Oleh: Illa Kartila – Redaktur Senior Miraj Islamic News Agency-MINA
Timur tengah kembali memanas – tak hanya disebabkan persoalan Palestina-Israel yang kian berlarut-larut – tetapi juga karena mendadak negara-negara Teluk seperti Arab Saudi, Bahrain, Mesir, dan Uni Emirat Arab (UEA) memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar.
Arab Saudi menjadi pelopor utama pemutusan hubungan diplomatik terhadap Qatar. Saudi menyebut pemutusan hubungan itu dilakukan untuk melindungi keamanan dalam negeri. Qatar juga dituduh mendanai aksi teroris.
Sebaliknya, pemerintah Qatar menegaskan, tidak ada alasan atau justifikasi bagi Saudi, Mesir, UEA dan Bahrain serta Yaman maupun Maladewa untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Doha. Sikap itu dinilai sebagai bentuk intervensi terhadap pemerintahan dan melanggar kedaulatan mereka.
Baca Juga: Tak Ada Tempat Aman, Pengungsi Sudan di Lebanon Mohon Dievakuasi
Doha meyakinkan kepada warga negaranya bahwa keputusan Saudi dan sekutunya tak akan berpengaruh bagi negara itu. “Keputusan itu tak bisa dijustifikasi hanya berdasarkan klaim dan tuduhan tanpa dasar fakta,” ujar otoritas Qatar seperti dilansirAljazirah.
Upaya Saudi untuk mengintervensi Qatar tak tanggung-tanggung. Selain menutup perbatasan, mereka juga tak memperbolehkan pesawat Qatar melintas di langit Saudi, begitu pula di perariran. Kapal Qatar tak boleh masuk. Langkah serupa juga diambil oleh sekutu Saudi, Uni Emirat Arab dan Mesir.
Indonesia sendiri terus memantau perkembangan konflik baru di Timteng ini dan sudah menyiapkan solusi atas permasalahan tersebut. Menurut Menlu RI Retno Marsudi, dia terus berkomunikasi dengan menlu negara-negara yang tengah berkonflik. Dalam perbincangan itu, Retno menyampaikan Indonesia menaruh perhatian pada perkembangan konflik di sana.
“Kita meminta semua pihak yang bertikai untuk menahan diri mengutamakan dialog dan rekonsiliasi. Kita juga meminta semua pihak untuk mengutamakan ukhuwah Islamiyah, persatuan umat terutama di bulan suci Ramadan ini,” kata Retno usai bertemu dengan Presiden Jokowi.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Retno juga menyampaikan Indonesia membuka diri untuk membantu menyelesaikan masalah ini. Itu pun bila semua negara yang berkonflik membutuhkan bantuan Indonesia guna menyelesaikan masalah ini. “Jadi pesan Indonesia sudah kita sampaikan, mereka sangat mengapresiasi itikad baik RI untuk membantu.”
Retno mengingatkan, konflik di Timur Tengah tidak hanya berkaitan dengan negara-negara yang tengah berkonflik, tetapi juga negara-negara di seluruh dunia. Awalnya, negara yang memutuskan hubungan hanya empat: Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, dan Bahrain. Kemudian Yaman, Libya, Maladewa, dan Mauritius mengambil langkah serupa.
Sementara Yordania mengambil jalan yang agak berbeda. Tidak memutuskan hubungan, tetapi mereka mengurangi hubungannya dengan Qatar lewat pengurangan jumlah perwakilan diplomatiknya di Doha. “Kami juga mencabut izin, stasiun televisi yang berbasis di Doha, Al Jazeera,” ucap Juru Bicara Pemerintahan Yordania, Mohammad al-Momani.
Kondisi ini menandai krisis Teluk paling serius yang pernah terjadi di kawasan ini. Seperti dikutip dari The Guardian, Arab Saudi melalui kantor berita SPA mengatakan, pemutusan hubungan diplomatik diperlukan untuk melindungi negara itu dari terorisme dan ekstremisme. Saudi juga menarik seluruh pasukan Qatar dari koalisi yang tengah dipimpinnya di Yaman.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Kantor berita SPA yang mengutip salah sumber resmi Saudi memuat dalam laporannya, pemutusan hubungan diplomatik dan konsuler dengan Qatar merupakan upaya melanjutkan pelaksanaan hak kedaulatan yang dijamin oleh hukum internasional dan melindungi keamanan nasional dari bahaya terorisme dan ekstremisme.
Kontribusi RI
Krisis diplomatik yang sedang melanda kawasan Timteng kemungkinan akan menimbulkan konsekuensi sangat besar, bukan hanya pada Qatar, melainkan juga bagi seluruh kepentingan politik sejumlah negara, khususnya yang berasal dari kawasan itu seperti Turki dan Iran serta Barat, Amerika Serikat yang bahkan dituding memiliki andil sebagai penyebab konflik tsb.
Meski bukan dari regional yang sama, Indonesia memiliki kepentingan di negara Qatar di bidang ketenagakerjaan, investasi, politik, hingga ekonomi. Berdasarkan data 2015, Qatar menampung sekitar 43.000 Warga Negara Indonesia (WNI) yang bekerja di sektor migas, medis dan perawatan, pariwisata dan perhotelan, teknologi informasi, konstruksi, serta sektor domestik.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Selain itu, Qatar merupakan negara dengan investasi dan bisnis yang cukup mumpuni di Indonesia. Pada 2011, volume neraca perdagangan kedua negara mencapai US$ 683,6 juta. Dan pada 2015, volume neraca perdagangan keduanya mengalami kenaikan sebesar 260 persen hingga mencapai US$ 1,32 miliar.
Dalam sektor investasi dan bisnis, Qatar sempat mengakuisisi 65 persen saham salah satu perusahaan penyedia layanan telekomunikasi di Tanah Air. Selain itu, kedua negara memiliki relasi di industri energi antara Pertamina dengan Qatar Sector-3 di bidang blok migas.
Menilai relasi bilateral Indonesia-Qatar yang cukup signifikan, serta cukup banyaknya kepentingan keduanya di masing-masing negara, RI siap berkontribusi positif dalam krisis diplomasi Timteng dan Teluk Arab dan berperan dalam proses mediasi konflik di kawasan itu, jika dibutuhkan.
“Kita mengingatkan kepada negara-negara tersebut agar prinsip-prinsip hubungan internasional seperti yang diatur dalam sejumlah ketentuan PBB, seperti menghormati kedaulatan dan urusan dalam negeri masing-masing. Kami juga, jika dibutuhkan, siap untuk berkontribusi (untuk mediasi konflik),” kata Juru Bicara Kemlu RI Arrmanatha Nasir.
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Bahrain mengaku memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar karena negara itu mendukung terorisme dan mencampuri urusan dalam negeri Bahrain. Pernyataan singkat dari kantor berita resmi Bahrain mengatakan, negara sekutu dekat Arab Saudi ini, juga menutup wilayah udara dan laut dengan Qatar serta memberi waktu warganya di Qatar 14 hari untuk pergi dari sana.
Selama ini Qatar dianggap melindungi Ikhwanul Muslimin, gerakan Islam yang menjadi sejumlah ancaman di negara Arab, termasuk Mesir dan Saudi. Qatar juga dianggap telah menjalin hubungan harmonis dengan Iran. Arab Saudi menuduh Qatar mendukung kelompok garis keras dan menyebarkan paham kekerasan mereka, menggunakan saluran satelit Aljazirah.
“(Qatar) merangkul beberapa kelompok teroris dan sektarian yang ditujukan untuk mengganggu stabilitas di kawasan, termasuk Ikhwanul Muslimin, IS dan Alqaidah, serta mempromosikan pesan dan skema kelompok tersebut melalui program media mereka secara terus menerus,” kata kantor berita SPA.
Saudi juga menuduh Qatar telah mendukung petempur yang didukung Iran dalam pergolakan di sebagian besar daerah Qatif yang berpenduduk mayoritas Muslim Syiah dan di Bahrain.
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
Saling tuduh tidak akan menyelesaikan masalah di Timteng dan Teluk, karena itu intinta Indonesia mendorong semua pihak yang bertikai untuk menahan diri dan berkontribusi meredakan situasi dan agar negara-negara yang memiliki permasalahan mengedepankan rekonsiliasi dan dialog. (RS1/P1)
Miraj Islamic News Agency/MINA
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel