Jakarta, MINA – Ketua Panitia Reuni Mujahid 212 Ustadz Bernard Abdul Jabbar menyatakan hadirnya jutaan umat Islam pada Reuni 212 merupakan kesadaran sendiri dan dananya juga dari kantong pribadi masing-masing yang berjalan tertib dan damai.
Umat Islam menghadiri acara tersebut, tidak hanya kalangan muslim, namun juga dari agama lain. “Sungguh fakta yang menyuguhkan kebinekaan Indonesia,” kata Bernard dalam keterangan pers di Jakarta Selatan, Jumat (7/12).
Dia menjelaskan bahwa reuni 212 tidak dibiayai partai, Paslon Capres dan Cawapres, namun murni donasi masyarakat. Bahkan panitia keluarkan dana awal. “Kita masih ngutang biaya panggung,,sound,” ungkapnya.
Sementara Ustadz Yusuf Muhamad Martak Ketua Umum GNPF Ulama menyampaikan reuni ini dalam jumlah sangat besar, tetap bisa menjaga keamanan, ketertiban, dan keharmonisan dengan sesama umat Islam dan umat beragama lain.
Baca Juga: MUI Tekankan Operasi Kelamin Tidak Mengubah Status Gender dalam Agama
“Tidak ada kerusuhan apalagi chaos seperti yang sebelumnya ditudingkan pihak-pihak yang tidak rela ummat bersatu,” ungkapnya.
Bahkan, dikatakan tidak satu ranting pun patah dan selembar pun rumput dipijak oleh jutaan ummat yang berkumpul di lokasi dan waktu yang sama. Tidak bisa tidak, bahwa untuk kesekian kalinya, perhelatan tersebut membuktikan bahwa ummat Islam solid, bermartabat, dan mencerminkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin.
“Alhamdulillah dengan izin dan kehendak Allah, Reuni Akbar Mujahid 212 telah berlangsung dengan sukses pada 2 Desember 212. Hanya atas kuasa dan karunia Allah, Reuni dihadiri lebih dari 8 juta umat Islam dan lintas agama yang datang dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan dari luar negeri,” katanya.
“Namun demikian, pasca Reuni Akbar Mujahid 212 yang Allah berkahi, berkembang dinamika dan berbagai pemberitaan dengan segala ragam tema dan tendensinya. Sehubungan dengan itu,” ujar ustad Yusuf.
Baca Juga: Prof. El-Awaisi Serukan Akademisi Indonesia Susun Strategi Pembebasan Masjidil Aqsa
Pihaknya Pengurus GNPF Ulama, FPI, dan PA 212 menyatakan, pertama, bahwa ada pihak yang mempersoalkan bagian dari pidato Habib Muhammad Rizieq Shihab khusus nya yang menyatakan haram untuk memilih Jokowi, hal itu merupakan Fatwa Habib Rizieq Shihab sebagai Imam Besar Ummat Islam kepada pengikutnya, dan memberikan kebebasan bagi yang mengikutinya untuk menjalankan atau tidak.
“Silahkan saja untuk kubu petahana membuat fatwa, wajib pilih Jokowi sah-sah saja.”
Kedua, lanjutnya, ada dugaan Habib Rizieq Shihab Kampanye. ini tidak melanggar UU Pilpres atau aturan KPU, sebab HRS bukan Capres, bukan Cawapres, bukan Caleg, bukan Tim Sukses, Bukan Panitia Reuni 212 dan bukan pula peserta Reuni 212.
Ketiga, bahwa aksi black out alias pemboikotan beberapa media mainstream dan televisi, baik swasta maupun milik pemerintah, mereka jelas-jelas menunjukkan sikap tidak berimbang dan keberpihakan luar biasa kepada penguasa.
Baca Juga: Syeikh Palestina: Membuat Zionis Malu Adalah Cara Efektif Mengalahkan Mereka
Keempat, bahwa dengan tindakan seperti pada poin 1 tersebut, sejatinya mereka telah melakukan bunuh diri massal karena mengkhianati sejarah dan menyakiti ummat Islam sebagai mayoritas penduduk sekaligus konsumen media. Demikian Martak. (L/R03/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)