesional seseorang. Studi oleh Luthans et al. (2006) menemukan bahwa karyawan dengan tingkat resilience tinggi lebih mampu menghadapi tekanan pekerjaan, menyelesaikan konflik, dan mempertahankan motivasi dalam mencapai target perusahaan.

Pengusaha yang sukses umumnya memiliki resilience yang tinggi. Menurut penelitian oleh Ayala & Manzano (2014), resilience membantu para wirausahawan untuk bangkit dari kegagalan bisnis, beradaptasi dengan perubahan pasar, dan tetap berinovasi dalam menghadapi tantangan ekonomi.

Individu yang memiliki resilience tinggi cenderung lebih tenang dalam menghadapi situasi sulit, sehingga dapat mengambil keputusan yang lebih rasional. Penelitian oleh Tugade & Fredrickson (2004) menunjukkan bahwa resilience membantu seseorang tetap berpikir jernih dalam kondisi penuh tekanan, sehingga mampu membuat keputusan yang lebih efektif.

Baca Juga: Filosofi Gercep (Gerak Cepat)

Resilience dapat ditingkatkan melalui berbagai strategi, seperti membangun pola pikir yang positif, mengembangkan jaringan sosial yang kuat, serta menerapkan teknik manajemen stres. Studi dari Neenan (2009) menyarankan latihan mindfulness dan refleksi diri sebagai cara untuk memperkuat resilience seseorang.

Pendidikan resilience sebaiknya dimulai sejak usia dini agar anak-anak terbiasa menghadapi tantangan dengan sikap yang lebih optimis dan adaptif. Studi dari Werner & Smith (2001) menunjukkan bahwa anak-anak yang diajarkan resilience lebih mampu menghadapi perubahan dalam hidup mereka dengan lebih baik di masa dewasa.

Masyarakat yang memiliki individu-individu dengan resilience tinggi cenderung lebih stabil dan produktif. Penelitian dari Bonanno (2004) menunjukkan bahwa komunitas yang mampu beradaptasi dalam menghadapi bencana atau krisis sosial lebih cepat pulih dan berkembang dibandingkan komunitas yang kurang resilient.

Meskipun teknologi mempermudah hidup, ketergantungan yang berlebihan terhadap teknologi dapat menurunkan resilience seseorang. Studi dari Twenge et al. (2017) menunjukkan bahwa generasi muda yang terlalu bergantung pada media sosial cenderung memiliki tingkat ketahanan mental yang lebih rendah, karena kurangnya pengalaman dalam menghadapi tantangan nyata secara langsung.

Baca Juga: 9 Langkah Praktis Menuju Hidup Berkah

Resilience adalah faktor penting yang menentukan kesuksesan seseorang dalam berbagai aspek kehidupan, baik akademik, profesional, maupun sosial. Dengan resilience yang kuat, seseorang lebih mampu menghadapi tantangan, mengatasi kegagalan, dan tetap berkembang dalam situasi sulit. Oleh karena itu, membangun resilience harus menjadi bagian dari pendidikan dan pengembangan diri agar individu dapat mencapai potensi maksimalnya.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: 10 Kiat Menjadi Muslim Sukses Dunia Akhirat

Rekomendasi untuk Anda