Yangon, MINA – Indonesia dan Myanmar memajukan kerja sama bisnis farmasi dan alat kesehatan. MoU antara PT Phapros Tbk, anak Perusahaan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) dan perusahaan farmasi Medi Myanmar Group berhasil ditandatangani di Yangon.
“Melalui MoU ini kedua perusahaan akan membentuk usaha bersama (Join Venture) pengembangan bisnis farmasi dan alat kesehatan,” ujar Duta Besar RI untuk Myanmar Ito Sumardi. Demikian keterangan pers Kemlu RI yang diterima MINA, Sabtu (23/12).
Dubes Ito Sumardi menyambut baik kerja sama ini. Dikatakannya, kerja sama yang dilakukan Phapros adalah langkah yang positif, mengingat Myanmar sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di ASEAN pada tahun 2016 sebesar 6,5 persen.
“Myanmar memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi negara tujuan investasi,” lanjutnya.
Baca Juga: Kota New Delhi Diselimuti Asap Beracun, Sekolah Diliburkan
Direktur Utama PT Phapros Tbk Barokah Sri Utami mengatakan bahwa Joint Venture yang dibentuk akan fokus pada pendirian pabrik.
Pada tahap awal, pabrik tersebut disiapkan untuk memproduksi tablet dan kapsul non antibiotik, sebelum kemudian masuk ke arah pengembangan parenteral.
“Kami tengah siapkan kajiannya. Sambil menunggu pabrik beroperasi akan diijajaki peluang ekspor OTC atau obat bebas yang dapat dijual tanpa resep dokter,” ungkapnya.
Win Shi Tu dari Medi Myanmar menyampaikan, kedatangan Phapros sangat tepat dengan situasi industri farmasi di Myanmar saat pada 90% produk farmasinya merupakan impor dari beberapa negara seperti India, Cina, Thailand, Korea Selatan, Jepang dan lainnya.
Baca Juga: Ratusan Ribu Orang Mengungsi saat Topan Super Man-yi Menuju Filipina
Win Shi Tu juga meyakini bawa MoU yang telah ditandatangani bersama PT. Phapros akan menjadi salah satu fondasi yang kuat dalam kerja sama farmasi antara Indonesia dan Myanmar.
Menurut laporan Bank Dunia yang bertajuk East Asia and Pacific Economic Update, ekonomi Myanmar sendiri diprediksi akan naik ke angka 6,9 persen di tahun 2017 dan 7,2 persen di tahun 2018, naik dari 6,5 persen di tahun 2016. Hal ini sejalan dengan kenaikan belanja infrastruktur dan reformasi struktural akan mampu mendatangkan banyak investasi asing. (R/R04/RI-1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Filipina Kembali Dihantam Badai