Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Restorasi Akhlak Digital Didesak Jadi Prioritas Perlindungan Anak

Mujiburrahman Editor : Rudi Hendrik - 16 menit yang lalu

16 menit yang lalu

5 Views ㅤ

Diskusi bertema “Restorasi Akhlaq di Dunia Maya: Bicara Bijak, Anak Terlindungi” digelar di Jakarta, Kamis , 31 Juli 2025. (Foto: Rana Setiawan/MINA )

Jakarta, MINA Dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional 2025, sebuah diskusi publik bertema “Restorasi Akhlaq di Dunia Maya: Bicara Bijak, Anak Terlindungi” digelar di Jakarta, Kamis  (31/7) oleh sejumlah lembaga besar.

Diskusi ini digelar oleh Perempuan Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Masyarakat Tanpa Pornografi (MTP), dan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Raya Palapa Baitus Salam Jakarta.

Diskusi ini menyuarakan keprihatinan kolektif terhadap maraknya konten negatif di dunia maya yang dinilai menjadi ancaman serius bagi perkembangan akhlak generasi muda Indonesia. Para pemangku kepentingan sepakat, negara harus hadir secara tegas dengan regulasi dan filter ketat untuk menjaga ruang digital tetap sehat bagi anak-anak.

Ketua MTP, Azimah Subagijo, dalam paparannya menegaskan bahwa restorasi akhlak digital adalah keniscayaan di tengah derasnya arus konflik daring, ujaran kebencian, dan pornografi.

Baca Juga: Mantan Menteri Agama Suryadharma Ali Wafat

“Anak-anak belajar dari siapa kita, bukan hanya dari apa yang kita katakan,” ujar Azimah mengutip prinsip penting dalam pendidikan akhlak.

Ia merujuk pada temuan teori Mirror Neuron serta eksperimen Bobo Doll oleh psikolog Albert Bandura yang menunjukkan bahwa anak merupakan peniru ulung dari perilaku yang mereka lihat, termasuk dari media sosial.

“Gaya bicara, reaksi emosional, hingga ekspresi viral orang dewasa hari ini, adalah referensi moral dan perilaku bagi anak-anak. Karena itu, etika digital orang tua adalah cermin akhlak digital anak,” tegasnya.

Lebih jauh, Azimah menyoroti dampak destruktif pornografi dan kekerasan verbal di ruang maya. Menurutnya, pornografi bukan sekadar tontonan, tapi bentuk eksploitasi seksual yang merusak persepsi anak terhadap relasi manusia.

Baca Juga: Cuaca Jakarta Kamis Ini Cerah Berawan

“Sementara konten kasar akan mengikis empati dan nurani. Anak bisa terbiasa menyaksikan hujatan, hingga menormalisasi perilaku perundungan,” jelasnya.

Diskusi ini menjadi seruan moral agar restorasi akhlaq di dunia maya tidak hanya menjadi wacana, tetapi diwujudkan dalam bentuk regulasi yang melindungi martabat anak-anak sebagai generasi penerus bangsa.

Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an, “Dan hendaklah kamu berkata kepada manusia dengan perkataan yang baik” (QS Al-Baqarah: 83), maka setiap individu, khususnya orang tua dan tokoh masyarakat, dituntut menjadi teladan dalam tutur kata dan perilaku, termasuk di dunia digital. []

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: DPR RI Tegaskan Pentingnya Keadilan bagi Palestina

Rekomendasi untuk Anda